14. Ada yang Janggal

4.4K 343 20
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan comment nya.

Sekali lagi ini fiksi ya guys. Kesamaan nama, tokoh, tempat dan lain-lain harap dimaklumi. Terima kasih.

***

Kembali ke Jakarta, Djenar disibukkan dengan semua pekerjaannya yang sempat tertunda karena dia terlalu lama tidak masuk. Djenar sedikit tidak enak karena beberapa pekerjaannya dibantu oleh yang lainnya. Memang sih kondisinya tidak terduga, tapi tetap saja. Karena Djenar mereka jadi harus bekerja lebih banyak.

Mengurangi sedikit rasa tidak enaknya, Djenar mentraktir teman-teman kantornya dengan segelas es kopi susu. Lumayan merogoh kantong mengingat jumlahnya tidak sedikit. Sekitar dua puluh lima orang. Namun tidak apa-apa, sesekali mentraktir kan tidak salah juga.

Kebanyakan dari mereka sudah tahu kalau Djenar memang besar dengan kedua Om dan Tante nya. Jadi tentu saja dia dekat dengan sepupu-sepupunya. Makanya mereka maklum saat Djenar mengambil cuti tambahan dua hari lagi.

Sepulangnya dari Semarang, Djenar benar-benar menjalankan pekerjaannya dengan luar biasa padat. Kerja keras bagai kuda. Kemarin dia baru sampai di kost pukul setengah dua pagi dan jam enam pagi dia sudah sampai di depan Gedung Senayan, meliput aksi penyampaian pendapat di gedung MPR dan DPR. Ngantuk? Sudah pasti.

Sekarang hampir pukul empat sore dan Djenar sudah ada di ruang kerjanya. Melakukan pekerjaan lainnya. Hari ini dia tidak berniat pulang terlalu malam. Paula sejak kemarin sudah mewanti-wanti Djenar untuk istirahat, tapi hari ini dia malah memaksa Djenar menemaninya pergi ke suatu tempat.

Ada yang harus Paula beli, dan tentu saja siapa lagi yang akan menemaninya kalau bukan Djenar. Bagaimana coba Djenar mau istirahat. Dia mengambil gagang telepon, kemudian menekan tiga tombol nomor ekstension Paula.

"Pau, jangan pulang malam please. Jam lima saja kita langsung cabut. Gue ngantuk. Kalau bisa jam sembilan udah balik ke kost." kata Djenar saat teleponnya sudah tersambung dengan Paula.

Paula itu rajanya pulang terlambat. Kadang saat pekerjaannya sudah selesai saja dia akan tetap ada di kantor, main game, nonton film sambil pesan makanan, atau apapun itu yang pasti tidak langsung pulang ke kost. Kalau diperbolehkan tidur di kantor mungkin Paula dengan senang hati tidak perlu bayar kost.

"Oke, jam lima langsung jalan." Djenar bernafas lega ketika mendengarnya.

Djenar kembali mengerjakan pekerjaan yang tinggal sedikit lagi. Melakukan riset untuk beberapa bahan yang akan diliput dan dijadikan berita. Menjadi seorang reporter berarti dia harus siap belajar semua hal-hal baru yang tidak pernah dia sentuh.

Sebuah email masuk di email pribadinya menarik perhatian Djenar. Email dari seseorang yang selalu dia tunggu belakangan ini. Djenar membuka pesan tersebut, ada dua file yang cukup menarik perhatiannya.

Yang pertama bertuliskan nama ibunya, Widya Indira Adiputra, dan yang kedua bertuliskan career. Djenar langsung membuka yang pertama, nama ibunya. Ada beberapa gambar dan disana yang cukup mencengangkan bagi Djenar.

Widya Indira Adiputra dan foto ijazahnya yang entah bagaimana bisa didapatkan oleh orang ini. Djenar saja tidak tahu ibunya pernah kuliah. Dan yang lebih membuat Djenar jantungan adalah dimana ibunya berkuliah.

King's College University London, Mathematics with Statistics. Widya Indira Adiputra B.Sc. Djenar memperbesar foto tersebut dan mendekatkan pandangannya pada layar komputer. Memastikan kalau ini benar-benar asli, bukan editan.

Tidak mungkin ini ibunya kan? King's College? Bagaimana mungkin ibunya bisa bersekolah di sana? Satu fakta yang tidak pernah Djenar tahu dan sekalinya tahu membuat jantungnya turun sampai ke mata kaki rasanya.

Buku Resep Cinta (Completed)Where stories live. Discover now