Bab 18 Sabar ya Leon

48 9 3
                                    

Dengan perasaan campur aduk, Leon mencoba berpikir positif dan memutuskan untuk mengikuti Liana sambil mencoba memastikan apa yang sebenarnya sedang dilakukannya. Dengan hati-hati, ia melangkah perlahan-lahan, bersembunyi di balik beberapa orang, mencoba mendekati Liana lebih dekat.

"Sialan, dua ibu-ibu itu menghalangi pandanganku!" Gumam Leon frustrasi saat mencoba melihat Liana tetapi terhalang oleh kedua ibu tersebut di belakangnya. Meskipun terhalang, tekadnya untuk mengetahui kebenaran terus membara, dan ia bersikeras untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Saat mereka masuk ke dalam bioskop dengan cepat, Leon segera memesan tiket dan masuk ke dalam bioskop yang sama. Dengan langkah cepat, ia berjalan menuju tempat duduk dan berusaha menutupi wajahnya, duduk di belakang Liana dan pria yang masih belum diketahui identitasnya. Dengan hati yang berdegup kencang, Leon berusaha untuk tetap tenang dan memperhatikan setiap gerakan Liana dan pria di sebelahnya dengan harapan dapat mengetahui apa yang sedang terjadi.

Ketika lampu bioskop padam dan film horor dimulai, Liana terlihat ketakutan dan menggenggam erat tangan pria di sebelahnya. Leon, yang melihat kejadian itu, mengigit jarinya merasa kesal. Saat adegan-adegan menegangkan muncul, mereka refleks berpelukan, hal itu membuat Leon naik darah. " Woii!! " Teriak Leon bergemuruh di ruangan itu membuat semua orang kaget dan menoleh ke arahnya, begitu juga Liana yang hendak menoleh ke belakang dengan cepat Leon duduk kembali dan menutup wajahnya dengan popcorn.
Leon semakin frustasi dirinya berkeringat dingin. Ia ingin sekali merobek suasana di sekitarnya karena kesedihan dan kecemburuan yang memuncak.

"Apakah aku kurang untukmu Liana!" Keluh Leon sambil menggigit bibirnya dengan air mata yang tak sengaja turun dari matanya, sementara tangannya yang lain sibuk meremas-remas popcorn dengan keras seakan ingin teriak disana. Rengekan Leon terdengar di seluruh ruangan, menyebabkan sebagian penonton menoleh ke arahnya, heran dengan reaksi dramatisnya di tengah film horor.

"Ini kan cuma film horor, kenapa dia menangis begitu?" Grutu seorang penonton di sebelahnya, dengan bingungnya mencoba memahami reaksi Leon yang terlalu berlebihan. Sambil berkali-kali memandang ke arah Liana, dia mencoba mengerti apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

"Apakah aku tidak cukup bagimu, Liana?" Keluh Leon sambil menggigit jarinya, air mata tak terbendung dari matanya. Tangannya yang lain meremas-remas popcorn dengan keras, seolah ingin meluapkan kekesalannya. Rengekan Leon terdengar di seluruh ruangan, menarik perhatian sebagian penonton yang heran dengan dramatisnya reaksi tersebut di tengah film horor.

"Ini hanya film horor, mengapa dia menangis begitu?" Keluh seorang penonton di sebelahnya di susul dengan tatapan penonton lainnya mencoba memahami reaksi Leon yang terlalu berlebihan. Sementara itu, Leon terus menangis sambil memakan popcorn, matanya terpaku lurus ke arah Liana yang duduk 4 bangku di depannya, tengah asik bercanda dengan pria di sebelahnya.

Film terus berjalan, semua penonton fokus pada layar, berbeda dengan Leon matanya hanya tertuju pada setiap gerakan Liana. Sampai dimana adegan jump Scare muncul, reaksi kaget menerka semua penonton yang kemudian menutup wajah mereka. Begitu juga Liana yang terkejut, secara refleks menutup matanya, merapatkan diri ke bahu pria di sebelahnya, membuat Leon semakin gelisah. Mata Leon berkobar-kobar, seolah menjadi api yang tak terkendali. "Brengsek!" Keluh Leon sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Woi!!" Teriak Leon keras, memecahkan kesunyian di ruangan. Semua orang mematung, menoleh ke arahnya, termasuk Liana. Leon yang menyadarinya dengan cepat duduk kembali, menutup wajahnya dengan popcorn, sementara penonton lain menggerutu kesal terhadap Leon.

film terus berjalan, selama film berlangsung Leon terus menggigit jarinya dengan matanya yang terus-menerus tertuju pada Liana, di dalam dirinya terasa api cemburu yang membara. Sampai film berakhir, orang-orang mulai beranjak berdiri untuk pergi. Sementara Leon yang tidak bergerak sama sekali dari tempat duduknya menatap lurus ke depan Namun, tatapan dan perhatian Leon terganggu oleh suara telepon yang berdering. Layar handphone menunjukkan nama "Kay". Leon mengangkat teleponnya dengan cepat, sambil sesekali memastikan bahwa Liana masih di tempatnya.

Cold Guardian (On Going)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora