04

6 4 0
                                    

Matanya perlahan terbuka, udara dingin akibat cuaca yang gelap membuatnya terbangun. Harrison perlahan bangkit dari kasur, memandang jam di dinding. Sudah pukul 6 sore.

Kedua orang tuanya mungkin pergi tanpa berpamitan, karena takut menganggu istirahatnya.

Langit terlihat mendung, hujan sebentar lagi turun. Harrison beranjak dari kasur dan menarik kedua sisi jendelanya, menutupnya agar tidak ada angin yang harus masuk lagi.

Ia mengusap wajahnya, berjalan keluar kamar untuk mencari segelas air sebelum melakukan apa yang sudah Ia rencanakan dari awal. Mencari sosok Axton.

Setelah mengambil segelas air dan sedikit makanan yang ibunya buat, Harrison kembali ke kamar. Ia menatap kearah jendela kamarnya yang sedikit terbuka.

Meletakkan piring dan gelas di atas meja belajarnya, Harrison menutup kembali jendela. Diluar hujan telah turun, bahkan bisa dikatakan deras. Sebentar lagi pasti petir akan menyambar.

Ia makan sejenak, mengisi perutnya sebelum beralih ke laptopnya. Walau sedikit ragu dengan pencariannya, Harrison tetap bersikeras bisa menemukan jala dari pemikiran masa lalunya.

Ia mengetikkan beberapa kata lalu menekan enter.

Website itu berputar mencari informasi yang berkaitan dengan pencariannya, tetapi nama Kellan Axl tidak memunculkan apapun. Nihil, Harrison hanya bisa menghela nafas.

Ia berganti pencarian, mengetikkan nama "Axton" lalu kembali menekan enter. Website kembali berputar dan kali ini menampilkan beberapa artikel yang berhubungan dengan Axton yang lalu.

Keningnya mengernyit, "Tragedi.. Axton?" Jarinya menekan sisi mouse. Website kembali berputar, sebuah artikel panjang tertera jelas dengan berjudul kan "Tragedi Axton".

Jarinya menggeser mouse, Harrison membaca satu persatu bagian dari artikel tersebut. Tanpa menyisakan sedikitpun, terlalu serius hingga mengabaikan bunyi tetesan air yang jatuh.

Matanya menajam saat melihat gambar dari kebakaran rumah Axton yang lama, dan wajah pelaku yang terpampang jelas di kamera paparazi.

Ia berhenti diakhir artikel, berpikir sejenak hingga hanya suara tetesan air yang terdengar. Matanya berganti pandangan kearah air yang menetes hingga ke lengannya.

"Ah.. apakah bocornya semakin parah..?" Gumamnya mengusap tetesan air tersebut.

Baru saja di usap, air kembali menetes. Harrison mengernyitkan dahi saat melihat tetesan air jatuh bersamaan di beberapa bagian tubuhnya, bahkan di punggungnya sekaligus.

Tubuhnya perlahan membeku saat merasakan deru nafas berat di belakangnya, perlahan kepalanya terangkat seiring bayangan sesosok pria yang sudah memandanginya dari awal Ia duduk disana.

Keduanya bertukar pandangan sejenak, tidak ada yang bergerak sama sekali. Tangan Harrison mengerat pada gelas, Ia seketika langsung mengarah ke samping kepala pria itu.

Tetapi meleset, pria tersebut lebih gesit darinya langsung menunduk dan menjaga jarak dari Harrison yang beranjak dari kursi.

Gelas yang terlempar pun pecah, menimbulkan suara nyaring lagi. Harrison menunjuk kearah sosok bertopeng itu, Ia menggertak kan gigi.

"Kau. Ayo kita selesaikan hari ini, kau menganggu istirahatku." Ucapnya penuh tekanan.

Pria bertopeng itu mengangkat tangannya, jari telunjuknya bergerak maju-mundur. Menandakan untuk Harrison menghajarnya sekarang atau dia yang menghajarnya.

Tanpa menunggu pembicaraan lagi, Harrison langsung berlari kearah pria itu. Melayangkan sebuah pukulan yang berhasil ditangkis oleh lelaki tersebut, Ia membalas pukulan itu menggunakan siku yang mengenai pinggang Harrison.

"Ugh!"

Harrison terhuyung kearah lemari, Ia seketika langsung menghindar saat lelaki bertopeng itu melayangkan tendangannya yang meleset hingg menghancurkan pintu lemari bajunya.

"Sial, kau bersembunyi dimana tadi?!" Tanya Harrison.

Mereka berjalan memutar, saling beradu pandangan, bersiap-siap siapapun yang akan menyerang ataupun diserang.

Saat lelaki bertopeng itu berlari kearahnya dengan langkah besar, Harrison mengambil kesempatan ini. Mengeluarkan serpihan kaca yang Ia ambil saat menghindar, menusuk tepat kearah lengan pria itu.

Akibat tusukan itu lelaki tersebut kehilangan kefokusannya, tanpa memberi waktu Ia melawan. Harrison segera menendang kearah sisi pinggang lelaki itu hingga Ia terhuyung, jatuh membentur ujung kasurnya.

FEAR : Smilling Key Where stories live. Discover now