08

4 3 0
                                    

"AGHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!"

Harrison berteriak histeris, Ia seketika melayangkan pukulan kembali ke wajah lelaki itu. "Mati kau! Mati kau sialan! MATI!!" Sumpah serapahnya saat memukul wajah itu.

Lelaki itu justru tidak meminta berhenti, meringis ataupun berteriak kesakitan. Perlahan Ia menyeringai, memunculkan deretan gigi putihnya yang sudah bersimbah darah. Menambah kesan seram.

"Ya! Bunuh aku, Harrison! BUNUH AKU!!..

SAMA SEPERTI KAU MEMBUNUH TEMAN-TEMAN MU!!"

Harrison seketika menghentikan segalanya, Ia menatap gemetar kearah lelaki itu. Ia beranjak dari sana dengan tergesa-gesa, bergetar sampai harus berpegangan pada benda disekitarnya.

Rasa amarahnya mendadak berganti menjadi rasa takut yang bukan main.

Nafas Harrison bergetar, Ia menatap takut kearah sosok itu. Tubuhnya terasa semakin melemas saat melihat sosok itu berdiri, mengambil topengnya.

Pria itu kembali menggunakan topengnya, membiarkan darah diwajahnya menetes melalu rahang dan dagunya.

"Kau sudah paham kan, Harrison?"

Kesunyian mencekam itu mendadak semakin mengerikan saat pria itu tertawa kencang, tawa itu tidak memiliki nada sama sekali. Tidak menunjukkan emosi di dalamnya, tetapi terdengar begitu menyakitkan dan mendominasi.

Harrison menutup kupingnya rapat-rapat, bergetar ketakutan sebelum sebuah tendangan kencang mengenai kepalanya. Membentur kepalanya kearah tembok dengan keras dan jatuh pingsan.

Harrison terjatuh pingsan, di sisi lain pria bertopeng itu menatapnya sejenak.

Hujan diluar masih sama derasnya, pria bertopeng itu beralih menatap laptop yang masih berada di atas meja. Tangannya mengepal sejenak sebelum pukulan kencang dari tangannya menghancurkan layar laptop jadul tersebut.

"Harrison??"

Ia menengok kearah sumber suara dari luar kamar, suara sang ibu. Lelaki bertopeng sontak langsung membuka jendela, membiarkan tetesan air hujan masuk ke dalam kamar Harrison.

Tanpa berpikir lagi, Ia loncat tepat pintu kamar Harrison terbuka.

Sang ibu yang mendengar suara gaduh berniat mengecek keadaan anaknya, nafasnya seketika tercekat pasal melihat keadaan Harrison yang tak sadarkan diri di lantai.

bercak darah dimana-mana, pecahan kaca dan laptop yang rusak. Ibunya seketika berteriak histeris yang menjadi panggilan sang ayah berlari kearahnya.

"Sayang?! Ada apa??" Tanyanya khawatir.

Sang ibu menunjuk keadaan Harrison yang terkapar tak berdaya dengan gemetar, "Anak kita!!" Teriaknya.

Sang ayah sontak menengok ke dalam kamar dan terkejut bukan main, Ia segera berlari turun ke bawah untuk menghubungi dokter. Melainkan sang ibu hanya bisa menjaga tubuh Harrison yang masih tak sadarkan.

FEAR : Smilling Key Where stories live. Discover now