05

7 5 0
                                    

Lelaki bertopeng itu memegangi lengannya yang berdarah, menarik paksa serpihan yang menancap di kulitnya. Ia beranjak dari posisinya dan seketika pukulan keras di perut Ia rasakan.

BRUK!!

"Dapat kau."

Harrison naik diatasnya, menahan tubuh itu diatas kasur dengan cara mencekik lehernya. Lelaki tersebut memberikan perlawanan dengan mencengkram kedua lengan Harrison.

Seringai di wajah Harrison mengembang, Ia tersenyum penuh kemenangan kali ini. Satu tangannya menyekram, menekan keras bagian luka tusukan di lengan lelaki bertopeng itu.

Reaksinya sesuai Ia harapkan, lelaki bertopeng itu tampak semakin mengencangkan cengkeramannya di kedua lengannya. Menandakan bahwa Ia sedang menahan sakit dari luka kecil tetapi dalam tersebut.

Harrison memicingkan mata, menatap tiap inci dari lelaki bertopeng tersebut. Bagaimana urat dileher lelaki bertopeng itu menonjol, Ia tampak menahan sesuatu dari dirinya agar tidak banyak mengeluarkan suara.

"Siapa kau?" Harrison menatapnya tajam.

Sunyi, lelaki itu belum mau mengeluarkan suaranya sedikitpun. Dia terlihat tenang, bahkan tidak merasakan hal yang berat. Harrison menunjukkan wajah jengkel.

Ia semakin menekan luka itu, menyebabkan darah yang keluar pun semakin banyak. "Jawab." Harrison berbicara dengan nada menuntut, tatapannya menatap kemarahan tersulut ke arah topeng tersebut.

Tangannya semakin mencengkram kuat, bahkan siap menghancurkan tulang lelaki itu. "JAWAB, SIALAN!" Teriaknya. Nafasnya tersengal-sengal, menatap topeng pria itu dengan tatapan tidak dapat dijelaskan.

"...Siapa.." Suara serak nan berat muncul ditengah kesunyian mencekam, sambaran petir dan tetesan air hujan yang deras begitu keras.

Mata Harrison perlahan melebar, Ia seketika meragukan pendengarannya. Tiba-tiba kedua pergelangan tangannya di cengkram balik oleh tangan berbalut sarung tangan hitam tersebut, semakin kuat dan mengencang. Membuat sakit di kedua pergelangan tangannya.

"Siapa.. aku..?" Suara berat itu kembali bertanya, cengkramannya semakin kuat. Lelaki bertopeng itu perlahan beranjak dari posisinya, membuat Harrison meringis kesakitan sembari memaksa melepas tangannya.

Tiba-tiba kedua tangannya ditarik mendekat, Harrison menatap ngeri kearah topeng tersenyum itu. Deru nafas keduanya terdengar jelas di masing-masing telinga mereka.

Lelaki bertopeng itu lagi-lagi memiringkan kepalanya, "Menurutmu, siapa aku..?" Ia membalikkan pertanyaan Harrison. Kedua tangan itu semakin kuat menahan, membuat pergelangan tangan Harrison perlahan memerah.

"Jawab." Tuntutnya dengan nada rendah.

Harrison menatapnya dengan tatapan penuh ketakutan, Ia menggertak tetapi tidak berani membalas. Matanya perlahan melebar setelah kalimat yang pria bertopeng itu ucapkan,

"Jawab aku, Harrison Sinclair." Finalnya.

Lidah Harrison mendadak kelu, Cengkramannya mendadak terlepas, membuatnya keseimbangan tubuh Harrison hilang dan terjatuh ke bawah kasur.

BRUK!!

"..Siapa kau sebenarnya?!" Harrison mengaduh kesakitan, tetapi rasa sakit itu kalah dengan rasa takutnya sekarang. Ia menyeret punggungnya menjauh dari sosok bertopeng itu.

Lelaki bertopeng itu perlahan beranjak dari duduknya, memiringkan kepalanya dan menginjak kencang kaki kanan Harrison. "AGH!!" Harrison berteriak kesakitan, Ia mencoba menarik kakinya tetapi injakan sepatu pantofel itu begitu kuat menahannya di lantai.

"Kenapa lari?" --Pria itu bertanya dengan nada mengancam.

FEAR : Smilling Key Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang