60 - Jealous

19.3K 2K 605
                                    

Selamat malam╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat malam╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

enjoy~


***

"Daddy?"

Ziel mengetuk kuat pintu kamar sang daddy namun tak kunjung mendapat sahutan. Bungsu Dominic itu mendengus, ke mana daddynya pergi, apakah belum pulang?

Ziel memutuskan untuk kembali ke kamar dan baru saja mendudukkan diri di sofa, pintu kamar kembali terbuka, terlihat kakak sulungnya masuk dengan wajah datar dan aura tak bersahabat.

"Kakak?"

Theine berjalan mendekat, mata obsidian itu tak melepas pandang dari si kecil yang juga menatapnya dengan mata belo penuh tanda tanya. Setelah sampai di hadapan sang adik, Theine menurunkan tubuh menjadikan kedua lututnya sebagai tumpuan lalu menyandarkan kepala pada bahu sempit Zainka-nya.

Tangan besar Theine melingkar pada pinggang ramping Ziel, sang enigma memeluk erat, menyatakan kepemilikan.

"Hari ini pergi ke mana?" Tanyanya datar.

"Heum k-kakak bisa lepasin adek ga? S-sakit..."

"Jawab Zainka." Theine semakin mengeratkan pelukannya membuat Ziel kembali mengeluh, bagaimana jika pinggangnya patah?!

"Adek pergi ke perusahaan kak An.."

Sebenarnya Theine tau jika sang adik pergi sana, ia sengaja tidak menyusul tadi siang karena tak ingin membuat keributan dan berkelahi dengan Andreas yang bisa saja berakhir membuat si kecil menjadi takut.

"Lalu?"

"Adek seharian di sana sshh s-sakit kak.." Ziel lagi-lagi mengeluh dan Theine memilih untuk mengabaikannya membuat Ziel diam-diam mengutuk sang kakak, ingin marah tapi situasi sedang tidak mendukungnya.

"Apa yang kalian lakukan?" Suara Theine semakin memberat, hembusan napasnya di leher sang adik membuat Ziel seketika bergidik merinding.

"A-adek cuma duduk di ruangan kak An a-aja.."

Theine menarik tubuhnya membuat Ziel menghela napas lega akhirnya ia bebas namun dugaannya salah, sang kakak malah mencengkeram kedua bahunya dan menekan kuat hingga Ziel jatuh berbaring di sofa dengan sang kakak di atas, enigma itu mengukung Zainka-nya.

"A-apa?!"

Tangan Theine bergerak memegang dagu Ziel lalu semakin naik ke arah pipi dan berakhir mengelus bibir cherry yang selalu menjadi candunya, miliknya.

Enigma itu menunduk, menciumi seluruh bagian wajah sang adik dari dahi, pelipis, mata, hidung, pipi, dagu dan yang terakhir bibir, mengecup dan melumatnya membuat Ziel menepuk kuat dada Theine, meminta kakak sulungnya itu untuk berhenti.

Ziel Alexander Dominic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang