08. Pergi

59 8 0
                                    

Haiii loverss👋

Kembali dengan cerita ini, heng.

Gimana kabar kalian? Semoga sehat selau dan bahagia terus.

Tandai typonya nya!!

Xixi. Ayo cus baca.

Tapi jangan lupa Vote, komen and share ke teman² kalian🧚‍♀️🧚‍♀️

Happy Reading●

Hari weekend ini biasanya di manfaatkan oleh beberapa orang untuk joging, liburan, ataupun beres-beres rumah. Ada juga di manfaatkan untuk tidur sampai siang. Dan di hari libur ini, semua orang beda-beda cara untuk memanfaatkannya.

Berbeda dengan tiga bersaudara ini, di hari libur ini mereka harus menjalankan hukuman dari para orang tuanya. Hukumannya seperti kegiatan orang-orang untuk hari weekend ataupun hari-hari biasa.

Membersihkan rumah. Itulah hukuman dari para orang tua. Mulai dari pagi, mereka bertiga beres-beres rumah tingkat dua itu. Namun berbeda dengan para orang tua, mereka malah keluar rumah, entah kemana.

Di dalam kamar milik Erlan dan Ellen, di sana didapati dua orang cowok yang sibuk membersihkan kamar. Yang satu sedang mengelap foto dan nakas, yang satu menyapu.

Cowok itu menyimpan sapunya disisi lemari, lalu ia meregangkan badannya hingga terdengar suara 'krek'.

DUT!

"Mario, lo kentut nya?" tanya cowok itu seraya menurunkan tangannya.

Anak laki-laki yang sedang mengelap nakas itu menoleh. "Iya, kenapa?"

"Kecil-kecil, kentut lo suaranya nyaring juga nya. Mama bau telur busuk," cibir cowok itu.

"Bang Ghava kaya gak pernah kentut aja. Abang kira kentut Mario sewangi parfum thailand?!" ketus Mario.

Ghava terkekeh mendengarnya, ia menggelengkan kepalanya cepat agar bau kentut Mario segera hilang. Ya semoga saja. Tak lama kemudian, rasa bau lumayan tak tercium.

Ia melirik ke arah gorden jendela yang belum dibuka, pantas saja kamar ini lumayan gelap. Teryata gorden belum dibuka.

"Terettteett... teretteett."

"Ketika surya menampakkan cahayanya."

"Kugapai hari terangku menanti sebuah cerita."

Ghava bersenandung riang sembari membukakan gorden, tak begitu lama wajahnya berpaling ke kanan dengan cepat. Uh, matahari memancarkan sinar begitu terang. Sehingga cowok itu memalingkan wajahnya cepat karena cahaya matahari itu menyinari wajahnya.

"Sur, jangan terang-terang napa." Ghava menggerutu karena sinar matahari itu.

"Surya Ayah aku tau!" sahut Mario yang sedang mengelap meja.

"Gue tau Surya bapak lo, cil. Bukan bapaknya Ibuk RT," balas cowok itu seraya mengambil sapu dan pergi keluar kamar.

"Dahlah, Rio capek," gumam Mario sembari menutup matanya.

Tidak lama kemudian, ia membukakan matanya kembali. Aduh, dirinya baru sadar bahwa Ghava sudah tak ada di dalam kamar. Dengan buru-buru ia keluar kamar mengejar Ghava. "Bang, tungguin!"

GRACE (ON GOING)Where stories live. Discover now