Chapter 17: Skandal

328 35 3
                                    

Sehari sebelum undangan Kaisar:

Theodor akhirnya sampai di kota Delft, ia langsung menuju istana Kaisar untuk memberikan informasi dari perintah Kaisar Anastasia yaitu mencari desainer terkenal di Bellatrix dan identitas anak yang menolong Kaisar lima tahun lalu.

Lelaki itu memasuki bangunan utama dengan lancar seolah itu adalah rumahnya sendiri. Sebelumnya ia bertanya terlebih dahulu kepada Madam Cale tentang keberadaan Kaisar.

"Yang Mulia Kaisar saat ini sedang menikmati tehnya di rumah kaca."

Kaki panjang itu melangkah dengan cepat ke arah rumah kaca sesuai perkataan Madam Cale. Sesampainya di sana ia langsung duduk di depan Kaisar dan meminta dayang menyajikan teh untuknya.

"Sekarang ini aku bukan lagi seorang Putri melainkan Kaisar, tolong tunjukkan tata krama mu, Grand Duke Marvin." Sarkas Kaisar Anastasia.

"Yang Mulia saat ini hal itu tidak penting. Apakah anda tidak ingin mendengar informasi penting yang saya bawa?" Theodor mengganti topik dengan cepat.

Terkadang dirinya memang lupa bersikap hormat kepada manusia di depannya ini yang setahun lalu masih lah seorang putri.

"Cepat katakan padaku," desak Kaisar.

"Penyihir bernama Willie yang saya temui saat di Bellatrix mengatakan bahwa saya akan bertemu dengan anak yang menolong anda dalam waktu dekat."

"Kau bilang itu informasi penting?" Balas Kaisar kecewa.

"Saya bahkan belum selesai berbicara, Yang Mulia." Theodor sangat lelah menghadapi Kaisar tidak sabaran di depannya.

"Baiklah, katakan."

"Ajaibnya ternyata anak yang saya temui dalam waktu dekat adalah desainer ini." Theodor menyerahkan salinan desain yang digambar oleh Emine.

"Desainer Emine? Nama yang sangat cantik sesuai wajahnya," ucap Kaisar Anastasia setelah melihat nama pembuat desainnya di pojok kanan atas kertas itu kemudian dengan tenang menyeruput tehnya.

"Yang Mulia, dia anak laki-laki."

Perkataan itu membuat Kaisar kaget hingga tersedak. Beberapa dayang di sana ribut karena khawatir, Kaisar mengangkat tangannya sebagai tanda bahwa dia tidak apa-apa.

"Tapi anak yang aku lihat perempuan!"

"Apakah anda salah ingat? Anda mengatakan bahwa saat itu anda setengah tersadar kan?" Ucap Theodor kemudian menyeruput teh miliknya yang sudah siap.

"Benar! Tapi aku yakin!"

"Saya jelas melihat dengan mata kepala saya sendiri, pemuda itu sangat tampan, badannya bagus, pinggangnya ramping, potongan rambutnya hitamnya membuat dia terlihat lucu, apalagi mata hazel yang berkilauan itu." Tanpa sadar Theodor malah terlihat seperti mendeskripsikan seseorang yang ia sukai.

"Kau terlihat menyukainya," ucap Kaisar dengan nada mengejek.

"Ben- eh tidak! Maksud saya iya sebagai desainer saya suka cara kerjanya, tapi kalau maksud anda suka dalam hal lain itu jelas tidak. Sudah saya katakan dia laki-laki, Yang Mulia."

"Jelas-jelas kau menyukainya. Seorang Theodor Marvin yang jarang memuji orang saat ini tengah mengelu-elukan desainer bernama Emine itu. Dari deskripsi yang kau katakan pun jelas menunjukkan dia sepertinya perempuan."

"Apakah anda tidak mendengar saya mengatakan tampan?"

"Aku dengar. Tapi kau tidak mungkin menyukai laki-laki kan?" Ejek Kaisar, lagi.

"Benar."

"Itu tandanya kau menyukai dia sebagai perempuan." Simpulan aneh namun tepat sasaran.

"Tapi mengapa dia menyamar menjadi laki-laki?"

Emine IlonaWhere stories live. Discover now