Chapter 20: Alster Von Beningham

81 12 0
                                    

Gadis yang kini sudah berumur 17 tahun itu langsung menuju halaman belakang selepas turun dari kereta kuda, dan benar saja tebakannya bahwa Alster dan Gabie akan berada disana.

Kebiasaan keduanya tak pernah berubah sejak 5 tahun lalu. Alster yang terlihat menikmati udara segar di bawah pohon dengan buku di tangannya dan Gabie yang menghitung semut dengan bahagia.

Melihat hal itu Emine tertawa kecil. Tidak ada yang berubah kecuali dirinya.

"Emine?!" Teriakan Gabie membuat Alster yang tengah fokus mengarahkan atensinya kepada gadis yang nampak seperti laki-laki.

Gabie memeluk Emine membuat gadis itu tertawa. "Bagaimana kau tahu? Padahal aku sudah menyamar."

"Apakah berada dalam koran termasuk menyamar juga?" Kali ini Alster yang menanggapi.

Emine terkejut mendengar suara berat Alster, sangat berbeda dengan 5 tahun lalu karena saat ini Alster sudah pubertas dan umurnya bahkan lebih tua darinya yaitu 20 tahun.

"Mengherankan bukan? Padahal lima tahun lalu suaranya sangat lembut dan manis," ujar Gabie seolah mengetahui pikiran Emine saat ini.

Lelaki itu memukul kepala Gabie pelan menggunakan buku hingga membuat gadis itu mengaduh kesakitan. Sebenarnya tidak begitu sakit, Gabie hanya sedikit terlonjak.

"Sampai kapan kau akan terus memberi tahu orang-orang tentang masa laluku, hah?" Keduanya sangat akur seperti adik kakak hingga membuat Emine tak dapat menahan tawanya.

Alster berdiri di depan Emine, menatapnya lekat, kemudian tersenyum. Mendapat tatapan seperti itu membuat Emine salah tingkah.

Seperti yang pernah Emine bilang saat masih di panti bahwa Alster terlihat tampan. Kini setelah dewasa bukan hanya tampan, Alster juga terlihat sangat berkharisma hingga Emine hampir menganggapnya sebagai bangsawan.

Lelaki itu tersenyum lantas mengacak-acak rambut Emine. "Sepertinya Emine-ku juga sudah dewasa."

"Emine-ku?!"

Lagi-lagi gadis itu salah tingkah hanya karena tindakan sederhana Alster. Emine memang tidak kuat dengan pesona lelaki tampan.

"Salah Alster, dia bukan milikmu tapi milikku." Gabie kemudian menarik lengan kanan Emine dan memeluknya.

Tak mau kalah, Alster juga menarik pinggang Emine dan memeluknya. "Tapi sepertinya dia lebih menyukaiku."

"Apa?! Emine, katakan sejujurnya! Kau akan memilih lelaki licik ini atau aku?!"

Gadis itu sedikit bingung, lantas menatap Alster seperti meminta tolong, tetapi lelaki yang masih setia memeluk pinggangnya malah menatap mata Emine seakan menunggu jawaban juga.

"A-aku menyukai kalian berdua," balasnya gugup kemudian menarik Gabie untuk berpelukan juga.

Jika hanya dipeluk oleh Alster sedikit lebih lama, wajahnya mungkin akan semerah tomat nantinya.

Setelah acara rebutan yang membuat canggung, mereka bertukar cerita di bawah pohon. Emine menceritakan alasannya menyamar dan perjalanannya sebagai desainer sejauh ini. Ia juga meminta kedua temannya untuk menjaga identitasnya, bahkan dari orang-orang kuil suci sekalipun.

Gabie juga menceritakan betapa kagetnya ketika panti di geledah saat itu. Ibu panti mendapatkan hukuman penggal karena telah menculik anak-anak di jalanan dan menjadikan mereka budak. Untung saja pihak kuil suci ikut datang ke panti dan menawarkan anak yang tidak punya rumah untuk tinggal.

Karena kebanyakan dari mereka ternyata memiliki tempat lain untuk dituju, jadi yang tinggal di kuil suci hanya Alster, Gabie, dan 5 anak lainnya.

"Nanti saat berumur 17 tahun aku akan mencari pekerjaan seperti Emine dan menabung membeli sebuah rumah kecil agar tidak merepotkan orang-orang di kuil suci lagi!" Ujar Gabie, mengatakan rencananya dua tahun kemudian.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Emine IlonaWhere stories live. Discover now