(17) Menghilang

3.3K 424 56
                                    

"Di mana gue?" ucap Rakha saat pertama kali membuka matanya. Dia berbaring di atas sebuah dipan kayu. Sebuah ruangan sederhana terbuat dari bambu. Dia mencoba menetralkan pandangannya. Kepalanya terasa pening.

"Mala!" ucapnya saat kesadarannya penuh. Dia mencoba bangun tapi tubuhnya terasa sakit, begitu juga kakinya. "SIAL!" umpatnya.

Rakha tetap memaksakan untuk bangun. Dia hkhawatir dengan kondisi istrinya. Dan harus segera mengetahui keadaannya. Rakha terus memaksa meski tubuhnya terasa remuk.

Bruuk

Tubuhnya terjatuh membentur lantai yang masih berbentuk tanah tanpa ubin.

"Tuan!" seorang gadis beralari tergopoh-gopoh. Mencoba membantunya. Tapi dengan kasar Rakha menepisnya.

"Jangan sentuh gue!" tukasnya.

"Saya hanya ingin membantu! MAaf!" gadis itu mundur beberapa langkah.

"Dimana ini?" tanya Rakha masih dalam posisinya yang terduduk di lantai.

"Tuan berada di rumah saya! Saya menemukan Tuan pingsan dua hari yang lalu!"

Rakha mencoba bangun tapi tidak berhasil.

Gadis itu merasa iba. "Ijinkan saya membantu Tuan!" ucapnya meminta ijin. Tak ada pilihan lain. Rakha akhirnya mengijinkannya.

"Di mana istri saya? Apakah dia baik-baik saja? Bagaimana keaadannnya?"

Gadis itu sedikit terkejut. Apakah kepala pria ini terbentur sampai melantur seperti itu? batinnya. Dia terlihat terlalu muda untuk mempunyai istri.

RAkha mulai terlihat kesal. "Kenapa lo diam aja! di mana istri gue!"bentaknya.

"MAaf Tuan, tak ada orang lain. Saya hanya menemukan Anda!" jawab gadis itu jujur. RAkha mulai terlihat gusar. Dia memggkhawatirkan keadaan Mala, istrinya. DIa merogoh saku celananya.

"Sial! HP gue ada di tas MAla! Arrgg!" Rakha mengacak rambutnya. Tak mungkin dia diam saja. Dia harus melakukan sesuatu.

"Gue pinjam ponsel lo!" ucapnya.

"Sa—ya tidak punya!" DAsar Rakha. Melihat kondisi gadis itu, seharusnya dia paham. Bagaimana mungkin gadis itu memilikinya.

"MAaf saya tidak berani mengganti baju Anda!" GAdis itu berjalan keluar kamar, lalu sesaat kemudian kembali sambil membawa satu stel pakaian.

"Ini pakaian mendiang ayah saya! mungkin tidak bagus tapi ini bersih! semoga cukup!"

Rakha menerimanya untuk menghargainya. Dia tak memikirkan bajunya yang kotor. Bahkan sudah mengering seiring waktu. Yang dia pikirkan adalah istrinya.

Semoga kamu baik-baik saja sayang!

"Di mana ini?" tanya Rakha.

"Rumah saya ada di bawah bukit. Sepertinya Anda terjatuh dari atas saat terjadi longsor! dan terbawa arus sungai. Beruntung anda berhasil sampai di tepi. Rumah saya berada dekatd engan sungai"

"Longsor?"

"Iya dua hari yang lalu terjadi longsor di desa sebelah"

"Bisa bantu gue ke sana? gue pengen tau keadaan istri saya!"

"Maaf dengan kondisi Tuan yang seperti ini! saya rasa kita tidak akan bisa, ditambah jaraknya lumayan jauh dari sini!"

"Gue ngga peduli! gue harus bisa kembali ke tempat itui sekarang!"

"Maaf! tapi kalau tuan ijinkan, ijinkan saya merawat luka Anda, saya pastikan luka Anda akan segera sembuh. Dan saya akan mengantar kan NAda ke sana!" gadis itu mengambil sebuah ramuan. Dan memberikannya pada Rakha. "Minum ini dulu, ramauan ini bisa membantu mempercepat kesembuhan Anda!"

'MALA'ikat Tak BersayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang