Bab 57. Hari Terakhir

1.8K 274 35
                                    

"Selamat pagi sayang!" ucap Mala sambil mengecup pipi sang suami yang masih tertidur sambil memeluknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi sayang!" ucap Mala sambil mengecup pipi sang suami yang masih tertidur sambil memeluknya. Rakha membuka matanya perlahan. Senyum kecil muncul di wajahnya saat ia mendapati Mala yang tersenyum hangat. Perlahan, Rakha menariknya lebih dekat, mengecup keningnya dengan lembut sebelum mulai menciumi wajah istrinya dengan penuh rasa sayang.

"Udah Kha!" Mala tersenyum sambil mengusap rambut Rakha dengan lembut, merasa bahagia melihat wajah suaminya yang terlihat damai dan penuh cinta. 

"Gimana kalau hari ini kita menghabiskan waktu, berduaan di kamar aja!"

"Hari ini, hari terakhir kita di Swis, aku tak meu melewatkannya negitu saja Kha" ujarnya, masih dalam pelukan suaminya.

"TApi La! aku takut kejadian kemarin terjadi lagi!"

"Tenang aja Kha, kemarin mungkin karena kecapaian jadi aku mengalami kontraksi palsu!" jelas Mala.

Wajah Rakha terlihat cemberut, "Tapi kemarin kamu benar-benar kesakitan, aku benar-benar mengira dia akan lahir di sini!" Rakha membelai perut Mala dengan lembut. Mala terkekeh melihat wajah khawatir sang suami. 

Akhirnya setelah Mala meyakinkan kalau semua akan baik-baik saja, akhirnya Rakha menyerah juga. Dia menuruti permintaan Mala untuk pergi ke tempat yang diinginkan Mala. Tapi dengan syarat.

"Tapi sebelum itu bolehkah aku minta itu? sejak sampai di sini aku belum mendapatkan jatahku sama sekali" Mala paham apa yang dimaksud sang suami, dia ingin menyetujuinya tapi kejadian kemarin memaksanya harus menolak.

"Sayang, boleh nggak kita tunda dulu?" Mala bicara dengan lembut, berusaha agar Rakha mengerti kekhawatirannya. "Setidaknya sampai aku bertemu Meyta untuk konsultasi. Aku nggak mau mengambil risiko sebelum tahu semuanya benar-benar aman," lanjutnya sambil menatap Rakha dengan penuh sayang.

Rakha menghembuskan nafas pelan, lalu mengecup pucuk kepala Mala, sambil tersenyum dia berkata. "It's OK!" Rakha membelai lembut rambut sang istri. "Maaf ya sayang! untung kamu ngingetin, kadang aku yang tak bisa mengendalikan diri!"

"Padahal aku gendut lo sekarang!" goda Mala. 

Rakha tersenyum lembut, menatap Mala dengan penuh sayang. Ia menggelengkan kepala pelan, lalu mengangkat dagu istrinya, menatapnya tepat di mata. "La, kamu cantik, dengan atau tanpa perut yang buncit ini," katanya sambil tersenyum, menepuk lembut perut Mala yang sedang mengandung. "Apalagi sekarang... kamu lebih cantik dari yang pernah aku bayangkan," lanjutnya, menggoda sambil mempermainkan rambut Mala yang tergerai di bahunya.

Mala tertawa kecil, merasakan pipinya memerah. "Ah, bisa aja kamu, Kha," balasnya, mencoba mengalihkan pandangan sejenak.

Rakha tak bisa menahan diri untuk mengecup ujung hidungnya. "Aku serius, La. Kamu sempurna, dan ini adalah momen yang paling membahagiakan buat aku."tatapan Rakha tak lepas dari wajah sang istri .

'MALA'ikat Tak BersayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang