Bab35. Kekuatan Janji

2.8K 370 119
                                    

Kamu tahu? Lawan dari kata cinta itu bukan kebencian tapi ketidakpedulian...
Sangat menyakitkan saat orang yang sangat kamu sayangi sudah tak peduli lagi padamu


Tak ada yang mampu melukiskan perasaan lelaki berbadan tegap ini. Dia yang berusaha menyelamatkan semua harus menerima bayarannya. Ia hampir saja kehilangan calon anak dan wanita yang sangat dicintainya. 

Dengan langkah gontai Rakha berjalan menyusuri area pemakaman. Dia berjalan menuju makam yang terletak di ujung. Tangan kanannya menggenggam setangkai bunga mawar, yang dia petik di depam area pemakaman tadi. 

Diletakkannya bunga itu di atas gundukan tanah. Di usapnya nisan dengan tulisan Aleiya Zoya Nareswara sambil tersenyum.

"Halo sayang, papa datang lagi!" DIa belum bisa menghentikan airmatanya sejak tadi. Penyesalan membuat hatinya terluka. "MAaf papa belum bisa menjadi papa yang baik! karena keteledoran Papa kamu tak pernah melihat indahnya dunia!" 

Rakha menangadah menatap langit. Gumpalan awan hitam tampak semakin tebal. Bibirnya tersenyum miris. 

"Hujan" gumamnya. Ia kembali mengarahkan pandangannya ke nisan sang putri. "Kamu tahu sayang! hujan selalu datang di momen-momen tak terduga, bagi papa hujan memberi sekali banyak kenangan!"

Pikiran Rakha kembali ke masa itu. 

"Gista jangan tinggalin Danish " teriak seorang bocah sambil berlari mengejar mobil yang semakin menghilang di kejauhan.
"Gista bohong, Danish ga mau jadi anak baik lagi " ucapnya lirih di sela isak tangis.

Itulah saat semua kisahnya di mulai. Kepergian seseorang yang sangat dikasihinya telah membuatnya menjadi seseorang yang berbeda. Tapi siapa sangka kesetiaannya membuat takdir mempertemukan dan menyatukan mereka kembali. 

"Kamu tahu sayang? mamamu adalah wanita terhebat dan terbaik yang pernah papa temui. Meski papa banyak melakukan kesalahan dan sering membahayakannya, tapi dia tak pernah berniat meninggalkan papa! tapi..."

Rakha menghentikan kalimatnya saat rintik mulai turun. "Kali ini papa hampir saja membuat mamamu kehilangan cinta untuk kedua kalinya. Oleh karena itu, papa memilih pergi." Rakha mengusap wajahnya yang mulai basah oleh air hujan. "Hal yang seharusnya papa lakukan sejak dulu! karena papa selalu membawanya dalam kesulitan. Tapi papa terlalu egois, papa selalu gagal, membayangkan saja papa tidak mampu, melihat mamamu menjauh atau menjadi tak peduli saja membuat hati papa sakit." Rakha mulai terisak. "Apa yang harus papa lakukan Ley, apa?"

"Tetap di sisiku sampai kapanpun! ini perintah!" Rakha membalikkan tubuhnya. Dia melihat wanita yang sangat dicintainya berada di belakangnya, duduk di kursi roda. Seluruh tubuhnya basah, tapi air hujan tak mampu menutupi airmatanya. 

"MALA?" Rakha berlari sambil melepas jaketnya, lalu menutupkannya di atas kepala sang istri. "Apa yang kamu lakukan di sini sayang! kamu masih sakit, kenapa malah hujan-hujanan!" cemasnya.

"RAy! kamu bodoh atau giman sih! kenapa lo bawa Mala ke sini ha!" Rakha menyeriangi, matanya tajam menatap Rayen yang berdiri tepat di belakang Mala.

"Jangan salahkan Kak Rayen! kamu yang harusnya dimarahi! kenapa tiba-tiba kabur meninggalkanku dan anak kita hmm? kamu udah ngga butuh kita lagi?"

"Kamu ngomong apa sih sayang! aku ngga akan pernha bisa jauh dari kamu! smapai kapanpun!"

"Terus kenapa kamu curhat sama Ley mau ninggalin kita!"

"Ngga gitu tadi aku ..."

"Ssstt!" Rayen tiba-tiba menyela. "Bisa ngga pertengkaran rumah tangganya jangan di sini! kalian ga malu diliatin sama Ley? lagian hujan tambah deras dingin tau! kalian enak dingin ada yang peluk lha gue?"

'MALA'ikat Tak BersayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang