23 IDC : Daddy sugarnya Buna Mochii

38 5 0
                                    

Sudah beberapa hari, minggu dan bulan berlalu. Airin masih saja mengacuhkan Mamih walaupum mereka tinggak bersama.

Liam dan Jhon pun akur, mereka sering bermain bersama apalagi saat ini Liam sudah mulai mengerti.

Hingga tahun pun berlalu kini Liam sudah berusia empat tahun. Liam sudah mulai pergi ke taman kanak-kanak dari beberapa bulan lalu, dengan Jhon pastinya.

"Ayo cepet sayang." seperti di pagi biasanya Airin selalu riweh menyiapkan anaknya, suaminya dan juga dirinya yang memang sudah kembali bekerja dan melanjutkan s2 beberapa tahun lalu.

"Sini, biar Ayah aja yang siapin Mochii. Buna pergi masak sana." ucap Alex sambil menggulung lengan kemejanya dan menyambil baju seragam Liam. Emang masih aja Ayah Alex memanggil Liam Mochii.

"Yaudah. Makasih Ayah."

"Kalau makasih, mana ciumannya?" sembari menyodorkan pipi kanannya.

"Ayah ih." bukannya ciuman malah geplakan di tangan yang Alex dapat.

"Di pipi gak papa kali Bun." dengan senyum Airin pum mengecup pipi kanan suaminya. Liam yang melihat cemberut.

"Buna. Liam gak di cium juga?" protesnya.

Airin tertawa lalu ia mencium pipi Liam dengan gemas. "Nih ditambahin ciuman Ayah." barulah Liam tersenyum dicium oleh orang tuanya di kedua pipinya.

Di bawah.

"Jhon udah siap?" tanya Airin baru saja selesai menata meja.

"Siap dong kak." jawab Anak enam tahun itu.

"Sini sarapan dulu."

Lalu Airin memberikan piring yang sudab berisi nasi goreng spesial telor ceplok di hadapan Jhon.

"Liam sama Ayah nya belum siap apa? Ayah! Udah siap belum!?" teriak Airin.

Di kamar Alex selesai mengancingkan baju seragam Liam.

"Tuh, Buna cerewet kamu udah teriak." ucapnya.

"Liam aduin ke Buna loh, Ayah bilang Buna celewet." bilang anak cadel itu.

"Jangan dong sayang. Emang kamu mau Ayah tidur disini sama kamu?" Liam menggeleng.

"No no!"

Dari beberapa minggu ini memang Liam selalu ingin tidur sendiri di kamarnya, ia tak mau di temani dan tak mau tidur di kamar orang tuanya seperti dulu waktu bayi. Liam bilang. "Sekalang Liam udah besal, udah bukan bayi lagi."

Alex dan Liam pun turun tangga. "Ayo cepet sini sarapan. Nanti telat."

Semuanya pun sarapan, termasuk Mamih yang sudah cantik berdandan. Oh iya, sekarang ia pun sudah bekerja disebuah salon kecantikan, katanya sih milik temannya.

"Wangi bener. Mau kerja atau pacaran?" sindir Airin mengendus parfume sang ibu yang sangat menyengat.

"Kerja itu emang harus wangi Ai. Jangan bau asap." Airin mengendus dirinya yang memang sedikit bau asap karena habis masak.

Selesai sarapan dan tak lupa pakai parfume juga semuanya pun naik mobil yang Alex kendarai.

Rute mobil Alex-

Rumah🏠 ⇨ salon🧖‍♀️ ⇨ TK 🧒 ⇨Rumah sakit🏨

Selesai mengantar Mamih, kini mereka menuju sekolah anak-anak.

"Hari ini kamu ada ngajar Yah?" tanya Airin.

Alex mengangguk. "Ada. Tapi nanti siang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istriku Dokcan (Dokter Cantik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang