8. Ena-ena yang terganggu

21K 313 3
                                    

Jae langsung menghentikan aksinya dan pisau itu berhenti tepat di depan wajah Megan dengan jarak yang kurang dari 5 cm. Wajahnya seketika pucat melihat keberadaan kekasihnya yang hampir terluka karena perasaan negatif yang menghantuinya. 

Sementara Megan saat ini masih berdiri kaku dengan badan yang bergetar oleh keterkejutan. Bahkan, seluruh tungkainya terasa sangat lemah.

”Maafkan aku. Aku tidak tahu bahwa itu kamu.” Jae langsung membuang pisau di tangannya dan mendekati Megan sembari memegang kedua bahu Megan yang saat ini masih bergetar. Wanita itu masih terlihat sangat shock. 

Menuntun Megan duduk di kursi ruang makan. Menuangkan air untuk Megan dan memberikan kepada kekasihnya. 

”Maaf sudah mengejutkanmu. Kamu tidak apa-apa?” ulangnya sembari menanyakan keadaan Megan, yang dibalas anggukan kepala oleh wanita itu sembari meneguk air yang dia berikan. 

Kejadian tadi masih terbayang jelas di pikiran Megan. Jika Jae tidak segera berhenti, maka pisau tersebut sudah dipastikan akan menancap di wajahnya, dan kejadian itu terjadi begitu tiba-tiba. 

“Tunggu di sini, ya, aku akan melanjutkan memasak. Setelah itu kita makan malam bersama,” ucap Jae. Setelah memastikan Megan sudah mulai tenang, dia kembali ke arah dapur dan melanjutkan kegiatannya yang sebelumnya tertunda. 

Tidak membutuhkan waktu lama, Jae menyelesaikan masakannya dan menghidangkan di meja makan yang saat ini masih terdapat Megan. 

“Ayo, kita makan,” ujarnya mengajak wanita itu untuk makan bersama. Dia dengan telaten mengisi piring Megan dan memberikan kepada kekasihnya tersebut. 

Mereka makan bersama sembari membahas hal-hal kecil, dan saat ini Megan sudah terlihat seperti biasa meski kejadian tadi masih membekas di ingatannya. 

Setelah selesai makan malam, mereka memutuskan untuk menonton TV bersama di ruangan tengah. Megan memeluk sebuah cup popcorn dan membawa ke dalam mulutnya sembari menyandarkan kepalanya di bahu Jae. 

“Aku sangat senang kembali bertemu denganmu,” ucap Jae. Mengecup pucuk kepala Megan. 

“Aku juga senang bertemu denganmu,” jawab Megan.

Mereka menikmati acara TV yang ada di depan mereka sembari tangan Jae mengusap kepala Megan. Lama-kelamaan usapan itu turun ke lengan Megan dan semakin turun ke pinggang, serta pinggul Megan. 

Megan tidak bereaksi apa-apa. Dia tidak menyingkirkan tangan Jae ataupun berniat untuk melarang kekasihnya itu. Dia masih sibuk membawa copcorn ke dalam mulutnya dan menikmati tayangan film romantis di depan mereka. 

“Kamu menginginkannya?” tanya Megan, mengarahkan popcorn yang hampir dia masukkan ke dalam mulutnya kepada Jae. 

“Ya, aku menginginkannya, tetapi yang lain,” jawab Jae. Tangannya semakin bergerak turun dan mengusap paha Megan. 

Megan sama sekali tidak menampilkan reaksi apa-apa. Membuat tangan kokoh Jae semakin berani. Bergerak ke arah atas dan dengan perlahan mengusap bokong Megan. 

Sebelah tangan Jae menarik dagu Megan sehingga tatapan mereka bertemu pandang. Jae menatap dalam iris cerah Megan dan dengan perlahan tapi pasti mendekatkan wajahnya kepada Megan. Memagut bibir lembut Megan dan melumatnya dengan perlahan. 

Megan memejamkan mata merasakan sapuan bibir kekasihnya pada bibirnya. Sebelah tangannya yang tidak memegang popcorn mengalung di leher Sang Kekasih dan dengan perlahan dia membalas lumatan yang dibalas oleh Sang Kekasih. 

Detik demi detik berlalu. Hawa dingin seketika terasa di ruangan tengah tersebut, tetapi mereka tidak terlalu merasakan hal itu karena apa yang tengah mereka lakukan dapat menutupi aura dingin yang sangat mencengkam itu.

Hantu Tampan Penghuni Rumah Kosong (21++) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora