12. Alasan yang sebenarnya

28.6K 589 38
                                    

Dengan gemulai, matahari mulai merayap naik di ufuk timur, membawa kehangatan yang mengusir dinginnya malam. Sinar emasnya perlahan menyinari langit yang tadinya gelap, menyapu awan-awan kelabu dengan warna-warna cerah.

Seorang wanita cantik dengan kondisi yang terlihat berantakan masih setia bergelung di atas tempat tidur empuk. Namun, dering suara ponsel yang masih dicharger di atas nakas mengganggu tidur lelapnya.

Dengan mata yang masih terpejam, dia meraih ponsel itu. Mendekatkan ke telinganya dan bergumam kecil seraya menahan rasa kantuk yang masih melandanya.

“Kamu masih tidur? Cepatlah, sebentar lagi presentasi kelompok kita.” Terdengar suara teman kelompoknya dari seberang sana. Membuat Megan mau tidak mau membuka mata dan menatap ke depan dengan tatapan kosong, mata yang masih memberat.

“Sepertinya akan melewati jam pertama, aku baru bangun,” jawabnya seakan tidak berminat untuk berbicara.

“Baiklah. Jangan lupa datang di jam kedua.”

“Umm … aku akan segera mandi,” balasnya. Setelah itu, sambungan telepon itu berakhir dan Megan kembali meletakkan ponselnya, tetapi dia saat ini tidak melanjutkan tidurnya karena harus ke kampus meski melewatkan pelajaran di jam pertama, dan saat ini matanya masih sangat mengantuk.

Padahal dia tidur cepat, tetapi rasanya dia baru tertidur beberapa jam dan dia juga merasa seluruh tubuhnya remuk, terlebih pada area bawahnya yang terasa perih.

Dia berusaha menggerakkan tubuhnya yang saat ini sangat tidak nyaman. Tangannya menyentuh pinggangnya, tetapi matanya membulat merasa ada yang aneh ketika tangannya langsung menyentuh kulitnya.

Dengan cepat dia langsung menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Detik itu juga kedua matanya terbuka dengan lebar.

“Apa yang terjadi?!” jeritnya dengan keterkejutan luar biasa.

“Apakah aku masih sedang bermimpi? Akkhhhh!” Dia meringis saat mencubit tangannya sendiri. Itu menyadarkannya bahwa saat ini dia benar-benar tengah tidak bermimpi.

Pikirannya saat ini masih tidak bekerja sepenuhnya. Dia terkejut dan dia juga baru bangun tidur, membuat otaknya belum maksimal, tetapi sekarang dia sangat kebingungan apa yang terjadi dengannya? Kenapa dia full naked dan kenapa seluruh tubuhnya terasa remuk?

Dengan rasa sakit luar biasa pada pangkal pahanya, Megan mencoba turun dari ranjang. Seketika itu juga cairan putih kental mengalir dari bagian bawahnya. Dia berusaha untuk berjalan ke arah cermin besar di kamarnya dan berdiri di depan cermin tersebut.

Dia semakin shock melihat pantulan tubuhnya sendiri yang berada dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh tanda merah keunguan dan terdapat cairan putih yang mengalir di pahanya.

Jantungnya berdetak dengan cepat. Pandangan langsung beralih ke arah pintu balkon yang masih tertutup rapat.

“Apa yang terjadi? Siapa yang sudah memasuki rumah?” tanyanya dengan panik. Dia panik karena kondisi tubuhnya saat ini.

Dia segera mengambil tisu. Membersihkan sisa cairan yang sudah bisa ditebak bahwa cairan itu cairan apa dan dengan menahan rasa perih dia berjalan ke arah ranjang. Memungut kembali night dressnya yang berceceran di lantai.

Namun, matanya tidak sengaja melirik ke arah bagian tengah ranjang yang terdapat sedikit darah. Darah itu seakan membuktikan bahwa dia saat ini bukanlah seorang virgin.

Tidak ada waktu untuk berpikir. Dia langsung berlari ke arah balkon setelah mengenakan pakaiannya. Pintu balkon itu benar-benar terkunci dan tertutup dengan rapat. Sangat mustahil jika seseorang masuk dari sana.

Hantu Tampan Penghuni Rumah Kosong (21++) Where stories live. Discover now