41|terbiasa

41 6 0
                                    

Pov gibran

Jakarta, 2022

Halo mas... Gimana kabar mamas disana? Lebih baik, atau sama saja seperti saat mamas masih ada disini? 

Gibran harap mamas merasakan yang terbaik di atas sana... 

Kami disini, mencoba buat ikhlas dan lapang menerima kepergian mamas dari hidup kami. Semoga kelapangan hati kami membuat jalan mamas lebih mudah disana ya... 

Mas... Ayah menjadi sosok yang lebih kuat sekarang. Ayah bisa menjadi sosok yang bisa untuk gibran andalkan ketabahan hatinya untuk diri sendiri. 

Sebenarnya tak ada yang spesial disini. Kami masih terus merasa sakit dan sesak kalau saja mengingat sosok mamas yang masih terus menjadi penghuni di hati kami. 

Rindu yang tak ada penawarnya, sakit yang tiada bandingnya, ternyata semua itu memang benar-benar sangat menguras tenaga yang ada di dalam jiwa kami... 

Seperti inikah sebuah luka yang menganga di dalam jiwa ayah selama ini? Tak dapatkah semua rasa sakit itu hanya menjadi kiasan di hidup kami? 

***

Suara alarm dari ponselku berbunyi nyaring, membuatku sedikit terkejut dengan volume nya yang memang sudah ku setting lumayan kencang.

Sebelah tanganku meraba benda pipih yang masih berdering itu. Di atas nakas. 

Setelah kurasakan benda itu sudah berada dalam genggamanku, mataku membuka perlahan. Menggeser layar ponsel itu ke atas agar tak lagi berbunyi.

07.00

Aku tak langsung bangun, masih berbaring di atas ranjang king size ini serta merentangkan kedua tanganku di sana. Mengatur nafasku sejenak serta berniat untuk mengumpulkan nyawa; 5 menit lagi, lima menit lagi, lima menit lagi. Batinku bermonolog pada diri sendiri.

Aku membuka mata saat teringat sesuatu, langsung mendudukan diriku sebentar dan beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diriku.

Tak butuh waktu lama bagiku untuk membersihkan diri. Kini aku sudah berdiri di depan cermin, mengenakan sebuah kaos putih oblong yang di padu padankan dengan celana skinny jeans berwarna hitam dan sneakers putih disana, dan tak lupa untuk menyemprotkan parfum dengan aroma perpaduan kayu manis dan citrus yang menjadi aroma favoritku selama ini.

Tak terlalu buruk juga... 

Hari ini aku harus bertemu dengan dosen pembimbingku, makannya aku bangun pagi. Beliau memintaku untuk menemuinya pagi ini. Andai saja hal ini tak penting mungkin aku akan memilih untuk tidur kembali di atas ranjang yang hangat dan empuk itu.

Aku menuruni anak tangga satu persatu. Sepi... 

Aku tak merasakan eksistensi ayah di rumah ini. Jangan tanyakan kemana art yang bekerja dengan ayah, beliau sudah lama mengundurkan dirinya. Jadi, aku dan ayah hanya hidup berdua saja di rumah ini.

Aku berjalan menuju dapur, meletakkan sebuah tas gendong yang ku bawa di atas meja makan. Aku mengambil beberapa lembar roti untuk ku jadikan sarapan pagi ini. Beberapa lembar roti dengan selai strawbery tak terlalu buruk juga untuk sarapan. 

Mengambil susu di kulkas dan menuangkannya di sebuah gelas yang sudah ku siapkan. Segelas susu dingin dengan dua lembar roti selai strawbery menjadi temanku pagi ini.

Notifikasi ponselku berbunyi di sela-sela sarapanku, tanganku meraih ponsel yang ku letakan di saku celana jeans yang sedang ku pakai. Aku menatap ponsel itu, ayah. 

Memeluk Luka [TAHAP REVISI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora