49|titik paling buruk

91 4 0
                                    

Jakarta

Jovandra tak tau apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Sejak tadi pagi, tubuhnya merasakan sesuatu yang membuatnya sedikit kesusahan saat melakukan aktivitas hariannya seperti biasa.

Kepala yang pusing, merasakan nyeri di beberapa bagian sendi-sendi tubuhnya, tubuh yang lemas dan tak bertenaga. Bahkan laki-laki itu sempat mengalami mimisan yang lumayan banyak saat di kantor tadi.

Jovandra duduk di kursi kebesaran miliknya, kepalanya ia senderkan kepada punggung kursi itu. Matanya memejam, mengingat lagi apa penyebab dirinya seperti ini. Apakah penyakit sialan itu kambuh lagi? Batinnya bermonolog dengan diri sendiri.

Jovandra teringat sesuatu. Laki-laki itu langsung berdiri dari duduknya, berjalan ke arah lemari kecil yang ada di ruangan itu. Mengambil sebuah pouch berukuran lumayan besar. Ia nampak berfikir sejenak, lalu mengunci pintu ruangannya sebelum ia kembali duduk di kursi kerja itu.

Laki-laki itu langsung membuka pouch yang sudah ia ambil. Meraih sebuah alat tensi darah dan juga termometer yang memang sengaja ia sediakan di dalam sana.

Tensi darahnya hanya 70/90, sedangkan termometer itu menunjukan angkanya di 39°.

Benar dugaannya, penyakit itu pasti datang lagi... 

Suara ketukan pintu membuat jovandra telonjak. Tergesa untuk merapihkan alat kesehatan itu kembali agar orang yang ada di luar ruangannya tak tau apa yang sedang di lakukan oleh laki-laki itu.

Jovandra segera berjalan ke arah pintu dan membuka kuncinya. Jafran. 

"Lagi ngapain si lo? Lama banget buka pintunya" Ucap seorang laki-laki yang tadi mengetuk pintu ruangan itu.

Jovandra hanya menggeleng. Membuat jafran sedikit heran di buatnya. Terlebih lagi saat jafran melihat wajah laki-laki yang menjadi atasannya itu. Wajah sepucat mayat dan tubuhnya yang terlihat tak punya tenaga.

"Lo baik-baik aja kan jo?" Tanya jafran kepada jovandra.

Bukan jawaban yang di dapatkan oleh jafran, melaikan ia harus menopang tubuh besar milik atasannya karna jovandra pingsan tiba-tiba.

"J-jo!!!" Pekik jafran terkejut dan refleks menangkap tubuh atasannya.

"Dri! Andrian!!!" Teriak jafran dari ruangan jovandra.

Seorang laki-laki yang ia panggil berlari dengan gugup ke arah mereka berdua. Andrian terkejut saat melihat atasannya sudah tergeletak di pangkuan jafran dan sudah tak sadarkan diri di sana.

"Pak jo kenapa jaf?!" Tanya andrian sambil membantu rekan kerjanya mengangkat tubuh jovandra ke atas sofa.

"Gue juga ngga tau, tadi gue mau nganterin proposal tiba-tiba aja jovandra pingsan" Jelas jafran.

Jafran dan andrian langsung bergegas membawa atasannya ke rumah sakit. Tapi belum sampai rumah sakit, jovandra sudah sadarkan dirinya.

"Saya mau dibawa kemana?" Ucap jovandra lemah.

Andrian dan jafran yang duduk di kursi depan menoleh bersama ke kursi penumpang.

"Ada yang sakit jo?" tanya jafran.

"Ngga ada, kita balik aja ke kantor" Jawab jovandra dengan sisa-sisa tenaganya yang masih ada di sana.

"Ngga bisa, lo harus ke rumah sakit. Seenggaknya biar tau apa yang terjadi sama lo" Timpal jafran lagi kepada atasannya.

Saat mereka sudah sampai di rumah sakit, jafran dan andrian turun dari mobil. Membukakan pintu belakang, dimana jovandra duduk di sana. Jafran berniat membantu jovandra turun dari mobil. Tapi langsung di tolak halus oleh jovandra.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 07 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Memeluk Luka [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now