CH. 110 Dua iblis bermain

801 164 57
                                    


Setenang biru laut yang jernih. Mata itu selaras dengan senyum yang selalu merekah. Hangatnya musim semi, harumnya aroma rerumputan dan bunga liar menjadi penyejuk di kala semua ingatan masa lalu yang menyakitkan datang tanpa di undang.

Zehan melihat jelas ke arah langit di mana rembulan seolah memanggilnya untuk pergi keluar. Zehan berkeliaran tanpa alas kaki di halaman mansion. Taman kaca berisi mawar langka hadiah ulang tahun dari Azrey masih menjadi ingatan abadi yang tak terlupakan oleh Zehan.

Seolah menyadari kesendirian yang di rasakan oleh Zehan, rintik hujan pun mulai turun. Zehan berlari untuk memasuki mansion. Karna jarak yang jauh, alhasil ia masuk ke dalam kediaman Athea dengan basah kuyup.

     "Dari mana kau? " Tanya seseorang. Matanya seindah ruby delima terlihat sangat cantik untuk di pandang. Clevin mendapati sosok adiknya yang kini basah kuyup.

     "Hachoo... " Zehan bersin tanpa di sengaja.

     "Hah... Dasar kau ini, kemarilah. " Ajak Clevin. Ia nampak menaiki tangga dan menuju ke lantai 2 dimana ruang kerjanya berada.

Zehan tentu saja mengikuti Clev dengan patuh. Clev juga memberi perintah untuk membawakan teh hangat dan baju ganti hangat untuk zehan. Perasaan nyaman itu mulai di rasakan Zehan saat ia selesai mengenakan pakaian hangat tersebut.

Dengan memegang secangkir teh hangat itu, Clev mengerjakan beberapa dokumen wilayah yang harus ia tanda tangani. Dan Zehan duduk anteng di samping Clev yang kini satu sofa dengannya.

Brrrr...

Terlihat jelas Zehan kedinginan saat angin itu masuk melewati jendela yang masih terbuka di ruang kerja.

Seolah bertindak tanpa sadar Clev menutup jendela itu sendiri. Ashley tidak berada di mansion dimana ia tengah sibuk dengan persiapan tambang berlian baru yang di yakini terdapat batu sihir langka.

Zehan tersenyum memandang Clev dengan riang. Bahkan kakinya. Ikut mengayun karena Zehan duduk di atas meja dengan kaki menjuntai tanpa menyentuh lantai.

     "He...? Ada apa ini? Kau terlalu baik, untuk seukuran orang yang melupakan semuanya kakak? " Ejek Zehan.

     "Dan kau terlalu manis untuk orang yang di sebut anak yang hilang ingatan. Aku tahu semuanya. Memangnya siapa aku sampai melupakan orang seperti apa adikku sebenarnya. " Clev membalas nyinyir.

     "Aah... Kakak benar, kau bahkan mengulang waktu karna sesuatu hal yang tidak berguna, emm apa namanya pembunuh kecil. Kau rela menggunakan hal tersebut. "

     "Sejauh mana kau mengingat tentang Zehan? " Tanya Clev penasaran.

     "Sejauh aku merasakan sampai saat ini. " Zehan tersenyum. Zehan kemudian turun dari meja dan kembali beralih duduk di sofa yang sama dengan Clev. "Kakak hebat ya? Aku bahkan tertipu dengan semua ini. " Ucap Zehan dengan raut wajah kesal.

     "Kenapa? Apa kau sendiri tidak sadar akan tingkah mu itu? Aku benar-benar kehilangan sebagian ingatanku. Dan itu sangat menyiksa. Apa kau tidak tahu seberapa keras agar aku berusaha mengingat semua hal yang hilang dari ku? Rasanya sangat sesak. " Jelas Clev.

     "Kenapa? Kenapa sampai sejauh itu? Kau bisa saja terdiam dan berpura-pura kembali ke awal dimana kau belum mengulang waktu. "

     "Itu benar, tapi saat aku kehilangan mu di waktu pertama aku sangat takut. Kehilangan mu karena sesuatu hal yang tidak ku ketahui lebih mengerikan. Walau aku tidak tahu siapa " Kau" Yang berada di dalam tubuh adikku sekarang. Tetapi aku yakin. Setelah semua yang terjadi kenapa kau menjadi pembunuh di masa lalu. "

    "Ah, jadi kakak sudah menyadari nya ya. Pasti Zehan yang asli, tidak maksud ku adikmu.. Dia.. Dia pasti sangat senang. "

     "Apa yang kau katakan, kau itu adikku sekarang. Dan aku menyayangimu. " Bisakah kita berhenti berpura-pura sekarang. Di antara kita semuanya sudah jelas dan tidak lagi lupa akan satu sama lain."

    "Aizh, apa yang kau katakan kakak, phantom sudah memperingatkan ku untuk tidak terlihat sedemikian rupa, aku benci orang itu karena dia tahu semua rencana ku? "

    "Begitukah? "

    "Ya, karna phantom bilang aku membuat adiknya repot. Siapa sangka jika Ledregard punya kakak. Terlebih phantom lebih gila dari kak Duke. Kepala ku sakit saat bertemu dengannya di kediaman Ledregard. " Zehan memijit pangkal hidung nya.

     "Hahahahahahah." Clev kini tertawa geli. "Jangankan kau, saat aku masih bersama Ledregard di waktu kecil, phantom sering datang mengunjungi kediaman hanya untuk mengganggu kedekatan kami. "

     "Ah begitu. Baiklah. Apakah kita harus bermain seperti ini sampai akhir kak? "

     "Aku tidak punya pilihan lain Zehan. "

    "Benarkah? Tapi aku punya pilihan lain itu. "

    "Apa itu? Cepat katakan padaku! " Clev sangat tidak sabaran.

    "Tenanglah, aku akan katakan semuanya nanti. Kalau sekarang sih belum ada. Hahaha" Zehan tertawa.

Clev merasa kesal karena adik kecilnya kini sudah terlihat dewasa bahkan tinggi tubuhnya yang bertambah. Rambutnya yang panjang kita selalu terikat rapi dengan sebuah pita berwarna biru yang sangat terlihat usang. Terlihat dari mana pun pita itu adalah pemberian Azrey.

Clev hanya diam tak berkomentar tentang benda apapun yang di pakai oleh adiknya itu. Malam semakin dingin dengan hujan yang semakin deras. Tiba-tiba,

Lap,

Keadaan menjadi gelap gulita. Suara hening itu berpadu pekat dengan gelap yang mendera. Clev sadar jika Zehan takut dengan kegelapan. Clev mencoba untuk menenangkan. Namun suara langkah kaki membuat mereka berdua waspada.

    "Kak apa kau tahu, jika hantu di dunia nyata itu ada? " Ucap Zehan pelan karena tak bergerak dari duduknya saat ini.

    "Ya, jika mahluk seperti naga dan Griffin saja ada, sudah jelas hantu itu juga ada. " Sahut Clev mulai gusar.

    "Apa kakak tahu, rumor yang beredar di luaran sana. Jika kediaman Athea itu menyimpan banyak roh penasaran karena kau membunuh Athea dalam satu malam. Itu di sebut hari berdarah. " Jelas Zehan kembali.

    "Lalu? "

    "Apakah mereka kini mencoba balas dendam pada kakak? "

    "K-kenapa kepada ku coba? "

    "Apa lagi karna kakak yang membunuh semuanya. " Zehah berbisik pelan.

Krieeetttt....

Pintu mansion terbuka, Clev dan Zehan memandang sebuah cahaya masuk ke dalam ruangan. Dan tiba-tiba, sosok wajah tua muncul dari kegelapan.

     "Aaaaaaaaa....! " Baik Zehan dan Clev berteriak. Sebenarnya Clev tidak takut akan hal ini. Tetapi karena terkejut akibat Zehan yang berteriak, Clev ikut berteriak juga.

Ternyata, itu adalah kepala mansion Roland yang kembali setelah sekian lama. Ia membawa sebuah lentera di tangannya. Dan mencoba untuk menghidupkan semua lentera di setiap sudut kediaman termasuk ruang kerja milik Clev.

     "Siapa yang sangka, Athea ternyata penakut. " Ucap Roland meledek kedua Tuannya itu yang tampak akrab setelah sekian lama.

    "Aku tidak takut sama sekali. Itu karena Zehan berteriak. " Ucap Clev mengatur wajah itu image nya.

Sedangkan Zehan jengah karena kakaknya tidak berubah sedari dulu. Raut itu kesal dan seolah ingin mencakar wajah tampan dingin itu.

     "Sekarang aku tahu alasan Zehan setelah menjadi Zehan yang sekarang. " Ucap Zehan.

     "Dan aku juga tahu karena mu, kenapa Zehan menjadi pembunuh kecil di masa lalu. " Clev tersenyum.

     "Kita impas bukan? " Tanya Zehan.

     "Ya kau benar. Kedepannya mohon kerja samanya ya adikku tersayang. " Kata Clev sambil tersenyum.

.
.
.

Fate Of 100 Live : The Evil Character's Brother Where stories live. Discover now