47

193 4 0
                                    

"Anika, ini Isaac. Isaac ini..."

"...pangeranmu," Anika bergumam dengan kedua mata yang berbinar.

Anika harus mengakui kalau selama ini ia memang selalu penasaran dengan hidup Aggie. Ia pernah bertanya darimana Aggie berasal, tapi Aggie hanya menjawab, "darimanapun asalku, hal itu sudah aku tinggalkan di masa lalu." Jadi Anika merasa kalau ia bebas berimajinasi tentang hidup seperti apa yang harus ditinggalkan Aggie.

Anika pernah merajut sendiri hidup lama Aggie di dalam pikirannya ketika ia sudah berbaring dan hendak tidur.

"Mungkin Aggie punya banyak hutang dulu. Dan dia melarikan diri." Pikirnya satu malam. "Atau mungkin dia punya penguntit yang terus menerus mengejarnya seperti di film-film. Lalu ia harus menghapus jejaknya dan memutuskan hubungan dengan dunia." Pikirnya di malam lain.

Anika punya seribu kisah yang bisa ia sandingkan dengan Aggie. Semua kemungkinan yang terpikirkan Anika rasanya bisa saja terjadi.

Tapi suatu hari, Anika tengah membantu Aggie untuk membersihkan kamarnya dan menemukan banyak barang-barang bermerk tersembunyi di pojok lemari baju Aggie.

"Aggie, apa ini boleh untukku?" Tanya Anika sambil mengacungkan sebuah tas selempang berbahan kulit. "Apa ini mahal?" Tanyanya lagi.

"Boleh. Ambil saja." Kata Aggie. "Tas itu tidak mahal." Lanjutnya.

Malam itu, Anika segera mengetahui kalau Aggie berbohong tentang tas itu. Ia mencari tahu merk tas itu di internet dan menemukan kalau harga tas itu sama dengan gajinya bekerja dua puluh empat bulan di penginapan. Lalu, saat ia masih di dalam website yang sama, ia melihat model tas lain yang mirip dengan tas Aggie yang sering ia pakai untuk membawa sayur-sayuran dari pasar, tas itu harganya sama dengan gaji Anika bekerja selama tiga puluh bulan.

Dari hari itu, Anika mulai memperhatikan barang-barang yang sering Aggie pakai sehari-hari. Sepatu kesayangan Aggie harganya dua belas bulan gaji Anika. Baju yang sering Aggie pakai untuk memerah sapi harganya sama dengan gaji dua puluh bulan. Jepit rambut Aggie seharga dua belas bulan gaji Anika.

Anika juga mulai menyadari kalau Aggie itu sangat pilih-pilih soal makanan. Dan ibu pemilik penginapan, entah mengapa, menyediakan makan makanan yang Anika sendiri tidak pernah coba selama hidupnya.

"Aggie punya perut yang lemah. Jadi aku rasa tidak ada salahnya untuk membiarkannya memilih makanan yang pas dengan seleranya." Kata ibu pemilik penginapan. Hm. Aneh, pikir Anika. Tapi ia tidak pernah melihat ada orang yang keberatan. Jadi ia juga tidak tertarik untuk membuat itu jadi masalah besar.

Selain makanan dan pakaian, Anika tidaj melihat perilaku yang eksentrik dari Aggie.

Aggie tidak keberatan untuk tidur siang di lumbung ternak. Tempat itu bahkan jadi tempat favorit Aggie untuk tidur siang dan membaca buku. Ia juga selalu menyapa semua orang dan sopan kepada pengunjung. Aggie tidak keberatan untuk membersihkan lantai yang kotor dan berdebu. Ia bahkan selalu jadi orang pertama yang menyadari sudut kotor dan segera membersihkan sudut itu dengan teliti.

Ia berperilaku layaknya pengurus penginapan dan tidak pernah mengeluh soal apapun. Bahkan pada hari-hari ketika ia ditugaskan untuk membersihkan toilet atau dapur sehabis acara akhir tahun yang ramai pengunjung.

"Kamu pernah bertanya hidup seperti apa yang selama ini aku punya, 'kan?" Tanya Aggie sambil mengelus lengan atas Anika dengan sayang. Anika mengangguk. "Apa kamu masih penasaran?" Tanya Aggie.

Tapi sebelum Anika bisa menjawab, ia diinterupsu dengan suara helikopter yang mendarat di taman depan. Apa penginapan kedatangan tamu penting?

"Aku harus kembali ke hidup itu. Apa kamu mau ikut?" Tanya Aggie. Anika menatap Aggie dengan binar di matanya.

Toy For YouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora