Empat Puluh Dua : Ikhlas Walau Berat

566 108 11
                                    

"Lo yakin? Gue cuma takut Angel nanti jadi depresi. Dalang dibalik kematian ibunya aja belum terungkap, sekarang ini." Ujar Zee

"Gue yakin, gue cuma curiga, ini satu orang yang sama" Ujar Eli

"Bener, ngga perlu kita tutupin ini dari dia, karna dia berhak tau. Angel berhak tau" Seru Gito

"Tapi kan–"

"Apa yang perlu gue tau?" Suara yang sangat familiar ditelinga anak AR.

Serentak menoleh pada sumber suara, mereka sama-sama menelan ludah susah payah saat tau siapa itu. Derap langkah kaki berjalan mendekat hingga ia terhenti tepat disebelah Zee duduk.

Angel datang bertanya menatap satu-satu sohibnya.

"Kenapa diam? Bisu?!" Tanyanya menusuk

Zee berdeham cukup keras hingga membuat fokus Angel teralih padanya.

"Enggak. Kita cuma kangen lo kok, hehe" Cengir Zee mencairkan suasana diantara mereka.

Angel menyipit menatap Zee curiga. Ada yang ditutupi, itu pikirnya.

"Mata lo berbohong!" Ucap Angel menatap Zee lalu beralih kembali menatap yang lainnya.

"Apa yang kalian tutupin dari gue?"

Tidak ada yang menjawab, semuanya bungkam seolah tak ada yang bertanya pada mereka.

"Ell?" Angel menatap Ellan

Ellan gelagapan. Ia tak tahu akan memberitahu sebenarnya atau tidak.

"Tanya ka Eli aja. Iya tanya ka Eli" Ellan melempar tatapan pada Eli membuat Angel mengikuti arah pandang Ellan. Eli melotot menatap Ellan tajam.

"Li?" Angel memanggil

"Zee! Ya... tanya Zee. Dia yang berhak menjawab"

Eli balik melempar membuat Angel menghela nafas panjang. Berjalan lalu duduk disebelah Zee, Angel memejamkan mata sejenak lalu kembali menatap satu-satu anak inti AR.

"Apa ada masalah di basecamp?"

"Enggak, basecamp aman" Jawab Zee cepat

Gito yang duduk tak jauh dari Zee hanya menatap Zee malas. Kenapa masih membuang-buang waktu seperti ini?

"Terus?" Angel benar-benar kesal. Pertanyaannya sedari tadi tak kunjung dijawab

"Biar gue yang jawab" Ujar Gito membuat Angel langsung menatapnya

Zee melemparkan tatapan peringatan pada Gito. Tapi sepertinya percuma, karena Gito tetap membuka suara untuk memberitahu Angel segalanya.

"Ada dalang dibalik kematian ci Shani." Ucap Gito dalam satu tarikan nafas.

Dan itu berhasil membuat Angel menegang ditempat. Tubuhnya bergetar serta detak jantungnya kian melaju.

"Jangan lagi" Ucapnya dalam hati

Membuka topi hitam dikepalanya, Angel meremas topi itu kuat.

Kemudian ia menoleh pada Zee yang duduk disebelahnya

"Zee.." Panggil Angel lirih

Tangan Zee terulur memegang bahu Angel. Kemudian ia mengangguk membenarkan ucapan Gito.

Jantungnya terus mencelos begitu saja, Angel tak bergeming, ia diam dengan tangan menutup wajah. Perlahan, bahunya terlihat bergetar.

Dadanya sakit, menahan tangis.

Zee mengambil bantal sofa yang ia himpit dibelakangnya. Lalu melempar benda itu tepat kearah Gito.

"Udah gue bilang!" Desisnya tajam menatap kecewa Gito. Gito hanya diam, ia tak membalas lemparan Zee.

Angel's RebeliansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang