TSK-00 PROLOG

335K 9.8K 325
                                    

Nemu cerita ini lewat jalur mana niehh???

Sedang Revisi!!

00-Prolog

Dingin. Tubuh penuh luka itu bergetar, darah segar mengalir dari perutnya. Tatapan sayu penuh dendam di netra itupun mengeluarkan air. Dia adalah Ketua sekaligus ratu dalam dunia kriminal. Sialnya, dia mendapat karmanya hari ini.

Auristella atau lebih senang disapa Stella dulunya adalah seorang gadis korban pembullyan di keluarganya, juga di sekolah. Penghinaan dan penghianatan yang di perbuat teman-temannya membuat luka yang semakin lama semakin membuatnya sakit sekaligus tumbuhnya perasaan ingin balas dendam.

The Rose. Tempat yang dia ciptakan khusus melampiaskan emosinya. Kelompok kriminal dengan ribuan anggota yang tersebar di beberapa sisi dunia.

Namun sialnya, tempat yang sangat dia cintai dengan segala perbuatan kriminalnya itu juga yang membawa petaka terhadapnya.

Orang kepercayaannya dan satu-satunya orang yang dia anggap bisa di andalkan kini tersenyum penuh seringai di atasnya.

"Namun maaf, Stella. Rasanya penghianatan yang sering kamu ceritakan itu ingin aku ulang lagi. Aku ingin menghianatimu!" Nico-orang kepercayaannya itu memasang wajah jijik.

Stella mengerngit ketika Nico semakin menekan belati itu ke perutnya. Gadis itu meremas tangan lelaki itu agar lukanya tak semakin dalam. "Brengsek!"

Nico tertawa jahat. "Maafkan aku Ratu, sekarang kini giliranku untuk memimpin The Rose!" dengan berani Nico menancap belatinya kembali ke perut Stella dengan keras.

Rintihan gadis itu terdengar pilu. Dengan sedikit kesadarannya dia meraih pistol di sisinya kemudian.

DOORRRR!!

DOORRRR!!

Nico langsung terjatuh ke belakang. Darahnya berceceran dengan kesadaran yang sudah hilang. Bibirnya terlihat bergerak. "Tolong.."

Stella, nafasnya tersegal hebat namun bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Dia berhasil melenyapkan para penghianat di hidupnya.

Jika mati sekarang pun dia tak keberatan. Sungguh, ia menerima karmanya sekarang.

Di ujung hidupnya, Stella sempat berangan-angan jika seandainya dia memiliki kesempatan untuk hidup dia akan benar-benar akan sangat menikmati hidupnya itu tanpa balas dendam. Dia benar-benar ingin hidup seperti manusia pada umumnya. Bangun pagi kemudian lanjut sarapan bersama keluarga tercinta yang tentunya tak memiliki niat untuk membunuhnya.

Sungguh.

Dia ingin merasakannya.

***

Apa ini?

"Liona! Bangun!" suara itu agak kasar.

Sebenarnya ada apa, siapa Liona? dan suara siapa itu...

Stella membuka matanya. Matanya membulat sempurna. Pandangannya menelusuri ruangan yang setaunya kamar itu. Kamar dengan nuansa soft blue dan putih namun agak gelap itu membuatnya menyerngit heran.

Badannya menegang tatkala matanya menatap lurus cermin yang ada di depannya.

"Hah?" Stella dengan cepat bangun dan menuju ke cermin dengan jantung berdegup kencang.

"Liona!!" teriak seorang dari bilik pintu kamar.

Belum sempat membuka pintu tiba-tiba seluruh pandangan berwarna hitam. Stella berkeringat dingin, sungguh ini di luar akalnya. Setaunya dia sudah meninggal setelah pertarungan hebat malam itu.

"Hai.." sapa seorang gadis yang dia liat di cermin tadi.

"Lo siapa?!" tanya Stella dengan wajah bingung.

"Aku Liona, nama yang di panggil tadi. Namun aku ingin meminta maaf pada kamu. Maaf telah menarikmu ke sini.."

"Liona, kenapa?" Stella bertanya ketika gadis itu tersenyum pedih.

"Ayo bertukar tubuh..." ucap Liona dengan mata berkaca-kaca. "Dan hiduplah lebih lama."

"Tubuhku sudah mati." kata Stella cepat.

Liona mengangguk, "Justru itu, aku ingin mati bersama tubuhmu, dan hiduplah lebih lama bersama tubuhku."

"Kita tidak saling mengenal, Liona! Setidaknya katakan kenapa ini bisa terjadi!!" desak Stella dengan tatapan tajamnya.

Liona tertawa membuat Stella bingung. "Akupun bingung kenapa ini bisa terjadi, aku menyaksikan penghianatan yang kamu alami."

"Menyedihkan bukan?" balas Stella.

Liona mengangguk. "Kamu nakal dalam menghadapi masalah, sedangkan aku pasrah menerima nasib."

Stella terdiam.

"Hidupku hancur, ibuku selalu menyakitiku, ayahku sibuk dan selalu memihak saudaraku Ilona. Saudaraku yang lain bahkan selalu menghakimiku. Sahabatku menghianatiku dengan menjauhiku tiba-tiba. Aku lemah, aku tak sekuat kamu. Dan.."

Stella menunggu kalimat berikutnya dengan tatapan teduh.

"Aku di perkosa."

Pupil mata Stella melebar. "Are you oke? But, Liona why??"

Liona mengusap air matanya. "Jika kamu mau bertukar tubuh denganku maka dengan senang hati, Stella. Biar aku yang mati bersama tubuhmu."

Stella tetap diam, bibirnya mengatup sempurna.

"Hari dimana kamu bangun tadi adalah sebulan sebelum aku di lecehkan oleh kakak kelasku sendiri." Gadis itu meremas gaun putih yang dia kenakan. "Tolong lindungi tubuhmu nanti dari mereka."

Bibir Stella berkedut kemudian gadis itu mengangguk. "Oke. Aku siap."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang