TSK-37

65.2K 3.9K 227
                                    

Sebelumnya maaf, aku boleh minta kalian buat vote dulu nggak?🙃 makasih

Selamat membaca!

Suara tembakan bruntun terdengar dari berbagai sisi. Liona tertegun ketika pemimpin Obsidian Cartel mengarahkan ujung pistol tepat kearahnya. Namun detik selanjutnya Liona justru tersenyum.

"Bidik yang benar!!" kata Liona ber seringai.

"Kau dilahirkan untuk menjadi budak, sudah sepatutnya kau setia dan tunduk di tempat ini."

Liona menyeringai, kakinya melangkah maju. Tatapannya menajam. "Kau kira siapa diriku mencoba setia dan tunduk padamu?"

Pemimpin Obsidian itu menarik perlahan pelatuknya. Beberapa pengawalnya yang ada disana juga terlihat menodongkan pistol mereka.

Liona mengangkat tangannya dengan senyum miring yang masih terlihat. Tampak tidak serius dengan kondisi saat ini.

Ketegangan memuncak dalam ruangan itu saat Liona terus melangkah maju, tidak gentar menghadapi ancaman di sekelilingnya. Matanya memancarkan kemarahan yang membara, tetapi juga keberanian yang tidak biasa.

Pemimpin Obsidian Cartel mengerutkan kening, jelas terkejut dengan keberanian Liona yang tampaknya tidak mengenal takut. Tangannya yang memegang pistol sedikit gemetar, tetapi dia tetap menjaga ujung senjata itu terarah pada Liona.

"Berhenti di situ!" perintahnya dengan suara menggelegar, meskipun ada sedikit nada gugup yang tertangkap di telinga Liona.

Namun, Liona hanya tertawa, suara tawanya rendah dan dingin, memantul di dinding-dinding ruangan. "Kau pikir aku takut pada kalian?" tanyanya sambil terus melangkah maju. "Kalian semua hanya boneka dalam permainan yang lebih besar, dan aku tidak akan tunduk pada siapa pun, terutama kalian."

Pemimpin itu menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Kau akan menyesali ini, Liona. Kami memberimu kesempatan untuk bergabung dengan sesuatu yang besar, tetapi kau memilih untuk melawan. Dan kau tahu apa yang terjadi pada mereka yang melawan."

Liona berhenti tepat di depan meja yang memisahkan mereka. "Oh, aku tahu apa yang terjadi. Mereka menjadi pahlawan, melawan sampai napas terakhir, dan menolak untuk tunduk pada tirani dan kekerasan. Dan itu adalah sesuatu yang lebih besar daripada apa pun yang kau tawarkan padaku."

Ucapan Liona membuat beberapa orang di sekitar ruangan bergidik. Beberapa dari mereka, meskipun menodongkan senjata, tampak ragu dan gelisah. Pemimpin Obsidian Cartel, yang kini wajahnya memerah karena marah, menatap Liona dengan kebencian yang jelas terlihat. "Cukup! Kau benar-benar membuatku muak!"

DOORRRR!!

DOORR!!

DOORRRR!!!

Tanpa peringatan lebih lanjut, dia menarik pelatuknya. Suara tembakan bergema di seluruh ruangan, menggema di telinga semua orang. Namun, Liona telah siap. Dia dengan cepat melompat ke samping, menghindari peluru yang ditembakkan ke arahnya. Dalam sekejap, dia mengambil pecahan kursi yang sebelumnya dia pecahkan dan melemparkannya ke arah pemimpin itu, mengenai lengannya yang memegang pistol.

"Wow!" Liona memuji pemimpin itu, walau terluka namun pistolnya masih berada di tempat yang sama—tepat mengarah ke kepalanya.

Gadis itu kembali mendekat ke arah sang pemimpin. Mendekatkan kepalanya hingga keningnya menempel ke pistol.

***

Keberanian Liona membuat seluruh ruangan terpaku. Tak seorang pun berani bergerak saat gadis itu menempelkan dahinya ke ujung pistol pemimpin Obsidian Cartel.

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang