TSK-29

77.7K 4.6K 77
                                    

Baca sampai abis trus vote dan komen saran kalian!!

Selina merasa sakit di dagunya. Dia berusaha mengambil pisau didekat kakinya. Namun dorongan yang dia terima membuatnya jatuh.

Liona mengganggam rambut Selina kuat kemudian mengatakan. "Liat gue, sialan." katanya dengan suara berat penuh kebencian.

Selina menahan tangan Liona yang begitu kuat mendorong. "Lo bukan Liona!"

Liona sendiri tersenyum. "Lo orang pertama yang sadar, hebat!"

"Akh sialan, minggir dari tubuh gue!!"

"Nggak mau!"

"Dasar brensek! Lo mau apa!"

Liona bergerak, berdiri di sisi tubuh Selina. Sedangkan Selina sendiri berusaha untuk berdiri.

Bughhh

Liona menendang tangan Selina yang bertumpu di lantai menyebabkan gadis itu kembali terjatuh. Suara rintihannya membuat Liona kembali menendang tubuh Selina.

"Mau tau sesuatu nggak?" kata Liona mendekat ke telinga Selina.

Selina tidak menjawab. Gadis itu memilih memasang wajah emosinya.

"Kalau gue bilang gue yang bunuh kakak lo, lo percaya?"

"Mustahil!"

"Mustahil? Oke gue buktikan." Liona mengambil pisau Selina tadi kemudian dengan wajah datar menggoreskan benda tajam itu ke wajah Selina.

"Akhhhh si-sialan!! Arghhh!" Selina berusaha menahan tangan Liona. Namun sia-sia, kekuatannya kalah.

"Lo gak sabar ya mau nyusul Eros? Gue bantu?"

Liona menatap Selina yang kini terbaring tak berdaya di lantai gudang, tubuhnya gemetar ketakutan dan penuh dengan luka-luka. Liona menarik napas dalam, kemudian menunduk, mencengkeram rambut Selina dengan tangan yang masih berlumuran darah.

"Lo mau bukti, kan?" gumam Liona dengan nada dingin yang membuat Selina takut melihat wajah baru Liona.

Liona mulai menggoreskan pisau itu dengan pola yang tak jelas di tubuh Selina, membuat gadis itu menjerit kesakitan. Setiap gerakan pisau yang dilakukan Liona begitu lambat dan disengaja, memberikan waktu bagi Selina untuk merasakan setiap detik penderitaan itu.

"Lo masih merasa ini mustahil, Selina?" Liona berbisik dekat dengan telinga Selina, suaranya serak namun penuh dengan kebencian. "Karena buat gue, ini sangat mungkin... dan nyata."

"Lepasin gue! Disini bisa aja ada cctv!"

"Iya, nanti gue hapus. Lo tenang aja." kata Liona dengan senyum dibibirya.

Selina mencoba melawan, mendorong Liona dengan kekuatan yang tersisa, namun usahanya sia-sia. Liona menekannya lebih keras ke lantai, menggoreskan pisau itu dengan lebih dalam di beberapa bagian. Wajah Selina kini penuh dengan luka, tubuhnya pun demikian.

Dengan satu tarikan kuat, Liona mencabut rambut Selina, menariknya hingga gadis itu terseret mendekati dinding gudang yang dingin dan keras. "Kita belum selesai," bisik Liona sambil menyeringai, sebelum dengan brutal menghantamkan kepala Selina ke tembok.

Bughh! Bughh!

Suara benturan keras menggema di ruangan itu, diikuti dengan suara rintihan Selina yang semakin lemah. Darah mulai mengalir dari kepala Selina, menodai dinding dan lantai di sekitarnya. Liona memandang hasil perbuatannya dengan tatapan dingin tanpa sedikit pun menunjukkan penyesalan.

"Toloong..." lirih Selina mengenggam baju Liona lemah.

"Lo punya pesan terakhir sebelum gue buat lo amnesia?" tanya Liona lembut lembut menghanyutkan.

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang