TSK-55

49.5K 3.2K 415
                                    

Baca doang tapi gak vote? JANGAN YA DEK YA😭😭

HAPPY READING GUYS! sebelumnya makasih buat yang spam komen dan vote sampai 200🤧🤭

Arion menatap mata Liona dalam, seolah-olah mencari sesuatu di sana. Matanya berkilat tajam, penuh dengan determinasi yang tidak pernah Liona lihat sebelumnya. Dia menahan napas sejenak, memastikan kata-katanya keluar dengan jelas dan tegas. "Apa belum jelas, Liona?" ucapnya, suaranya rendah tapi terdengar di seluruh ruangan.

Liona mengangguk pelan, senyum puas terpancar di wajahnya. Tangannya yang nakal naik, mengelus rahang Arion dengan lembut, lalu beralih ke bibirnya.

Sentuhan jemari Liona membuat Arion bergidik, namun dia tidak berusaha menghindar. Justru sebaliknya, pelukannya di pinggang Liona semakin erat, seolah ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa Liona adalah miliknya.

Rebecca menatap mereka dengan mata terbuka lebar, jelas terlihat marah dan tersinggung. Dia hampir tidak bisa menahan diri lagi. "Cukup!"

Liona meliriknya, gadis itu tersenyum miring. "Nggak mau, disini nyaman tau.."

"Lo siapa sih, hah? Gak kenal gue ya?" tanya Rebecca dengan suara tertahan.

Liona hendak berdiri ketika nada suara Rebecca terdengar menantangnya. Namun belum sempat dia berdiri. Arion tiba-tiba sadar akan sesuatu. Dia menarik tangan Liona agar mendekat kearahnya. Pakaian Liona sangat tipis dan sedikit tembus pandang di bawah cahaya lampu membuatnya merasa tidak nyaman. Dia mendesis pelan, menyadari bagaimana teman-temannya memandang Liona.

"Sial!"

Dengan gerakan cepat, Arion melepaskan jaket kulitnya dan menyampirkannya di tubuh Liona, menutupi bagian yang menurutnya terlalu terbuka. "Ini lebih baik," gumamnya pelan, masih menatap Liona dengan intens.

Liona tersenyum miring, jelas menikmati bagaimana Arion merespons situasinya. Dia tahu, dengan atau tanpa jaket, perhatiannya hanya untuk Arion. Tapi tindakan Arion itu membuatnya merasa lebih dilindungi dan diperhatikan, sesuatu yang dia hargai dalam diam.

"Terima kasih," bisik Liona lembut, matanya tidak pernah lepas dari Arion.

Arion hanya mengangguk, lalu kembali mengarahkan pandangannya ke Rebecca, yang masih berdiri di sana dengan wajah penuh kemarahan. "Rebecca," katanya dengan nada yang jauh lebih lembut namun tetap tegas, "Lo nggak bisa kayak gini terus."

Rebecca mengepalkan tangan, berusaha menahan emosi yang sudah memuncak. "Fine," jawabnya tajam. "Kalau lo lebih milih cewek murahan ini daripada temen-temen lo, silakan aja. Jangan harap gue bakal ngomong baik-baik sama lo lagi."

Arion tidak tergoyahkan oleh kata-kata Rebecca. Dia tetap tenang, bahkan saat gadis itu berbalik dan berjalan menjauh dengan langkah cepat, menabrak beberapa orang yang ada di depannya.

Liona melihat Rebecca pergi, lalu kembali menatap Arion dengan tatapan menggoda. "Kamu selalu tahu cara bikin cewek lain pergi, ya?" candanya, mencoba meringankan suasana yang sedikit tegang.

Arion tersenyum tipis. "Ganti bajumu," Katanya, menggenggam tangan Liona dengan lembut.

"Kalau nggak mau?"

"Nggak baik,"

"Nggak baik buat hatimu ya, sayang?" kata Liona dengan nada centil.

Arion menatapnya tajam. Genggamannya pada pinggang Liona semakin erat membuat gadis itu melenguh. "Ganti atau nggak usah dipakai sekalian?"

Liona menegang seketika mendengar kata-kata terakhir Arion. Matanya melebar sedikit, terkejut dengan nada tajam yang muncul dari bibir cowok itu. Ada sisi berbahaya dalam diri Arion yang baru pertama kali Liona lihat, sesuatu yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Sisi ini bukan hanya membuatnya terkejut, tetapi juga menantangnya.

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang