"Jadi maksud anda, pacar saya menderita Fear of abandonment?" Tanya Batari.
Psikiater tersebut mengangguk membenarkan, "Sesuai apa yang anda bilang kepada saya tadi, pacar anda sering sekali merasa tidak percaya diri, ketakutan akan sesuatu, dan sering merasa curiga." Jelas psikiater tersebut.
"Lalu gimana biar dia gak kayak gitu lagi?" Batari merasa cemas sekarang, apa penyebabnya hingga Arian menderita penyakit mental seperti Fear of abandonment.
"Anda bisa berkomunikasi dengannya, dan menjauh dari sesuatu yang sering membuat nya curiga, bisa juga dengan cara selalu mengabari dia tentang apa yang sedang anda lakukan dan dimana anda berada, dengan begitu anda bisa membuat nya merasa aman dengan hubungan kalian."
"Bagaimana jika saya putuskan secara paksa?" Tanya Batari pelan.
Psikiater tersebut menggeleng, "Lebih baik jangan, penderita Fear of abandonment cenderung sering melukai dirinya sendiri, ketika dia merasa panik dan ketakutan."
"Anda harus memberikan perhatian lebih kepada nya, dan membuat nya merasa aman."
***
Ucapan psikiater tadi terngiang-ngiang didalam ingatan Batari, tanpa gadis itu sadari dirinya sudah berada didepan pintu masuk gedung Asrama.
Dengan terburu-buru ia memasuki Asrama, tujuannya adalah kamarnya sendiri, "Lo kenapa?" Tanya salah satu teman Asrama Batari yang heran melihat Batari sedang mengemasi bajunya sendiri.
"Aku mau pindah." Batari mengambil kopernya yang berada di lemari paling bawah.
Teman sekamar Batari yang bernama Nia menghampiri gadis itu, "Kenapa? Lo mau pindah kemana?"
"Dia mau pindah sama pacarnya, gue denger Arian kemarin sewa apartemen kan? Sampe gak pulang semalaman." Celetuk Yuni, teman sekamarnya satu lagi.
Selesai dengan urusannya, Batari menegakkan tubuhnya sendiri, "Aku pergi dulu, kalian jaga diri baik-baik."
"Kayak mau ke Medan peran aja lo, yaudah sana gih pergi."
Batari mengangguk, dan keluar dari sana, langkah pertama yang Batari ambil adalah tinggal bersama Arian.
Agar pria tersebut merasa aman karna akan selalu bersama nya, jujur saja dia ingin yang terbaik untuk Arian.
Dia juga ingin Arian merasa bahagia, Batari menyesali keputusan nya untuk menerima pengakuan dari Arian.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit akhirnya Batari sampai didepan pintu kamar Arian, tidak lama karna ia menggunakan taksi untuk menuju rumah Arian, tidak mungkin dirinya berjalan kaki menggunakan koper walaupun apartemen pria itu dekat dari kampus.
Ting! Tong!
Batari menekan bel rumah Arian, jeda seperkian detik Arian membuka pintu dengan wajah yang seperti baru saja bangun tidur.
Arian baru bangun tidur, sudah jam berapa ini?
"Kamu baru bangun?" Tanya Batari sambil menggeret kopernya sendiri masuk kedalam.
Arian yang melihat koper ditangan Batari langsung berubah menjadi ceria, "Kamu setuju buat pindah kesini?"
"Iya, tapi dengan satu syarat-"
"Apa?" Tanya Arian bersemangat.
"Jangan masuk kekamar aku, aku juga gak akan masuk kekamar kamu."
"Kita bisa berbagi, rumah, tapi enggak berbagi kamar, aku juga bakalan bantu bayar setengah uang sewa apartemen." Lanjut Batari.
Arian mengangguk, biarlah dia menyetujui nya dulu, agar Batari jadi tinggal bersama nya, disini, hanya berdua.
"Kamar kamu disitu, mau aku bantu beresin barang-barang?" Arian ingin menyambut koper milik Batari.
Batari mencekal tangan Arian, "Kamu udah janji gak masuk kamar aku, aku beresin sendiri aja."
***
"Ini apa?" Arian bertanya ketika Batari tiba-tiba menginstal sebuah Aplikasi di handphone nya.
"Kamu bisa liat keberadaan aku dari sini." Batari menunjukkan isi aplikasi tersebut.
Tanpa sadar, sudut Arian naik keatas, pria itu merasa sangat senang, "Aku gak minta kamu lakuin ini.." Ucapnya malu-malu.
"Aku lakuin sendiri, mulai sekarang aku juga bakalan ngabarin kamu kapanpun itu, dimana aku berada, lagi apa aku sekarang, tanpa terkecuali."
Arian mengangguk, percayalah dia merasa perutnya sedang berbunga-bunga hingga bunga itu ingin keluar dari mulutnya.
"Janji ya?"
"Janji, asalkan kamu gak curiga lagi sama aku, aku bisa lakuin apapun, kamu juga kalo ada masalah langsung bilang ke aku, jangan dipendam sendiri, ngerti?"
"Em, ngerti!"
TBC
FEAR of ABANDONMENT
Takut ditinggalkan berarti suatu kondisi yang terjadi akibat pengalaman buruk atau tekanan berat di masa lalu. Rasa takut kehilangan tidak terjadi pada intensitas biasa, orang dengan kondisi ini bahkan bisa mengalami rasa takut yang luar biasa ditinggal oleh orang terdekatnya. Orang dengan kondisi ini tidak mungkin memiliki hubungan yang sehat.
Pengalaman buruk di masa lalu bisa membentuk seseorang menjadi sosoknya saat ini. Termasuk bagi orang yang mengalami fear of abandonment atau ketakutan ditinggalkan. Bukan hanya sekadar takut atau kecewa biasa, orang yang mengalaminya akan merasakan ketakutan luar biasa jika orang terdekatnya akan pergi.
(Information taken from Google)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's meet again [END]✓
FantasyBatari Astara kehilangan semua semua orang yang ia sayangi, cinta, keluarga bahkan dirinya kehilangan jati diri, suatu hari karna merasa kesepian Batari membeli buku kosong dan menuliskan semua hal yang ia inginkan didunia ini. Batari menginginkan c...