Kacau, itulah yang sedang Arian rasakan sekarang, kini dirinya menyesal karna telah membuat keputusan disaat sedang marah.
Dia mengacak-acak rambutnya, matanya setia memandangi pintu, berharap Batari kembali dan memeluknya.
Namun, harapannya belum kunjung terjadi, yang ada suara dering telepon selalu menganggu nya.
Karna merasa terganggu dengan suara telpon yang tak henti berdering, dengan terpaksa Arian mengangkat panggilan tak dikenal tersebut.
"Hallo?"
"Hallo apakah anda mengenal pemilik handphone ini?"
Perasaan Arian menjadi tak enak ketika mendengar suara pria asing didalam panggilan tersebut.
"Maaf ini nomor gak dikenal, mungkin salah sambung."
"Tapi log panggilan terakhirnya adalah nomor anda?"
Benarkah? Dengan terburu-buru dirinya melihat, benar saja, ada panggilan tak tersambung dari nomor tersebut.
Waktunya adalah satu jam setelah dirinya mengatakan putus kepada Batari.
"Siapa pemilik nomor ini?"
"Saya tidak tau, ciri-ciri wanita, berambut panjang, menggunakan sweater coklat, rok berwarna coklat dan-"
"Batari?!" Tanya Arian sedikit syok.
Ciri-ciri nya sama persis dengan Batari yang terakhir kali Arian temui, "Kenapa sama tari? Anda siapa?"
"Anda tenang dulu, saat ini pemilik handphone sedangkan berada dirumah sakit ****** karna mengalami kecelakaan."
"Mobil taksi yang korban gunakan masuk kedalam jurang."
***
Arian tidak menyangka jika awal masalah adalah dirinya sendiri, jika tau begini Arian tidak akan meninggalkan Batari di taman kampus sendirian.
Dia menyesal, namun penyesalannya tentu saja percuma, karna Batari saat ini sudah terbaring tak berdaya diruang rawat rumah sakit.
Ibu dan ayah Batari menangisi keadaan putri mereka, dan mamanya kini sedang memeluk tubuh Arian yang juga sedang menangis.
"Hiks, kenapa bisa gini?" Tanya Bunda Hinaya.
"Semuanya salah aku.." Arian menyalahkan dirinya sendiri, Batari menjadi seperti ini karena nya.
"Udah gakpapa, yang penting tari selamat, kita berdoa aja, semoga dia cepet sadar."
Semua orang yang berada disana mengangguk menyetujui, harapan mereka adalah agar Batari cepat sadar dan kembali tertawa bersama mereka.
Tak lama, tangan lentik tersebut bergerak perlahan, ayah Malik yang menyadari nya langsung memanggil dokter yang tak jauh dari sana.
Perlahan mata jernih itu terbuka, matanya mengerjab menyesuaikan cahaya yang masuk ke kornea mata nya.
"Shhh.." ringisnya pelan sambil memegang kepalanya yang terasa sakit.
"Batari, ini berapa?" Dokter menunjukkan tangannya kehadapan Batari.
Batari menatap dokter itu dengan bingung, "dua?" Jawabannya ragu.
Dokter mengangguk, "Kamu tau siapa nama kamu?"
Hening, kerutan didahi Batari terlihat jelas diwajahnya, mata sipitnya semakin menyipit, "Aku siapa?"
Sontak Arian yang panik berjalan mendekati gadis itu, ia menunjukkan wajahnya sendiri, "Tar kamu inget aku? Aku-"
"K-kamu Arian?"
"Iya aku Arian, kamu inget aku kan?"
"Arian kenapa kamu udah sebesar ini?"
"Apa maksud kamu?"
Dokter menatap Batari dengan bingung, "Kamu gak inget nama kamu sendiri, tetapi inget dengan Arian?"
Batari mengangguk membenarkan, "Lalu kamu kenal mereka semua?" Dokter menunjuk kedua orang tua Batari dan mama Abel.
Batari kembali mengangguk, "Tapi nama aku siapa?"
"Sok ada apa dengan anak saya?" Tanya Bunda Hinaya dengan panik.
"Mungkin anak ibu mengalami Lacunar Amnesia, kondisi dimana ketika seseorang kehilangan ingatan atau informasi tertentu secara selektif. Ini bisa disebabkan oleh kerusakan otak, gangguan syaraf, atau trauma psikologis." Jelas dokter tersebut.
"Seperti keadaan pasien sekarang, dia mengingat kalian semua, tetapi tidak mengingat namanya sendiri, mungkin bukan cuma namanya, tapi sebagian ingatan nya, agar kita mengetahui seberapa parah amnesia pasien, kita harus kembali memeriksa nya."
"Tar, kamu inget, kan kita udah kuliah?" Tanya Arian.
Batari menggeleng, "Bukannya kita masih kelas 4sd?"
Jadi, Batari tak mengingat tentang hubungan mereka? Arian tanpa sadar mundur kebelakang, tak percaya jika Batari melupakan hubungan mereka.
"Kamu kenapa ar?" Batari bertanya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's meet again [END]✓
FantasyBatari Astara kehilangan semua semua orang yang ia sayangi, cinta, keluarga bahkan dirinya kehilangan jati diri, suatu hari karna merasa kesepian Batari membeli buku kosong dan menuliskan semua hal yang ia inginkan didunia ini. Batari menginginkan c...