TRAPED

33.6K 1.2K 5
                                    

     Renjana lupa kapan terakhir dirinya menangis, saat orang tuanya bercerai Renjana tidak menangis, dia lebih memilih pura-pura bodoh tak mengerti dengan perceraian yang orang tuanya lakukan, bahkan di saat hari ayah dimana anak-anak gadis lain membanggakan ayahnya sebagai cinta pertama mereka, tapi tidak untuk renjana, bagi renjana ayahnya adalah lelaki pertama yang mematahkan cintanya. Karna itu Renjana lebih memilih tidak mencintai siapa-siapa di saat remaja seusianya di luar sana banyak di mabuk asmara. Bukan karna hatinya mati rasa, renjana hanya takut untuk percaya dengan kata cinta.

    Renjana sedikit menggeliat pelan saat merasa terganggu dengan cahaya matahari yang mengenai wajah lelapnya.merasakan kehangatan yang menyelimuti tubuhnya membuat renjana merasa berat untuk membuka matanya. Merasakan sesuatu yang berat menindih perutnya membuat kesadaran renjana mulai terkumpul.

    Samar-samar pemandangan pertama di mata renjana adalah wajah lelaki tampan dengan rahang yang tegas. Merasakan kehangatan yang nyaman, dengan kesadaran yang masih separuh renjana mencoba masuk semakin dalam ke pelukan lelaki tampan yang masih terlelap itu.

     Mata renjana mendadak melebar sempurna. Alarm di kepala renjana seolah berbunyi kuat saat merasakan kulit tubuhnya yang bersentuhan dengan kulit tubuh lelaki itu. Dengan refleks renjana mundur menjauh. Dirinya mendadak 100% sadar saat melihat tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang apapun. Renjana menarik selimut semakin menutupi dadanya, dia hampir saja menjerit saat selimut yang ia tariki malah memperlihatkan tubuh polos lelaki itu. Renjana dengan cepat menutupi belalai gajah milik lelaki itu dengan bantal.

    Bermacam memori mendadak memenuhi kepala renjana, di mana saat dirinya yang berakhir menyerahkan diri dengan suka rela untuk di gagahi oleh lelaki yang sama sekali tidak dia kenal. Renjana memukul kepalanya sedikit kuat mencoba menghilangkan bayangan kejadian semalam.

"Lo bodoh renjana"

    Menarik napasnya pelan renjana mencoba menenangkan diri. Melirik lelaki yang masih tertidur pulas, renjana mencoba untuk menatap wajah lelaki itu semakin dekat. Seperti tidak asing.

     Renjana ingat, lelaki yang menolongnya dua hari yang lalu ketika dia menyolong mangga kepsek, itu lelaki di depannya sekarang ini. Renjana tidak tau namanya, bahkan dia tak pernah mendengar lelaki berwajah tampan nyaris sempurna itu di sekolahnya. Tak ingin berpikir panjang, renjana lebih memilih untuk segera kabur, karna untuk sekarang hanya itu yang terlintas di pikirannya, walau nyatanya lelaki itu yang lebih dulu memaksanya, walau pun berakhir dengan sama-sama mau, renjana tidak ingin berurusan lebih dari ini, untuk sekarang hanya kata kabur yang terlintas di kepala renjana, walau seharusnya bukan dia yang harus kabur.

      Renjana sedikit meringis saat merasakan sakit yang amat perih di bagian bawahnya. Mencoba mengabaikan rasa sakitnya, dia mengambil baju nya yang berserakan di lantai dan segera memakai nya di sana, toh lelaki itu masih tertidur. Renjana mengendus bau badannya, bau pandan. Ia melirik se isi kamar itu, menemukan sebuah botol parfum di sana, dia segara memakai parfum itu untuk menyamarkan bau badannya.

     Renjana menoleh kearah kasur, saat mendapati darah di tempat dia tidur tadi, renjana melempar selimut menutupi darah miliknya itu. Matanya melirik lelaki yang masih terlelap itu. Tangan renjana terasa gatal ingin menampar wajah lelaki itu, tapi ia urungkan, dia tidak ingin sampai membuat lelaki itu terbangun dan melihatnya, renjana yakin lelaki itu pasti tidak ingat dengan wajahnya, karena seingatnya lelaki itu melakukannya dalam keadaan mabuk.

"Muka lo emang ganteng, tapi tangan gue gatal banget pengan nampar lo." Ucap renjana dia mengangkat jari tengahnya kearah lelaki yang masih terlelap itu, "fuck you!"

    Mengabaikan rasa tak puasnya untuk memaki lelaki itu,  renjana memilih melangkah keluar.

     Saat langkahnya sampai di luar kamar itu, renjana baru sadar kalau dirinya masih di ruangan apartemen tempatnya bekerja, well!, berarti lelaki itu adalah bos nya?.

      Tak ingin berpikir panjang Renjana mengambil tasnya dan segera keluar meninggalkan apartemen itu. Mungkin untuk beberapa hari ke depan dia tidak akan datang ke apartemen ini. Masalah kerja dia akan melihat situasi terlebih dahulu.

👄👄👄

      Suara dering ponsel yang tak henti-henti, mengganggu tidur lelaki itu. Dengan malas tangan kekarnya meraba nakas disamping tempat tidur, dimana tempat biasanya dia menaruh benda pipih itu. Merasa tak menemukan ponselnya, lelaki itu sedikit mencibir dan dengan terpaksa menduduki tubuhnya.
 
       Rasa pusing langsung saja menyerang kepalanya saat dia bangkit dari baringnya. Lelaki itu memijit keningnya pelan mencoba merilekskan kepalanya, dia terlihat bingung saat menyadari tubuhnya yang polos tanpa tertutup apa pun, melirik seisi kamarnya yang terlihat cukup berantakan, membuat lelaki itu semakin kebingungan.

      Dia mencoba mengingat apa yang telah terjadi padanya, seingatnya semalam dia memenuhi permintaan dari kakeknya untuk makan malam dengan salah satu perempuan putri dari rekan bisnis.
____
     Renggala menatap datar perempuan di depannya yang terlihat mencoba mencuri pandang untuk menatapnya. Di mata renggala dari wajah perempuan itu memang lumayan cantik. Tapi tetap saja renggala merasa tidak tertarik.

"Aku dengar, kamu sekolah di IHS?"

Renggala sedikit merasa jijik saat mendengar suara perempuan itu yang sangat jelas di buat-buat selembut dan seimut mungkin.

"Tho the point, I don't like you, setelah acara makan ini lo bisa anggap gua asing"." ucap renggala, dia tidak suka basa-basi yang hanya akan membuat perempuan itu berharap nantinya.

"Tapi kata kakek kamu..."

"Oke waktu lo habis, gue masih ada kerjaan lain, jadi gue duluan" renggala meneguk segelas wine yang telah di siap kan di sana sebagai tanda perpisahan.

      Wajah perempuan itu mendadak panik saat menatap gelas wine yang Renggala minum telah kosong. "renggala tunggu!.."

     Tanpa peduli dengan panggilan perempuan itu, renggala tetap melanjutkan langkahnya keluar dari restauran itu, mata renggala sesekali menatap ponselnya yang memperlihatkan seorang gadis di apartemennya yang terlihat hampir terjatuh saat gadis itu mencoba berdiri.

     Renggala merasa kepalanya tiba-tiba pusing. Aneh, tidak mungkin dia mabuk hanya karna satu gelas wine. Renggala tau tubuhnya tidak selemah itu, karna biasanya membutuhkan beberapa botol alkohol untuk membuat nya mabuk.

    "Shit!,"Umpat renggala saat merasa tubuhnya mulai terasa panas. Renggala yakin pasti minumannya telah di campurkan dengan sesuatu oleh perempuan itu.
____

    Helaan napas keluar kasar dari mulut renggala saat beberapa memori kejadian di mana setelah dirinya kembali ke apartemen yang dengan bejatnya memaksa seorang perempuan memuaskan nafsunya.

     Renggala manarik rambutnya kasar. "lo bajingan Renggala "

Renggala menoleh ke sisi kasurnya yang semalam ia buat untuk tiduri perempuan itu, dan kini telah kosong. Renggala manarik selimut itu, mendapati bercak darah di seprei membuat tubuh renggala mendadak kaku.
"Is the girl still a virgin??!"

    Mengingat betapa bebasnya pergaulan sekarang, renggala sedikit tak menyangka dirinya meniduri perempuan yang masih Virgin.

RenggalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang