Renjana merasa tak senang, padahal seharian ini dia menghabiskan waktunya bersama Putri untuk bermain di Timezone, tapi karna moodnya yang mendadak tidak baik setelah melihat abangnya, membuat Renjana merasa tak semangat dan hatinya terasa gelisah sendiri.
Kling!
Renjana melirik ponselnya, melihat pesan dari Renggala, Dia jadi merindukan lelaki itu. Setelah membalas pesan dari Renggala, Renjana beralih menatap sahabatnya yang tengah mengambil berapa pose untuk foto.
"Put!"
Putri menoleh menatap sahabatnya, "ya!"
"Gue mau pulang"
"Pulang?, ya udah ayo!" Putri memakai tasnya.
"Gue pulang pakek ojek aja,arah rumah kita juga beda, kasian nanti lo bolak-balik kalau antar gue "
"Lah gak apa-apa, its oke kok gue antar aja" putri menyimpan ponselnya ke saku rok.
"Gak usah put, gue udah pesan ojeknya, kasian nanti abang ojeknya kalo gue cancel, udah mau nyampe pun ojek gue " ucap Renjana meyakinkan.
"Lah lo main pesan-pesan aja, padahal perginya bareng gue "
"Hehe, nanti lo nya kerepotan say, ojeknya udah nyampe kek nya, gue duluan ya "
"Eh ben..."
"Duluan ojeknya udah nelpon, see you put!" Tanpa menunggu respon putri, Renjana langsung berbalik pergi, saat ponselnya berbunyi.
"Ck, ya elah tuh anak, di bilang bentar, gue mau pinjam catatan dia padahal. " Putri segera menyusul sahabatnya itu yang mulai menjauh karna jalannya yang cepat.Renjana keluar dari mall menghampiri seorang lelaki bermasker hitam di atas motor besar nya. Segera saja dia memeluk tubuh lelaki itu, menghirup dalam aromanya agar moodnya lebih tenang. Renggala yang mendapat pelukan dari bumil itu, dengan lembut membalasnya.
"Kenapa hmm? Capek?" Tanya Renggala.Renjana menggeleng tapi kemudian juga mengangguk, dia terus menenggelamkan wajahnya di dada lelaki itu yang terbalut kaos dengan jaket kulit hitam, tanpa melepaskan pelukannya.
Renggala tersenyum kecil di balik maskernya, dan mengusap lembut kepala bumil itu. Renggala tau renjana bukan perempuan yang manja, karena itu sekalinya manja seperti sekarang kemungkinan mood perempuan itu sedang tidak baik.Setelah di rasa cukup puas, Renjana mendongak menatap wajah lelaki itu yang lebih tinggi darinya. "kenapa pakek masker? "
"Kebetulan aja tadi, mau pulang sekarang?" Tanya Renggala.
Renjana menatap heran karna selama tiga bulan bersama Renggala, baru kali ini dia melihat lelaki itu menjemputnya menggunakan masker. "lo malu ya bareng gue, gue jelek, pasti lo malu di liatin orang."
"Hey no Beby" Renggala menangkup kedua pipi perempuan itu, tangannya yang besar dengan mudah dapat menyentuh seluruh pipi berisi milik renjana. "You're very beautiful, lo cantik Renjana, seharusnya lo yang malu kalo bareng sama gue, orang-orang pada ngira gue kayak pedofil yang ngerayu bocil lucu secantik lo"
Entah pujian atau ejakan renjana lebih merasa ke kesal. "gue bukan bocil! "
"Bftttthhhh, tapi mirip" Renggala menyentuh puncak kepala perempuan itu seolah membandingkan tinggi mereka.
Renjana merasa kesal tinggi badannya di ejek, padahal dirinya masih dalam masa pertumbuhan."Gue udah gedek Renggala "
"Sttt aauuu" ringis Renggala saat renjana menangkup kedua pipinya.
Renjana menatap bingung. "kenapa?"
"Gak, gak apa-apa, cuman...."
"Bibir lo kenapa?" Kaget Renjana saat dia menarik masker lelaki itu ke dagu.
"Itu kenapa bisa berdarah?" Mata Renjana mendadak berkaca-kaca saat melihat luka dan sedikit darah kering di sudut bibir lelaki itu, bahkan samar terlihat lebam biru di pipi kirinya.
"Hey, its okey gue gak apa-apa, ini tadi gue jatuh makanya luka. " Renggala mencoba meyakinkan Renjana menenangkan perempuan itu yang hampir menangis.
"Bohong, lo kira gue anak kecil, lo berantem ya?, siapa yang mukul lo?" Tanya Renjana, melihat luka lelaki itu, membuat mood renjana semakin buruk, dia merasa kesal tanpa jelas.
"Cuman luka kecil kok, jangan nangis ya!," Renggala menyapu air mata perempuan yang hampir jatuh.
"Muka lo jadi jelek hiks!" Bibir renjana melengkung tak suka.Renggala mengetup kedua bibirnya agar tidak tertawa, dia kira Renjana mengkhawatirkan dirinya ternyata lebih mengkhawatirkan wajahnya. Renggala menangkup kedua pipi Renjana, menunduk menatap mata cokelat itu semakin dekat. "yakin gue gak ganteng lagi?"
Memang wajah Renggala tampan, bahkan dengan luka di sudut bibirnya sedikit pun tidak menghilangkan ketampanan lelaki itu.Renggala terkekeh kecil saat melihat rona ping di pipi renjana. Renggala beralih menyentuh perut perempuan itu yang mulai terlihat buncitnya. "beby, tolong kerja samanya oke, bilang sama mama mu kalau papa tetap tampan gimana pun lukanya"
"Apa sih" Renjana menyingkir kan tangan lelaki itu. "jangan di depan umum Renggala. "
Renggala tersenyum kecil, dia menahan tangan perempuan itu yang tadi menepisnya dan beralih mencium punggung tangannya. "ayo pulang!"
Renjana mencubit kulit perut lelaki itu untuk menyembunyikan rona di pipinya. "gombal lo, nanti mampir dulu di apotek beli obat merah, biar bisa obatin lukanya"
Renggala menurut, dia memakaikan helm dengan motif domba di kepala Renjana, dan sedikit merapikan rambut depannya.
"Pegangan!" Ucap Renggala setelah di pastikan perempuan itu duduk dengan aman. Renjana menurut memeluk perut lelaki itu.
Tanpa mereka sadari, dari balik spanduk di dekat pintu mall, putri sedari awal melihat interaksi mereka. Rasa curiganya dengan renjana dalam beberapa bulan kebelakangan ini mendadak kembali menghantuinya saat dimana dia melihat lelaki tampan yang tidak dia kenal itu menyentuh perut sahabatnya seolah berbicara dengan sesuatu di sana, dia tidak tau apa yang mereka bicarakan, karna jarak mereka yang cukup jauh. Mencoba menenangkan diri, putri meyakinkan dirinya untuk tidak termakan dengan tebakan-tebakan yang masih tak jelas kebenarannya."Putri!"
"ANJING!" Latah putri kaget dia menahan spanduk yang hampir jatuh karena ulahnya. Putri mengusap dadanya pelan yang hampir jantungan.
"Ngapain?" Lelaki berambut mulet yang di ikat menatapnya sedikit heran.
"Bang riki?, kapan pulangnya bang? " Putri sedikit malu kare umpatannya tadi.
"Kemarin, kamu ngapain?" Tanya Riki dia sedikit bingung saat mendapati sahabat dari adik nya itu yang gelagatnya terlihat aneh namun cukup lucu.
"Eumm gak ngapa-ngapain kok bang " putri mengaruk pipinya yang tak gatal.
Riki mengangguk percaya saja. "Gak bareng Nana?"
"Bareng tadi, cuman dia udah pulang duluan, eh itu tangan abang kenapa?" Tanya putri saat melihat memar merah di kepalan tangan lelaki itu.
Riki memperhatikan luka di punggung jari tangannya, raut wajahnya mendadak kembali datar mengingat kejadian yang sempat menyulut emosinya beberapa saat yang lalu. "Kamu gak pulang?"
Mengingat hari akan gelap, putri jadi tersadar. "eh iya, pulang kok bang, di marahin bang raja nanti pulang kemalaman, duluan ya bang! "
Riki mengangguk singkat. Baru beberapa langkah putri akan pergi, gadis itu kembali berbalik. "eum, bang, Nana pernah cerita gak sama abng dia lagi dekat sama siapa?"
Riki menggeleng singkat dengan raut masih sama, tangannya di saku jaket terkepal kuat. "kemalaman nanti, sana pulang".
Putri mengangguk singkat. "ya udah gue pulang dulu ya bang," Pamit putri, dia keluar dari mall menuju parkiran untuk mengambil motornya.
"Cih!, Bastard " umpat Riki, dia menatap kartu nama di tangannya yang tadi dia simpan di saku jaket.
"Renggala Saka Melviano, mau lo dari keluarga sekaya apa pun, jangan harap lo bisa lepas dari gue!" Ucap Riki meremas kuat kartu nama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renggala
Teen FictionMendengar rumor yang mengatakan bahwa Renggala adalah lelaki jahat the real of monster dunia nyata, Renjana benar-benar membayangkan lelaki itu seperti monster di film-film yang dia nonton. Berwajah buruk, memiliki taring, juga memiliki suara sepert...