Chapter 32

275 29 2
                                    

Yang baca wajib vote & coment❕️

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════

"Jadi, Jenan ke mana?"

Sakya menyesap minuman hangatnya dengan santai. Keningnya sedikit berkerut, tapi tidak menghilangkan wajahnya yang masih tenang dan terkesan santai. Carel menarik tudung jaket, menutupi kepalanya karena angin dingin yang membuat telinganya memerah.

"Lo nuduh gue?" Sakya berdecih. "Ternyata, lo sama aja. Kenapa nggak sekalian laporin gue ke polisi?"

Carel menarik napas dan mengembuskannya pelan. Asap hangat berembus dari mulutnya yang terbuka. Kedua tangannya yang dingin masuk saku jaket. Jiken sendiri sudah bersandar di dinding pintu kaca balkon. Tatap mata Carel sangat tenang, tapi bagi Sakya itu sedikit mengintimidasi. Tapi sayangnya, wajah cowok itu masih cukup tenang. Anti goyah sekali.

"Siapa yang nuduh? Jangan bilang, emang lo yang—"

"Bukan. Gue enggak akan ngelakuin itu. Lagi pula, apa yang bikin gue lakuin itu?"

Carel mengangkat bahu. "Ya siapa tahu? Lagian, kemarin malam gue liat lo sama dia lagi berantem gitu. Lo sampe nonjok dia."

Wajah Sakya berubah, sedikit terkejut. Carel tetap pada posisi dan wajahnya yang tenang, sekalipun hatinya mulai penasaran dengan alasan mereka berdua bertengkar kemarin malam. Tapi Sakya sedikit terintimidasi dengan gerakan bola mata hazel itu yang seakan mencari keberadaan kebohongan dari Sakya.

Cowok itu menarik napas pelan. "Kenapa lo enggak tanya Liam? Gue nggak tahu permasalahan itu."

Carel mengangkat alis. "Oh. Lo tahu, ya kalau gue udah tahu tentang lo? Tapi, bukannya lo maupun Liam tetep bakal sadar sekalipun kepribadian kalian diambil alih?"

Sakya mengangkat alis. "Enggak. Siapa yang bilang?"

Carel diam untuk beberapa detik. Sakya tidak cukup penasaran dengan perubahan itu. Posisinya masih tetap sama, bersandar dengan tangan terlipat di depan dada. Tatap matanya nampak tenang, tapi bagi Carel sedikit aneh. Bagi Carel, tatapan itu seperti, tatap ketertarikan? Carel tak ingin memiliki pemikiran itu, tapi sayangnya ia cukup peka untuk hal ini.

Carel mengangkat bahu. "Setahu gue, sih itu. Udah, lupain aja. Btw, setelah pertengkaran kalian, ke mana Jenan?"

Sakya terkekeh. "Wait! Kenapa lo manggil dia gitu?"

See? "Umur kita cuman beda satu Tahun doang."

Sakya terkekeh. "Oh, ya? Terus, gimana sama Dhava? Kalian juga usianya cuman terpaut dua Tahun doang."

Carel tersenyum miring. "Dia beda. Spesial kalo kata gue. Dia lebih istimewa daripada kalian yang bukan apa-apa bagi gue."

Carel ingat sesuatu. "Sekarang, lo aja udah nggak panggil dia Abang lagi."

Sakya mengangkat bahu. "Gue Sakya, bukan Liam. Gue bebas. Nggak ada ikatan apa pun dengan Sanjaya, atau bahkan Jenan sekalipun."

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang