Yang baca wajib vote & coment❕️
.
.
.
.╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
CAREL
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝"Kenapa lo ngajak gue ke sini?"
"Diem aja, lo! Lo tunggu di sini dulu."
Carel melepaskan lengan Jiken, kemudian mendekati area semak-semak. Tepat berada di bawah balkon. Dari Jiken berdiri pun, atas sana sudah kosong. Dhava maupun Sakya sudah tak berada di sana lagi.
Carel berjongkok, mengusak sesuatu di dalam semak. Seperti mencari sesuatu, tapi Jiken tak tahu apa yang cowok mungil itu cari. Carel juga memeriksa area semak lain, mengusaknya dan meraih sesuatu yang tak terlihat. Jiken pun mendekat, menatap sebuah ponsel yang nampak tak asing di genggaman Carel.
"Hp Jenan. Kenapa bisa di sini? Dan ...." Jiken mengamati bercak merah di layar ponsel yang mati. "Itu merah-merah, apaan?"
Carel menggenggam ponselnya cukup erat. Kuku jarinya sampai memutih. Jiken langsung memegang kepalan tangan Carel, mengusapnya lembut. Hampir saja kuku jari cowok mungil itu menggores kulit jemarinya.
"Kenapa? Lo, sakit?"
Carel berdecak. "Anjing!"
Carel membuka ponselnya. Ternyata terkunci. Bisa menggunakan sidik jari, scan wajah, dan pin. Jelas Carel hanya bisa menggunakan opsi terakhir. Hanya saja, Carel tak tahu kunci pin ponsel milik Jenan ini.
Carel menatap Jiken. "Lo tahu?"
Jiken mengamati sebentar. Menganalisa semua angka pada keyboard layar ponsel. Otaknya berusaha mengingat waktu ia mengambil ponsel ini diam-diam dan berhasil membukanya hanya dengan memencet angka acak. Sebenarnya bukan acak juga, tapi jelas saat itu Jiken hanya membukanya sembarangan.
"Sini."
Carel memberikan ponselnya. Jiken mulai mengetikkan beberapa digit angka. Seperti tanggal lahir. Carel tidak begitu tahu, tapi mungkin ia bisa menebak jika itu tanggal lahir Jenan. Atau ....
"Tanggal munculnya Sakya."
Carel terkejut. "Serius? Maksudnya, gimana?"
Jiken mengangkat bahu. "Tanggal dimana kepribadian ganda Liam muncul untuk pertama kalinya."
"Ternyata belum lama. Itu waktu kalo nggak salah, setelah dia ketemu gue pas itu."
Jiken mengerutkan kening. "Lo, yakin?"
Carel berdecak. "Yakin banget gue! Gue kira kepribadian ganda Liam udah muncul dari dia kecil."
Jiken menggeleng. Cowok itu memberikan ponselnya kembali. Carel langsung mengotak-atik galeri, video, dan terpenting media sosial. Tepat pada aplikasi WhatsAap, Carel menemukan draft pesan.
"Dia, mau ngirim gue pesan?"
Kontak Carel ada paling atas, jadi ia bisa dengan jelas menemukan draft pesan. Bertuliskan, "Rel, Abang mau ketemu kamu. Kita bicara di balkon, ya. Ini penting. Soal Nyokap kamu. Malem aja ketemunya, pas semuanya udah tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
CAREL
Teen FictionCarel Buana, remaja laki-laki yang hidup dalam kesendirian dari sejak kecil. Sang Ibu sudah meninggal, dan dia tak tahu tentang siapa sang Ayah. Kehidupan Carel tidak jauh-jauh dari hal 'toxic'. Tiap kali, dia harus berurusan dengan yang namanya sal...