Chapter 46

214 27 1
                                    

Hello.

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
CAREL
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════

"Wah, lagi asyik, nih. Boleh ikutan, nggak?"

Eric seketika berbalik. Di tempatnya berdiri, dekat ambang pintu besi yang sudah nampak karatan, Carel memasukkan kedua tangan ke saku celana. Seringai kecil nampak menghiasi sudut bibirnya. Eric di sana sampai sedikit mengerutkan kening, agak tidak nyaman dengan mata hazel yang menatap intimidasi.

"Lo?"

Carel geleng-geleng kepala. Langkah kakinya mulai mendekat dengan begitu santai. Teman-teman Eric seketika langsung meletakkan botol alkohol ke atas meja, sebelum secara terang-terangan memasang wajah garang plus tatapan yang tentu saja tidak bersahabat. Carel masih nampak biasa mendapat semua itu, lebih fokus dengan wajah Eric yang nampak jelas kebingungan.

"Dari mana lo tahu tempat ini? Dan, gue lagi nggak salah liat 'kan, ini? Lo, Carel? Di sini? Ngapain?"

Eric terkekeh singkat, sebelum berdiri dan mendekat. Jarak mereka kurang dari satu langkah, cukup dekat. Carel menaikkan sebelah alis. Sementara tangan Eric sudah berada di atas kepalanya, mengusapnya seperti Carel adalah anak kecil.

"Nggak baik buat lo ada di sini. Ini jelas bukan tempat lo. Seharusnya, sekarang lo ada di taman bermain, atau nggak pasar malem." Eric tertawa.

Carel mengamati sekitar. Ruangan gelap, hanya ada satu lampu yang temaram, tidak cukup untuk menerangi seluruh ruangan. Ada bau besi berkarat yang jelas cukup terasa tak nyaman. Dan, juga ada bau aneh yang nyaris membuat mual, tapi Carel masih bisa menguasai diri. Cowok itu kembali menatap Eric dengan senyum miring.

"Gue bosen aja. Di sini kayaknya enak, asyik. Boleh gabung nggak, gue?"

Eric terkekeh. "Ternyata, lo masih sama aja. Pantes ... dia sampek nyusul lo."

Carel menyeringai kecil. "Apanya yang sama? Gue ... mulai beda, Bro. Mau tahu, nggak?"

Eric melipat kedua tangan di depan dada dengan kening berkerut. Carel satu langkah mendekat, memegang sebelah bahu Eric. Memberikan tepukan singkat, sebelum cowok mungil itu bergerak. Meraih sebuah pistol, lalu menarik pelatuk. Tepat menghantam kening salah satu teman Eric, yang sedari tadi terus menatapnya garang.

"Nah, kayak gitu," gumam Carel tepat di sebelah telinga Eric.

Eric mengabaikan suara Carel yang nyatanya terus terngiang-ngiang. Tubuh cowok itu menegang, juga kedua tangan yang sudah basah karena keringat dingin. Sementara kedua kakinya sedikit bergetar, kesulitan bergerak.

Carel melirik sebentar, sebelum membuka suara. "Jangan panik gitu. Kayak belum pernah liat yang kayak begini aja."

Darah sampai memuncrat, menghiasi wajah Teman-teman Eric yang masih menegang di tempat duduknya. Sebelum, dengan secepat kilat berdiri dan menodongkan pisau yang ada di balik saku mereka. Carel hanya tersenyum miring dengan sebelah tangan masuk saku celana.

"Apa? Lo mau apa dengan pisau itu, hm? Mau nusuk gue? Penggal kepala gue?" Carel terkekeh sarkas. "Liat aja tangan kalian!"

Jelas tangan mereka bergetar di balik wajah dan tatapan yang penuh dengan amarah. Carel hanya memberikan wajah tenang dengan tatapan sinis dan senyum miring saja. Sementara Eric berusaha untuk bergerak, bersuara tepat di dekat telinga Carel.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang