Epilog

178 35 10
                                    

Perdebatan pertama Ryujin dan Hyunjin setelah mereka menikah adalah ketika menentukan lokasi honeymoon.

Ryujin ingin tetap berada di Korea dan tidak lebih dari seminggu karena masih banyak pekerjaan yang harus ia lakukan di kantor. Ryujin tidak ingin meninggalkannya terlalu lama. Sedangkan Hyunjin ingin mereka berkeliling Eropa selama sebulan penuh dan menikmati waktu bersama.

“Aku nggak bisa meninggalkan pekerjaanku selama itu. Kamu tahu kan kita baru saja dapat deal dengan dua brand besar? Aku nggak mau mengecewakan mereka,” jelas Ryujin saat perdebatan itu terjadi.

Hyunjin memutuskan untuk mengambil jalan tengah. Mereka tetap akan pergi ke Eropa selama dua minggu. Hyunjin juga memperbolehkan Ryujin untuk membawa laptopnya sehingga ia masih dapat memantau pekerjaannya selagi mereka berlibur.

Karena Hyunjin sudah sedikit mengalah, Ryujin membalasnya dengan lembur selama tiga hari berturut-turut sebelum hari keberangkatan mereka agar ia tidak terlalu sibuk ketika sedang berlibur.

Ryujin sedang duduk di kursi yang ada di balkon kamar hotelnya. Matahari hampir tenggelam sepenuhnya, menyisakan langit biru gelap yang diterangi oleh cahaya dari Menara Eiffel.  

Bagi Ryujin, semuanya masih terasa seperti mimpi. Satu bulan lalu, ia resmi menikah dengan Hyunjin. Ia mengamati cincin pernikahannya yang melingkar indah di jari manisnya. Memori ketika Hyunjin menyematkan cincin itu di jarinya kembali terputar di kepalanya.

Ryujin masih tidak menyangka ia menikah dengan atasannya sendiri. Ketika melihat Hyunjin pertama kali di auditorium, ia tidak punya bayangan sama sekali bahwa pria itu kelak akan menjadi suaminya.

Sebuah tangan kekar melingkari pundak Ryujin dari arah belakang. Hyunjin baru selesai mandi. Wangi sabun masih tercium kuat dari tubuhnya.

“Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Hyunjin. Ketika keluar dari kamar mandi, ia melihat Ryujin sedang melamun sambil memandangi langit malam Kota Paris. Hyunjin ingin tahu apa yang sedang dipikirkan Ryujin saat ini.

“Aku tiba-tiba teringat hari waktu kamu datang ke kantor pertama kali dan memperkenalkan diri sebagai direktur pemasaran yang baru. Waktu itu aku duduk diantara para karyawan lainnya, sedangkan kamu berdiri di depan. Jelas posisi kita sangat berbeda waktu itu. Aku nggak menyangka akhirnya akan seperti ini,” jawab Ryujin.

“Hmm...aku masih ingat waktu itu aku kesulitan mengalihkan pandanganku dari kamu. Cuman kamu satu-satunya yang terlihat waktu itu.” Ryujin terkekeh pelan mendengar gombalan Hyunjin.

“Itu nggak mungkin.”

“Aku serius, Ryu. Aku masih ingat pertemuan pertama kita di ruang penyimpanan berkas. Waktu itu – “

“Okay, stop, kamu nggak perlu melanjutkannya. Itu pengalaman terburuk dalam hidupku.” Hyunjin tidak melanjutkan kalimatnya sesuai permintaan Ryujin. Pertemuan pertama mereka memang tidak bagus dan Hyunjin tidak bisa mengubahnya. Ia hanya bisa memperbaikinya dengan memberi Ryujin hari-hari yang indah dimasa mendatang.

Hyunjin semakin mengeratkan pelukannya pada pundak Ryujin lalu mengecup puncak kepalanya. Ryujin menyandarkan kepalanya pada lengan Hyunjin. Netranya memandangi kehidupan malam Kota Paris yang terlihat mewah dan elegan.

“Aku mau punya anak.” Ucapan Hyunjin yang tiba-tiba itu hampir membuat Ryujin tersedak oleh ludahnya sendiri. “Tapi aku maunya seorang putri yang mirip kamu.”

“Kamu tahu itu nggak bisa dikontrol, Jin.” Ryujin memutar bola matanya.

“Bisa. Aku sudah cari tahu di internet – “ Ryujin refleks tertawa keras mendengar hal itu. Hyunjin tidak mungkin semudah itu percaya pada informasi yang ia temukan di internet.

Ketika melirik ke arah Hyunjin, Ryujin melihat raut wajahnya yang penuh kekecewaan. Ryujin langsung menghentikan tawanya. Tadinya ia pikir Hyunjin hanya bercanda, namun ternyata laki-laki itu serius dengan ucapannya.

Ryujin berdeham sejenak sebelum berkata, “okay, kita bisa coba cara yang kamu temukan di internet. Tapi kamu jangan kecewa kalau hasilnya nggak sesuai sama harapan kamu.”

Raut wajah Hyunjin kembali cerah. Ia menarik dagu Ryujin supaya ia bisa mencium bibir wanita itu. “Kalau begitu cepat mandi sana. Aku sudah nggak sabar ingin mencobanya.”

Ryujin kembali tertawa keras. “Ini masih sore, Jin. Aku lapar.”

“Ya, ya, aku tahu. Nanti aku pesankan room service yang banyak untuk kamu.”

Hyunjin mendekatkan bibirnya pada telinga Ryujin lalu berbisik rendah, “kamu perlu energi yang banyak untuk nanti malam, Ryu.”

Pipi Ryujin langsung bersemu kemerahan mendengar hal itu. Ia memukul lengan Hyunjin yang masih melingkari pundaknya. Hyunjin tertawa melihat reaksi malu-malu Ryujin. Mereka sudah sering melakukannya, namun Ryujin masih saja tersipu malu karena hal itu.

“Lepas. Aku mau mandi sekarang.” Hyunjin menyingkirkan lengannya, membiarkan Ryujin bangkit berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.

Ponsel Hyunjin berbunyi ketika Ryujin sudah menghilang dari hadapannya. Ia berjalan ke arah tempat tidur, mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Nama Seungmin yang muncul di layar ponselnya segera mencuri perhatian Hyunjin.

“Ada ap – “

Hwang Hyunjin, my best friend!” seruan Seungmin membuat dahi Hyunjin berkerut. Belum pernah ia mendengar suara Seungmin yang penuh semangat seperti ini.

“Kamu mabuk?” terka Hyunjin. Ia bisa mendengar suara musik DJ yang melatarbelakangi suara Seungmin.

“Aku lagi ada di bar,” sahut Seungmin. “Bersama Yeji.”

“Apa yang kalian berdua lakukan?” Hyunjin menggeram rendah. Ia tidak suka Yeji berada di tempat berbahaya bersama Seungmin meskipun ia tahu Seungmin laki baik-baik. Tapi dalam keadaan mabuk seperti ini, Hyunjin tidak bisa menjaminnya.

“Nggak ada. Kami hanya bersenang-senang.”

Ada keheningan sejenak sebelum Seungmin kembali berkata, “oh ya, tujuanku meneleponmu karena aku mau minta izin untuk berkencan dengan Yeji.”

Jantung Hyunjin hampir berhenti berdetak ketika mendengar hal itu. “You - what?! Bro, jangan bercanda! Aku sedang honeymoon sekarang – “

Aku tahu. Makanya aku meneleponmu untuk meminta izin. Aku nggak bisa bicara langsung sama kamu.”

Sepertinya Seungmin sudah kehilangan kewarasannya. Seungmin yang normal tidak mungkin melakukan hal ini.

Namun satu hal yang pasti. Seungmin dan Yeji diam-diam saling menyukai tanpa sepengetahuannya. Menyadari hal itu, Hyunjin menghela napas panjang. Ia tidak tahu sejak kapan kedua orang itu mulai dekat.

“Telepon aku lagi setelah kamu sadar. Aku mau kamu mengatakannya dalam keadaan sadar.” Tanpa menunggu jawaban Seungmin, Hyunjin segera mengakhiri panggilannya.

Hyunjin akan mengurus kedua orang itu nanti setelah ia kembali dari honeymoon.

Sekarang ia hanya ingin fokus pada Ryujin dan menikmati waktu bersama mereka.

💕💕💕





Hai guys!!!
Finally, Love Contract resmi tamat!!!
Yuhuuu🎉🎉

Setelah dua tahun, akhirnya aku bisa menamatkan cerita ini.
Terima kasih banyak untuk dukungan kalian semua. Terima kasih sudah tetap nungguin aku update cerita ini sampai akhirnya tamat hari. Terima kasih untuk semua komen kalian yang buat aku semangat buat selesaiin cerita ini.

Love you all guys, really 😘

Setelah ini aku mau hiatus dulu sekitar 1-2 bulan ke depan buat persiapan book baru.
Biar kalian gak ketinggalan infonya, bisa follow IGku ya hehe
IG : lafleur_scape

Once again, thank you so much buat kalian semua.
See you in my new book💕
Bye👐


Lafleurdelight
25 Agustus 2024



Love ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang