[16]First Kiss?!

242K 10.7K 439
                                    

Aku tak henti-hentinya merutuki diri. Bibirku maju beberapa senti, dan pipiku mengembung. Bagaimana rasanya jika kau jalan berdua dengan cowok tapi dia malah asyik dengan dunianya, kesel kan? Ah cowok tuh emang gak peka! Sena gatau apa daritadi aku cemberut gara-gara dia malah asyik membaca buku yang baru dia beli. Emangnya aku pajangan berjalan apa?!

"Sena ish!!!!" aku mendengus kesal untuk kesekian kalinya. Lagi-lagi, kekesalanku hanya direspon dengan gumaman. Aku menggaruk pipi frustasi, dan berjalan meninggalkan Sena. Tidak, bukan dalam arti sebenarnya. Aku hanya langsung ngeloyor masuk ke dalam supermarket untuk membeli Wafer Stick Coklat alias Pocky. Sepertinya, dia membuntutiku dari belakang dengan tetap membaca buku. Selesai membayar, kami pun berkeliling mall tanpa tujuan. Aku sibuk makan Pocky, dia sibuk sama bukunya. 

Mataku tertuju pada toko aksesoris cantik yang menjual barang-barang unik dan lucu. Sepasang kekasih keluar dari toko aksesoris itu dengan senyum yang mengembang. Si cewek kayaknya seneng banget dibeliin barang dari toko itu. Dia bergelayut mesra di lengan cowoknya. Aku perhatikan lagi sekeliling, melihat pasangan yang tak terhitung jumlahnya lalu lalang di mall ini. Mereka terlihat mesra, ada yang membelikan bunga, ada yang berbelanja, ada yang makan bersama, atau ada yang hanya jalan mesra seperti aku dan Sena-tidak, kami sama sekali tidak mesra. 

Ada juga yang berjalan sendirian hanya menggandeng kantong plastik, terlihat mengenaskan berada di tengah orang yang menggandeng pasangan. Mungkin ada juga yang tadinya berjalan sendirian masuk ke mall sekedar tebar pesona, eh pulang-pulang dapet pacar. Iya pacar orang. Imajinasi liarku membuatku terkikik sendiri. 

"Ngapa lu?" Tanya Sena yang mungkin mendengar kekehanku.

"Gapapa. Eh Sena, beliin gue bunga kek." Aku bergelayut mesra di lengannya, dia langsung memasang ekspresi jijik yang seakan berkata 'Jangan bergelayut kayak monyet gini'  sialan.

"Iya, tar gue beliin." Tanggapannya datar tanpa mengalihkan pandangan dari buku. 

"Eh serius?!!" Tanyaku tak percaya. Mataku membulat dan hatiku begitu menggebu-gebu.

"Serius. bunga kuburan ya." Dia langsung menatapku dengan wajah yang memuakkan. Membuatku langsung melepas tangannya dan mendesis kesal. Kurang ajar emang sih mulutnya. 

"Ikut gue yuk." Sena menarik tanganku menuju lift. Kami pun naik lift yang sepertinya menuju lantai paling atas.

"Lu ngapain bawa gue ke sini?" Protesku ketika kami sudah sampai di lantai paling atas. Di sini tidak ada apa-apa, hanya beberapa ruko yang sengaja dibiarkan kosong. Jantungku berdetak cepat ketika Sena menuntunku ke sebuah pintu. Ada apa dibalik pintu itu ya? Ya Ampun, ini kan sudah malam.

"Lu mau merkosa gue ya?" tudingku yang mengekor di belakangnya. Dia langsung berbalik menatapku dengan mata hitamnya. Oh GOD! Tatapan itu lagi! 

Sena langsung menoyor kepalaku dan membuka pintu itu. Ada beberapa anak tangga dibaliknya, yang menghubungkan indoor mall dengan bagian atas mall yang terbuka. Ya, kami benar-benar di atap. Angin berhembus kencang di sini, membuatku beberapa kali harus menyingkirkan rambut yang berterbangan menghalangi wajah. 

Sena sudah di depan sana, duduk di kursi sambil menatap pemandangan indah Kota Metropolitan di kala malam. Aku duduk di sampingnya. Bernaung langit malam penuh bintang yang ditemani bulan sabit. Tiada mendung dan awan hitam, tiada dingin yang membekukan. Hanya aku dan Sena bersama malam. 

Kami terdiam, aku masih mengunyah Pocky kesukaanku sambil menikmati waktu ini. Hanya gemerlap lampu kota Jakarta yang menjadi pemandangan dari ketinggian, diiringi suara angin yang berdayun dan beberapa kendaraan di bawah yang berlalu lalang. 

"Gue gak nyangka lo ngajak gue ke tempat ini," kataku sambil memakan wafer stick. 

"Hm.." Dia hanya menggumam sambil menatap ke depan, tidak ada buku. Buku itu hanya tergeletak di samping pemiliknya yang kini mengukir senyum. Aku pun ikut tersenyum.

"Bagi Pocky." kata dia menoel pipiku. Aku meraba-raba bungkus wafer itu, dan isinya hanya angin. 

"Yah ini yang terakhir," kataku kecewa sambil menunjuk satu batang wafer yang masih ku gigit, belum aku kunyah. Jantungku lagi-lagi maraton melihat Sena yang menatapku datar. 

Matanya bergerak menuju wafer stik yang bagiannya masih tersisa di luar mulutku. Perlahan dia mendekatkan wajahnya ke wafer itu, lalu menggigit bagian wafer itu sedikit demi sedikit. Oh tidak!!! Bibir kami hanya berseberangan dengan sebatang wafer. Tubuhku tak bisa bergerak, darahku berdesir hebat. Sena menggigit wafer itu, mengikis jarak antara bibirku dengan bibirnya. Sena! Jangan membuatku mati karena jantungan! Sedikit lagi, sudah tidak ada wafer di antar bibir kami. Wafer itu lenyap, maka bibir kami akan menempel satu sama lain. Tubuhku berhenti bekerja, aku hanya bisa memejamkan mata menunggu detik-detik selanjutnya. Aku bisa merasakan deru nafasnya, dia semakin dekat. Memaksaku bernafas dengan karbon dioksida wangi miliknya. Udara di antara bibir kami bertubrukan membuatku semakin enggan untuk membuka mata. 

Tidak tidak! Satu gigitan kecil lagi, dan dia benar-benar akan menciumku!! 

Tuk!

Aku merasakan dia menyentil dahiku dan wajahnya menjauh. Takut-takut aku membuka mata dan dia terkekeh geli. 

"Gue gak bakal nyuri first kiss lo." Katanya seraya mengacak-acak rambutku. Mataku masih berkedip beberapa kali, aku yakin ini pasti mimpi! Sena... tadi... hampir...

"Udah, bengong mulu! Pulang yuk. Jam sembilan gue harus sampe rumah nih." Ujarnya lalu bangkit dan meninggalkanku yang masih mematung.

----------------------------------------------------------------------------------------

To Be Continue...    

*ps=kalo ada yang nemu pict anime yang sebelum nyium gigit wafer dulu boleh tuh kirim ke saya, untuk saya pajang di mulmed hehe. Thanks before  

The Coldest Boyfriend[NASIONAL BEST SELLER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang