- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Olivia sudah siap menghadapi Zyana yang akan menjadi lawannya dalam latihan bertarung kali itu. Di tangannya sudah ada dua buah tongkat pendek, begitu pula di tangan Zyana. Niki mengawasi keduanya sambil melompat-lompat di atas trampolin. Sammy dan Sandy belum juga kembali, padahal sudah sejak tadi mereka pergi ke minimarket untuk membeli cemilan.
"Mau cerita, soal bagaimana awalnya kamu mulai bermimpi buruk lagi?" tawar Olivia.
TRAK-TRAKK-TRAKKK!!!
Suara tongkat-tongkat yang beradu mulai terdengar, saat Zyana dan Olivia saling menyerang.
"Boleh. Tapi kalau harus jujur, jawaban atas pertanyaanmu barusan sama sekali enggak aku ketahui. Sejak satu bulan lalu, aku mulai bermimpi buruk lagi dan hal itu terjadi tanpa alasan," ujar Zyana.
TRAK-TRAKK-TRAKKK!!! TRAK-TRAKK-TRAKKK!!!
"Hati-hati, guys! Santai saja latihannya," Niki memperingatkan.
Zyana dan Olivia langsung mengacungkan ibujari mereka, sebagai tanda bahwa mereka mendengar peringatan itu. Niki terus memperhatikan mereka meski sedang sibuk bermain di trampolin. Sammy dan Sandy akhirnya muncul tak lama kemudian, dengan dua plastik berisi banyak cemilan di tangan masing-masing. Tampaknya mereka sengaja memborong banyak cemilan, karena ingin berkumpul lebih lama bersama yang lain.
"Nik! Aku beliin kamu kuaci!" seru Sammy, seraya tersenyum jahil.
Niki langsung berhenti melompat di atas trampolin dan mengerucutkan bibirnya sambil menatap sengit ke arah Sammy.
"Aku bukan hamster, ya, Sam! Kenapa harus dibeliin kuaci, sih?" protes Niki, sambil berkacak pinggang.
"Mau atau enggak, nih, kuacinya? Kalau enggak mau, akan aku kasih semuanya ke tangan Bakso dan Bakmi" tawar Sammy, setengah mengancam.
Niki bergegas turun dari trampolin. Ia berlari ke arah Sammy dan mengambil lima bungkus kuaci yang disodorkan untuknya. Ia jelas tidak mau kalah dari Bakso dan Bakmi dalam urusan memakan kuaci, karena kuaci adalah cemilan favoritnya sejak masih kecil. Sandy hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, usai melihat kelakuan Niki. Kini perhatiannya kembali terarah pada Olivia dan Zyana yang masih latihan bertarung.
TRAK-TRAKK-TRAKKK!!! TRAK-TRAKK-TRAKKK!!!
"Ah ... aku sepertinya ingat sesuatu," ujar Zyana, tiba-tiba.
"Oh, ya? Apa yang kamu ingat? Mau cerita?" tanya Olivia, seraya tetap memusatkan konsentrasinya pada pertarungan.
Zyana menangkis serangan Olivia, lalu memberinya serangan balasan beberapa kali.
"Sebelum aku kembali mengalami mimpi buruk, aku merasa ada yang sedang mengawasiku ketika berada di kampus. Hari itu aku pulang paling terakhir, karena harus meminjam buku di perpustakaan sebelum keluar dari area kampus. Aku ingat betul, bahwa aku sampai harus menoleh ke belakang empat atau lima kali untuk memastikan bahwa aku enggak lagi diikuti oleh seseorang. Malamnya, mimpi burukku yang lama kembali terulang," jelas Zyana.
TRAK-TRAKK-TRAKKK!!! TRAK-TRAKK-TRAKKK!!!
Keduanya pun berhenti sebentar, setelah berkeringat begitu banyak akibat latihan bertarung yang mereka lakukan. Olivia mendekat, lalu merangkul Zyana ketika mereka berjalan menuju ke meja taman.
"Mungkin itu hanya perasaanmu saja, Zya. Mungkin bukan itulah penyebab kamu kembali bermimpi buruk. Bisa jadi, ada hal yang sampai detik ini masih belum bisa kamu lupakan dari tragedi yang terjadi satu tahun lalu. Mungkin itu adalah pemicunya, tapi kamu tidak menyadari," ujar Olivia, sengaja mengutarakan pendapatnya secara terang-terangan.
"Tapi bagaimana kalau ternyata memang ada yang mengikuti aku waktu itu, Liv? Bagaimana kalau ternyata aku sempat diikuti, tapi aku justru tidak mewaspadai saat-saat itu dan malah mengabaikannya? Jujur saja ... apa yang terjadi dalam hidupku satu tahun lalu adalah hal paling mengerikan yang enggak ingin aku ulangi. Aku benar-benar benci diikuti dari belakang. Karena itu mengingatkan aku pada saat-saat palasik menerorku melalui mimpi," ungkap Zyana.
Keduanya pun duduk di meja taman. Olivia masih belum melepas rangkulannya dari pundak Zyana, membuat Niki, Sandy, dan Sammy mulai penasaran dengan pembicaraan keduanya.
"Bersabarlah, Zya. Melupakan hal buruk memang tidak pernah mudah bagi siapa pun di dunia ini. Tapi yang harus selalu kamu ingat adalah, di sini kamu enggak sendirian saat harus melewati proses melupakan bagian yang berat itu. Kamu dikelilingi oleh banyak orang yang peduli dengan keadaan dan perasaanmu. Kamu tidak lagi ada di sisi yang salah. Insya Allah, kamu aman dan tidak akan ada yang membiarkan kamu terusik oleh masalah meski hanya sedikit," hibur Olivia.
Zyana pun mengangguk dan tersenyum. Perasaannya selalu terasa jauh lebih lega setelah ia berbagi dengan Olivia. Olivia adalah satu-satunya yang tidak pernah memaksanya bercerita jika memang ia tidak siap bercerita. Dia memang akan selalu bertanya, namun tidak pernah terlalu menuntut jawaban dari Zyana.
"Atau kalau kamu merasa dukungan yang ada saat ini masih kurang dan belum benar-benar bisa membuatmu melalui proses melupakan dengan mudah, cobalah pikirkan seseorang yang menurutmu bisa membuat hatimu tenang. Biasanya dengan cara seperti itu, proses melupakan akan menjadi lebih mudah untuk dilewati," saran Olivia.
"Memikirkan seseorang, ya? Mm ... menurutmu, apakah aku harus lebih sering memikirkan kedua orangtuaku?" pikir Zyana.
"Apakah saat ini yang ada di dalam pikiran kamu hanya kedua orangtuamu saja? Kamu bisa memikirkan orang lain jika memang mau. Uhm ... memikirkan Revan, misalnya," goda Olivia, sangat halus.
Kuntilanak yang berada di belakang Iqbal langsung menghilang, setelah mendengar Iqbal kembali meminta bantuannya. Sementara kuntilanak yang mencuri dan membantai ayam-ayam milik para peternak kini mulai merasakan hal menakutkan dari diri Iqbal, seperti yang dirasakannya pertama kali. Kuntilanak itu mencoba mencari cara agar bisa kembali meloloskan diri, sebelum Iqbal benar-benar akan mendekat ke arahnya dan melakukan sesuatu.
Karel, Samsul, dan Nadin bergegas mendekat pada Iqbal. Mereka mengeluarkan energi yang besar untuk memberi perlindungan kepada pemuda itu. Meski Iqbal tidak takut apa pun, tetap saja mereka tidak ingin terjadi apa-apa terhadapnya. Iqbal tetap harus dilindungi, agar selalu aman sampai mereka pulang kembali dengan selamat setelah bekerja.
Kuntilanak yang sedang mereka tatap kembali melayang ke atas atap kandang ayam. Tampaknya kuntilanak itu benar-benar mencoba mencari jalan keluar, meski di luar pun saat ini sudah dihalangi oleh kuntilanak lain yang Iqbal mintai pertolongan.
"Dia akan kembali melarikan diri, Bal," Samsul memberi peringatan.
"Nyai Murti sudah menghalangi di luar. Kalau pun dia tetap bisa lolos, berarti ada sesuatu yang besar di balik kemunculan kuntilanak sialan itu," balas Iqbal.
Iqbal kembali berlari ke arah dinding, lalu memanjat seperti yang tadi Revan dan Samsul saksikan. Pemuda itu benar-benar tidak merasa takut sedikit pun, meski tahu bahwa ada risiko besar yang harus dia hadapi jika sampai kuntilanak itu memberi perlawanan kepadanya. Karel dan Nadin segera ikut berlari menyusul Iqbal, lalu melingkupi tubuh pemuda itu dengan energi mereka dari arah bawah. Iqbal hampir sampai di atap dan begitu dekat dengan kuntilanak bertaring itu. Sayangnya, Lagi-lagi kuntilanak itu berhasil melarikan diri dan menghilang dalam sekejap.
"Ah! Kuntilanak pengecut!" amuk Iqbal, sama seperti sebelumnya.
Kuntilanak yang dipanggil sebagai Nyai Murti oleh Iqbal kembali muncul di dalam kandang ayam itu. Sosoknya tetap menjaga jarak dari Iqbal yang masih berada di dinding.
"Tidak bisa kutahan. Dia terlalu kuat," bisiknya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
KUNTILANAK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 4 Perjalanan kali itu berbeda dari biasanya. Iqbal merasa ada yang begitu mengganjal dalam hatinya selama perjalanan berlangsung. Sejak mendengar soal permintaan tolong klien dari Ruby, sesuatu seakan langsung me...