- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Memasuki kawasan perbatasan desa, Uuy dan Bana segera mengarahkan mereka untuk mengambil jalan memutar dari arah hutan itu. Jalan yang mereka lalui terlihat menjauh dari jalan utama yang biasa dilalui oleh para warga. Harsa juga tahu soal jalan memutar tersebut. Namun ia jarang melewatinya, karena jalan itu cukup jauh dan cukup menanjak untuk bisa sampai ke arah rumahnya. Jadi saat mereka melalui jalan memutar tersebut, sudah pasti--mau tidak mau--mereka harus menanjak beberapa meter hingga sampai di dekat rumah Desi.
"Matikan senternya," saran Uuy.
"Iya. Matikan saja senternya. Biar kita enggak dicurigai sedang mengintip ke arah rumah Ceu Desi yang akan kami tunjukkan," tambah Bana.
Semua orang pun kompak mematikan senter di tangan masing-masing. Bahkan Harsa pun ikut mematikan senternya, karena akan bersembunyi bersama yang lain di sekitaran semak-semak terdekat.
"Tapi apakah tidak gelap, Mang Bana?" tanya Harsa.
"Insya Allah enggak, Juragan. Meskipun remang-remang, masih ada cahaya sedikit dari lampu rumah Ceu Desi yang ada di bagian belakang," jawab Bana.
Mereka berjalan pelan dan hampir mengendap-endap, saat hampir benar-benar tiba di dekat rumah perempuan bernama Desi tersebut. Nadin langsung merasakan energi negatif yang besar ketika memijak langkah betikutnya. Rasanya sama persis seperti energi negatif yang tadi ia rasakan, ketika Iqbal telah berhadapan dengan kuntilanak di kandang ayam.
"Hati-hati, guys. Energi negatifnya sangat besar. Ini energi negatif yang sama persis kurasakan, ketika Iqbal berhadapan dengan kuntilanak di kandang ayam," ujar Nadin, berusaha memelankan suaranya.
"Kalau begitu Pak Hasbi ... Pak Rijad ... sebaiknya sampai di sini saja kita melangkah," pinta Karel.
"Ya. Sebaiknya hanya sampai di sini saja Bapak-bapak sekalian ikut dengan kami. Selebihnya, biar kami bertujuh yang akan mendekat ke sana setelah mengamati dari semak-semak ini," tambah Samsul.
"Iya. Kalau begitu kami akan menunggu di sini. Tidak masalah kalau kami tetap melihat dari semak-semak ini, 'kan?" tanya Rijad.
"Tidak masalah, Pak Rijad. Yang terpenting, harus ada jarak yang cukup jauh dari rumah perempuan itu jika memang ingin melihat," Ruby berusaha meyakinkan.
Reva menghentikan Ruby sesaat, sebelum mereka mendekat ke rumah Desi. Ia teringat sesuatu dan hal itu harus segera disampaikan sebelum mereka melanjutkan pekerjaan.
"Ada apa, Va?" tanya Ruby, pelan.
"Mintalah untuk panggil RT dan RW dari desa ini. Kita harus melibatkan warga setempat, agar perempuan itu tidak mencoba mencari perlindungan apabila kita mengusik ritual pesugihannya. Kamu tahu 'kan, kalau perempuan kadang suka bertingkah meski sudah ketahuan bersalah," jawab Reva.
Ruby tidak bisa menampik hal itu. Apa yang Reva katakan adalah hal yang benar. Mereka harus mencari bantuan dari warga setempat, agar nanti tidak ada yang perlu mencari perlindungan ketika kebusukannya terbongkar. Gadis itu pun segera kembali mendekat pada Hasbi dan Rijad yang saat itu berada di samping Harsa, Uuy, dan Bana.
"Uhm ... begini, Pak. Kalau bisa, ada di antara Bapak-bapak dari desa ini yang memanggil RT atau RW. Kita tetap butuh bantuan dari warga setempat juga, apabila terbukti bahwa Ibu Desi yang tinggal di rumah itu melakukan pesugihan dan memelihara kuntilanak. Singkatnya, kita butuh saksi agar Ibu Desi tidak mencoba mencari perlindungan dari orang-orang yang dia kenal," pinta Ruby.
"Oh, iya Neng. Siap. Kami akan segera panggil Pak RT, Pak RW, dan juga warga terdekat," tanggap Uuy.
"Tapi apa orang-orang akan percaya, ya, kalau kuntilanaknya saja tidak kelihatan sama seka--"
"HI ... HI-HI-HI-HI-HI-HI-HI-HI-HI!!!"
Semua orang yang ikut dengan ketujuh anggota tim itu mendadak merasa merinding, usai mendengar suara tawa kuntilanak yang begitu jelas dari arah rumah Desi. Mereka semua terpaku di tempat, saat akhirnya melihat bahwa kuntilanak yang baru saja tertawa itu kini sedang bertengger di atas atap rumah Desi.
"Pa--panggil ... panggil warga, Mang Bana! Pa--panggil Pak RT dan Pak RW, Mang Uuy!" titah Harsa, yang akhirnya percaya dengan omongan kedua pekerjanya tersebut.
"I--iya, Juragan. Kami panggil dulu."
Uuy segera menyeret Bana dan berlari bersama menuju ke rumah-rumah warga terdekat. Mereka benar-benar mengabarkan soal adanya kuntilanak di rumah Desi serta kemungkinan praktik ritual pesugihan yang dilakukan oleh perempuan itu. Semua orang mulai berdatangan ke sana. Tentunya langkah mereka segera ditahan oleh Hasbi, agar tidak menimbulkan kegaduhan sebelum kuntilanak itu berhasil ditaklukkan dan kegiatan pesugihan Desi digagalkan oleh tim yang ia panggil. Ia tidak ingin ada kegagalan, karena itu bisa berakibat buruk bagi para peternak ayam di Desa Ciasem Tengah.
Karel segera memberi arahan pada semua anggota timnya, setelah jarak mereka mulai begitu dekat dengan rumah milik Desi. Semuanya telah siap dengan senjata di tangan masing-masing, serta siap menerima bagian mana pun yang akan diserahkan oleh Karel kepada mereka. Mereka sudah tidak sabar ingin segera memberi pelajaran pada kuntilanak dan juga si pelaku pesugihan tersebut.
"Karena Iqbal akan menghadapi kuntilanak itu, maka aku dan Nadin akan fokus padanya untuk memberi perlindungan. Kuntilanak itu terlalu ganas jika harus kami berdua yang tangani. Dia harus ditangani oleh manusia yang paling dia takuti, agar bisa ditaklukkan dengan mudah," ujar Karel.
"Oke. Berarti aku, kamu, dan Iqbal akan memulainya dari bagian belakang rumah perempuan itu. Benar, 'kan?" tanya Nadin.
"Ya. Itu benar, My Princess. Kita akan memulainya dari belakang, karena aku harus merusak sesuatu yang disukai oleh kuntilanak itu agar dia terpancing dan datang ke belakang rumah," jawab Iqbal, seraya tersenyum manis seperti biasanya.
"Gombalnya ditunda dulu, Iqbal. Tahan," pinta Karel, lalu menatap ke arah Samsul, Revan, Ruby, dan Reva. "Samsul dan Revan akan mencari tempat ritualnya. Tugas kalian adalah menghancurkan tempat ritual itu sampai tuntas. Sementara Ruby dan Reva kali ini harus bekerja sama untuk menaklukkan perempuan bernama Desi itu, agar dia tidak mencoba kabur sebelum ditangkap oleh Pak Hasbi. Pokoknya, usahakan dia jangan sampai lari dari rumahnya. Terserah mau bagaimana pun caranya."
"Oke, siap. Aku akan buat dia terjerat dengan tali-taliku ini sampai lupa caranya berjalan ke arah pintu," Ruby sudah berencana.
"Oh ya, satu lagi. Tolong jangan lupa buat dia meminta ampun, ya. Soalnya gara-gara kuntilanak peliharaannya, kita tadi terbanting-banting beberapa kali di dalam kandang ayam sampai harus terjebak di dinding seperti cicak," pinta Nadin, yang masih belum lupa bagaimana rasanya terkena serangan senyap menjelang maghrib tadi.
"Siap, Princess-nya Iqbal. Insya Allah akan kubuat perempuan itu berteriak kesakitan akibat patah-patah tulang," janji Reva, diiringi senyuman sinisnya.
* * *
SAMPAI JUMPA BESOK 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
KUNTILANAK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 4 Perjalanan kali itu berbeda dari biasanya. Iqbal merasa ada yang begitu mengganjal dalam hatinya selama perjalanan berlangsung. Sejak mendengar soal permintaan tolong klien dari Ruby, sesuatu seakan langsung me...