21 | Menghancurkan Sesajen

372 47 26
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Setelah mengatur siasat kali itu, mereka pun segera berpencar ke tujuan masing-masing. Iqbal, Karel, dan Nadin menuju ke bagian belakang rumah milik Desi. Ketiganya akan segera memokuskan diri untuk menghadapi kuntilanak peliharaan perempuan itu. Tugas mereka jauh lebih berat daripada tugas yang lainnya, karena kuntilanak yang akan mereka hadapi sangatlah agresif. Kuntilanak itu terlihat sangat hobi membantai apa pun yang menurutnya bisa ia bantai. Untung saja, ada Iqbal yang akhirnya bisa membuatnya takut untuk beraksi lagi. Kuntilanak itu sepertinya takut untuk kembali ke kandang ayam, karena tadi dia sempat terkena serangan yang Iqbal layangkan bersama Nadin. Keberadaan Iqbal jelas menghadang langkah kuntilanak itu untuk kembali membantai ayam-ayam para peternak di Desa Ciasem Tengah.

"Stop," Nadin mengarahkan.

Karel dan Iqbal berhenti tepat di belakangnya. Keduanya melihat ke arah yang Nadin tunjukkan, sehingga tahu bahwa apa yang diceritakan oleh Bana dan Uuy bukanlah karangan semata.

"Wah ... perempuan itu benar-benar menaruh sesajen untuk kuntilanak peliharaannya di tempat yang sangat gelap. Tampaknya dia enggak mau ada orang yang menyadari, bahwa dirinya sering menaruh sesajen di sana," ujar Iqbal, berbisik.

"Dia jelas enggak ingin ketahuan, Bal. Kalau dia sampai ketahuan sering menyimpan sesajen dan memelihara kuntilanak, maka semua warga desa ini akan langsung curiga dan mencoba menyelidiki kehidupannya," balas Karel.

"Dan ritual pesugihan yang dia jalani akan cepat terbongkar, jika sampai ada yang menyelidiki dirinya. Maka dari itulah dia tetap bersikap normal dan berbaur dengan warga lain di desa ini, My Prince," tambah Nadin.

Iqbal pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Pertanda bahwa ia paham dengan konsep hidup Desi yang cukup tertata rapi, demi menutupi ritual pesugihan yang dia jalani,

"Oke. Kalau begitu sekarang aku akan mendekat ke tempat sesajennya. Akan kupancing kuntilanak itu agar segera turun dari atap rumah ini," putus Iqbal.

"Kami akan selalu ada di sisimu, Bal. Kami berdua akan mengalirkan energi yang cukup besar pada dirimu, agar kamu tetap terlindungi selama menghadapi kuntilanak itu," Karel kembali mengingatkan.

Di bagian lain rumah itu Revan dan Samsul sepakat untuk berpisah, meski keduanya harus mengerjakan tugas yang sama. Menurut mereka, menemukan ruang ritual jelas bukan sesuatu yang mudah. Jadi dengan memisahkan diri sementara waktu, hal tersebut akan membantu mereka menemukan tempat ritual lebih cepat. Revan mengambil bagian ke samping kanan rumah, sementara Samsul mengambil bagian kiri. Keduanya kini sedang mencari jalan yang bisa dilalui untuk masuk ke dalam rumah.

"Van, aku sudah ada di posisi. Ada jendela di bagian sini dan tampaknya bisa kupanjat," lapor Samsul.

"Ya. Aku juga baru sampai di posisi, Sul. Di sini juga ada jendela, persis seperti yang kamu katakan. Mungkin jendela ini bisa membawa kita ke dalam salah satu ruangan yang ada di rumah perempuan itu," balas Revan.

Ruby dan Reva tiba di pintu depan. Keduanya saling menatap satu sama lain dengan senjata yang sudah siap di tangan masing-masing.

"Kami ada di pintu depan, Sul. Kami akan mencoba masuk dari sini, lalu memancing perempuan itu. Agar dia tidak curiga, apabila kalian berdua sudah masuk ke dalam rumah melalui jendela yang kalian bicarakan," lapor Reva.

"Kabari lagi pada kami, apabila kalian sudah berhasil masuk lewat pintu depan," pinta Revan.

"Hati-hati, Dek Ruby," pesan Samsul, semesra biasanya.

Ruby berupaya menahan tawa saat menerima pelototan maut dari Reva, usai mendengar Samsul berpesan semanis madu.

"Jangan balas, By, atau aku akan membuat Samsul kehilangan rambut lebatnya malam ini!" ancam Reva, tak main-main.

Iqbal kini telah berada di depan sebuah tampah berisi sesajen yang sangat lengkap. Nadin tetap di sisinya, sementara Karel memilih mengambil posisi di hadapan mereka. Tampah sesajen itu kini ada di tengah-tengah, membuat ketiganya bisa memerhatikannya dengan mudah.

"Perempuan itu cukup rajin dalam urusan menyiapkan sesajen. Lihatlah, tidak ada satupun sesajennya yang layu," ujar Karel.

Nadin tertawa pelan, karena sudah tidak sanggup menahan diri.

"Dia rajin menyiapkan sesajen, tapi malas menjalani hidup yang penuh dengan proses. Dia lebih ingin menjadi kaya secara instan, sehingga mengambil langkah salah dan melakukan pesugihan," ungkapnya.

Iqbal pun ikut tertawa pelan. Mendengar unek-unek Nadin membuatnya merasa senang. Baginya, Nadin selalu menunjukkan diri secara apa adanya di depan siapa pun, termasuk ketika harus mengungkapkan sesuatu yang mengganjal di hatinya.

"Begitulah manusia, My Princess. Jika pikiran dan hatinya tidak diisi dengan hal baik, maka perbuatannya pun tidak akan baik. Maka dari itulah Allah lebih senang terhadap manusia yang hidup apa adanya, daripada manusia yang hidup berlebih-lebihan. Karena semakin berlebihan manusia memiliki sesuatu, maka akan semakin besar pula rasa tidak puas dalam dirinya. Tapi tenang saja, kita akan segera menghentikan tindakan perempuan itu. Sekarang, ayo ... alirkan energimu dan bantu aku untuk memancing kuntilanak itu agar segera turun dari atap sana," ajak Iqbal.

Karel hanya bisa mengulum senyum, usai melihat bagaimana cara Iqbal berinteraksi dengan Nadin. Ia pun langsung merasa wajar apabila Iqbal begitu mudah diterima oleh Alwan dan Karin sebagai calon menantu, setelah melihat bagaimana caranya membimbing gadis itu.

Nadin segera mengalirkan energinya ke tubuh Iqbal seperti tadi. Karel melangkah agak menjauh, agar energi yang ia keluarkan bisa melindungi Iqbal dan Nadin sekaligus. Iqbal bersiap dan fokus pada apa yang sedang ditatapnya saat itu.

"Bismillahirrahmanirrahim," lirih pemuda itu.

Iqbal pun segera mengobrak-abrik tampah berisi sesajen yang ia hadapi, menggunakan celurit bulu ayam miliknya. Isi tampah itu berhamburan dalam sekejap, karena Iqbal sama sekali tidak ingin menyisakan apa-apa di atasnya agar tetap utuh.

"HI ... HI-HI-HI-HI-HI-HI-HI-HI-HI!!!"

Kuntilanak peliharaan Desi langsung bereaksi saat sesajen itu dihancurkan oleh Iqbal. Para warga yang tadi ditahan oleh Hasbi dan RT-RW setempat kini bisa melihat kuntilanak tersebut melayang dari atap dan terbang menuju halaman belakang rumah. Semua orang jelas terkejut dengan apa yang mereka lihat saat itu. Namun tidak ada yang pergi, karena merasa tak perlu takut sendirian di tengah ramainya warga yang berkumpul.

"Astaghfirullah hal 'azhim!!! Itu teh betul-betul kuntilanak!!!"

"Ya Allah, gusti! Bisa-bisanya Ceu Desi pelihara kuntilanak begitu di desa kita."

"Enggak bisa dibiarin eta teh! Harus segera diusir dari sini eta Ceu Desi!"

"Iya, betul! Usir saja! Usir!"

"Usir Ceu Desi dari desa kita! Bikin malu!"

Desi pun mendengar ada suara yang begitu ramai dari bagian luar rumahnya. Hal itu jelas menggagalkan konsentrasinya saat sedang bertapa.

"Ada apa itu di luar? Kenapa ramai sekali? Apakah ... ada sesuatu yang buruk telah terjadi, ya?" gumamnya, bertanya-tanya dengan perasaan yang mulai tidak enak.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

KUNTILANAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang