Keputusannya, Singto harus menerima hukuman, keluar dari keluarga Watthanesiri dan pergi jauh dari Klan. Sedangkan Krist yang menolak menikah dengan Earth, pun harus menerima hukuman dengan ikut bersama Singto. Setelah rapat dan debat panjang, membiarkan Krist ikut bersama Singto adalah keputusan tepat, para pejabat kedua Klan tidak ingin Klan mereka ternodai oleh kelakuan Singto dan Krist.
"Setelah Tetua menikahkan kalian, kalian berdua baru diizinkan pergi."
Singto mengangguk mengerti, menerima apa yang telah diputuskan untuknya. Singto sudah salah, ia pantas mendapat hukuman.
"Tapi ayah, Krist masih boleh kita hubungi, kan?" Kakak ipar Krist, Tae, alpha itu menyela sang mertua.
Ayah Krist menghela nafas, "Para pejabat dan Tetua Klan memperbolehkan, tapi ayah melarang kalian," Tegasnya, "Sampai kapanpun. Mulai sekarang, Krist bukan bagian Sangpotirat lagi."
Singto terhenyak, sekejam itu kah orang tua omeganya? Apakah kesalahan Krist dan dirinya tidak bisa dimaafkan?
"Tuan.."
"Dan kamu Singto, jangan harap saya mau anggap kamu sebagai menantu," Ujar Tuan Sangpotirat dengan nada yang dingin, lalu pergi begitu saja meninggalkan Singto di ruang tamu keluarga Sangpotirat.
Rumah Sangpotirat itu lebih besar daripada rumahnya, mereka murni orang kaya, sejak beberapa generasi yang lalu. Bukan seperti Singto, yang kekuasaan keluarganya hasil dari pemberian sahabat kakeknya.
Seketika Singto merasa rendah diri. Ia akan menikahi anak dari pedagang kaya, pasti hidupnya berkecukupan. Apakah ia sanggup menghidupi Krist dan anaknya nanti? Melihat kakak Krist yang mendapatkan alpha yang juga kaya raya, apa Singto pantas untuk Krist? Ia tak punya apa-apa sekarang.
***
Ketukan pintu mengalihkan fokus Krist yang tengah mengemas pakaiannya dan bersiap pergi esok hari setelah ia menikah, Tee masuk dengan sebuah tas lumayan besar. Lalu omega itu duduk di sebelah adiknya, terdiam sejenak menatap sang adik.
"Kit, biaya melahirkan itu besar, belum lagi kebutuhan bayi. Dengan Singto yang belum punya penghasilan cukup, kalian bakalan kewalahan ngeluarin biaya itu," Tee menjeda, nampaknya ia belum siap untuk berbicara lagi dengan sang adik.
Lalu Tee mendorong tasnya ke hadapan Krist, "Itu...baju-baju Nat sewaktu dia baru lahir sampe umurnya sepuluh bulan. Terus ada perlengkapan yang lainnya juga, kakak harap, baju itu bisa di pakai sama adik sepupunya," Tee berbicara tanpa menatap Krist, matanya menghindari tatapan Krist karena ia tidak ingin menangis, ia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangis di depan sang adik.
Lain halnya dengan Tee, Krist menangis hari menatap wajah kakaknya yang ternyata masih peduli kepada dirinya. Sang adik yang penuh dosa ini ternyata masih bisa mendapatkan perhatian terakhir sebelum ia benar-benar berpisah dengan keluarganya.
"Kak... Terima kasih banyak, ternyata kakak masih peduli sama Kit," Omega yang lebih muda itu menangis, matanya berbinar menatap tas bayi berukuran lumayan besar, sangat berarti bagi dirinya yang memang membutuhkan barang-barang tersebut.
Tee mengangguk kaku, "Eum.. Yaudah, kamu jaga diri, ayah ngelarang kita buat hubungi kamu, jadi kalau kamu mau, kamu bisa kirim surat ke rumah buat kasih kabar ke kita," Tee tergagap, "Eh, papa! Papa, maksudnya papa, beliau pasti bakalan kangen kamu," Lalu Tee beranjak, "Nat kayaknya manggil, kakak balik dulu, kamu jaga diri."
Yang lebih muda tersenyum menatap kepergian sang kakak, nyatanya Tee masih peduli padanya, tas bayi itu buktinya. Krist akan menyimpannya sampai cucunya lahir nanti.
***
Keesokan harinya, Singto dan Krist telah disahkan oleh Tetua, begitupun Earth dan Mix, kedua pasangan itu dinikahkan secara benar sesuai adat dan aturan yang ada. Sebelum Earth naik jabatan, dan Singto harus pergi meninggalkan Klan.
Sebuah kesenjangan, sang kakak sedang disumpah untuk memimpin Klan, sedangkan adiknya tengah melangkah keluar Klan dan menjadi orang miskin yang harus bekerja keras demi sesuap nasi. Semua tindakan ada konsekuensinya, setiap orang tidak bisa menghindarinya.
"Kit, maafin kakak ya? Kamu jadi harus sengsara gini karena ikut sama kakak," Tutur Singto tulus merasa bersalah.
Sedangkan Krist tersenyum lembut, "Aku juga minta maaf, karena harusnya aku nggak ikutin rasa penasaranku, nggak semua rasa penasaran harus aku turutin," Lalu Krist menyandarkan kepalanya pada Singto.
Bus antar Klan antar Kota yang mengantarkan Krist dan Singto itu telah tiba di pusat kota, mereka harus kembali ke uni karena kewajiban mereka sebagai mahasiswa. Namun kali ini, Krist harus merelakan tahun ketiganya yang tertunda demi mengandung anaknya.
"Kak, aku mau cuti kuliah aja, aku malu kalau kuliah sambil hamil," Pinta Krist setelah keduanya sampai di Kondo khusus mahasiswa.
Mendengarnya, Singto sedikit terkejut, namun setelah ia berpikir lagi, keputusan Krist agaknya tepat. Keduanya telah ditendang oleh keluarga, tak ada yang kiriman lagi, mereka harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kemudian Singto mengambil keputusan, "Kalo gitu, kakak juga cuti," Putusnya.
"Jangan!" Cegah Krist, "Kakak harus lulus tahun ini, paling nggak kakak bakalan lebih cepet dapat kerja bagus nantinya."
Ketika hidup ditopang hanya oleh diri sendiri, Singto baru merasakan jika hidup ini sangat berat. Banyak sekali hal yang harus dipikirkan hanya untuk mengambil satu keputusan, ia harus menimbang agar resiko dapat diminimalisir.
Bebannya sungguh banyak, ia harus bekerja untuk memberi makan dua orang, belum yang lainnya. Kemudian ia juga harus belajar dan lulus secepatnya agar kesempatan mendapatkan pekerjaan datang lebih cepat.
Tiba-tiba tangan Singto digenggam Krist, "Aku yakin kakak bisa! Aku bakalan ikut kerja buat kita sehari-hari, ya?" Bujuk Krist.
"Tapi kamu lagi hamil, kakak takut kamu..."
"Dia kuat kaya aku," Sela Krist meyakinkan, "Kita cuma hidup berdua, kalau cuma kamu yang cari uang, takutnya nanti kita nggak bisa usahain yang terbaik buat anak kita."
Bersambung, sepertinya Vee mau kelarin yang ini dulu deh sebelum ke book baru, hehe

KAMU SEDANG MEMBACA
(Sebelum) Rumah Cemara [SingtoKrist]
FanfictionSide Story "Rumah Cemara" Tentang Singto si pemain omega bertemu Krist si adik tingkat yang nakal. Karena jodoh adalah cerminan diri, siapapun tak akan mampu jika harus menggantikan salah satu dari mereka. Cerita ditulis berdasarkan imajinasi penuli...