Epilog

1.7K 235 23
                                    

Ketika membuka mata.

Di pagi hari cerah yang terasa mendung. Seminggu pasca kejadian, aku baru tahu bahwa selama enam bulan terakhir, keadaan Rexton ternyata tidak baik-baik saja. Keadaanya yang kulihat beberapa hari terakhir ini nyatanya adalah ilusi yang berusaha ia ciptakan.

Keadaannya yang bersahaja, terlihat tenang dan tampak seakan masalahnya sudah sepenuhnya ia selesaikan adalah ilusi yang ia inginkan untuk aku dan ibunya percaya sebelum akhirnya penagkapannya atas dirinya di lakukan.

Faktanya yang tidak kuketahui, seminggu setelah hubungan kami usai, Rex mengundurkan diri dari pencalonannya sebagai anggota legislatif, juga dari Partai Kesatuan Nusantara. Dan karena sengaja tak pernah melihat berita, baru kuketahui kalau tiga dari lima hotel yang pernah dipegang oleh Ethan telah diledakan oleh Rexton.

Bukan.

Bukan seluruh bangunan Rexton ledakan. Rexton bukan macam terorist yang gila meledakan sebuah bangunan megah. Menurut dari informasi yang kudapatkan-dari Pops dan Putra- Laki-laki itu hanya meledakan beberapa bagian hotel saja. Salah satunya mungkin club ekslusif milik Ethan yang sering Rexton bicarakan.

Tanpa kuketahui, enam bulan belakangan ini berita mengenai keluarga Widjaya ternyata sedang menggeparkan seluruh negeri. Di televisi maupun portal berita online. Dan mendendengar berita itu sekarang dari orang terpercaya, sesungguhnya tidak membuatku terkejut sama sekali. Aku tahu Rex mampu melakukan itu, sejak dulu aku tahu tempramen Rex memang agak susah di tahan. Satu-satunya hal yang membuatku terkejut adalah hanya tentang Astrid.

Astrid perempuan cantik dan elegan itu. Astrid asisten pribadi Rexton yang sangat di percaya laki-laki itu. Astrid, dalang di balik semua paket ancaman yang kudapat.

Masih teringat dikepalaku bagaimana badan Rex diterlungkukpan di tanah, sementara kedua tangannya di tahan di belakang tubuh. Aku tahu rasa itu, aku pernah mengalaminya, dan rasanya begitu- memuakan. Bagai tercekik, tenggorokanku rasanya seperti terbakar saat melihat bagaimana anggota bersenjata itu meringkus Rex hari itu.

Sembari berselimutkan rajutanku dahulu kala yang pernah kuberikan kepada Rexton. Aku mengendus aromanya yang masih tertinggal. Mataku terpejam, membayangkan kalau yang sedang memeluku ini bukanlah selimut itu melainkan Rexton. Membayangkan kalau kehangatan ini disalurkan langsung dari sentuhan lembutnya, bukan dari selimut miliknya.

Malam itu, Januar datang untuk menemuiku dan Bu Tara. Selain ia mengecek keadaan kami yang tentunya jauh dari kata baik-baik saja, orang tua itu memberikanku selimut ini, dan sekalian ingin menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Dadaku terasa sangat sesak. Rasanya seperti tercabik saat menyadari kalau Rex mencintaiku sebegitunya.

"I'll be gone,"

"Aku akan membayar hutangku kepada kamu,"

Apa ini yang dia maksud dengan membayar hutang. Dengan membuatnya masuk kedalam penjara, persis seperti yang tela dilakukan ibunya kepadaku dulu?

Apa ini bahkan terdengar masuk akal?

"Rex adalah seorang buronan," kata Januar malam itu dengan menghela napas berkali-kali "I've been trying to hold the arrest. Bahkan menyembunyikannya disini. Tapi Rex sudah menjadi buronan lebih dari satu bulan. Dan itu tidak baik bagi nama keluarga Widjaya kalau ia terus lari dari masalah."

"Sebenarnya apa yang terjadi Pops? Kenapa Rex menjadi buronan? Kenapa dia tiba-tiba di tangkap?" tanyaku.

"He almost kill her, Soraya. Malam itu, di apartemennya," Januar berkata dengan nada getir.

Bulu kudukku merinding dengan tidak terkendali malam itu, mendengar kalau pada akhirnya Rex bertindak sejauh itu membuatku merasa takut sekaligus khawatir.

"Membunuh siapa, Pops?" Tanyaku. Tanpa bisa ditahan suaraku bergetar.

"Aku sudah mencoba segala cara, menutupi aksinya dengan aksi lain. Mencoba memberikan motif palsu kepada polisi. Tapi percuma, dia berurusan dengan anak calon presiden. Dan tentu dengan keadaan yang sedang memanas dimana skandal 'anak haram orang itu' sedang berkeliaran dimana-mana, pencitraan adalah niatnya. Dia seolah berlagak seperti ayah yang baik dengan tidak mau berdamai,"

Anak presiden?

Tidak mau berdamai?

Siapa yang sedang dibicarakan oleh Januar Widjaya?

"Geralt juga tidak bisa membantu. Cucuku yang satu itu berkata kalau ini bukan urusannya. Karena yang dilakukan Rex adalah tindak percobaan penghilangan nyawa seseorang," orang tua itu melanjutkan.

"Siapa yang coba Rex bunuh Pops?" Jantungku berdebar dengan sangat gila ketika bertanya seperti itu. Rasanya sudah tidak sabar mendengar penjelasan darinya.

Januar terlihat menarik napasnya dengan sangat panjang sebelum kemudian ia menjawab "Astrid," katanya sembari menghembuskan napas. "He knows, Soraya. dia tahu tentang perbuatan Astrid kepada kamu, dia tahu semua hal termasuk negosisasi kamu dengan Ethan juga Lazuardi. dan itu mebuatnya murka,"

Aku menarik napasku dengan kencang seraya air mata mulai menumpuk di pelupuk mata. Katakan kalau Rex bukan seorang pembunuh! Katakan kalau ia tidak melakukan ini hanya karena aku!

Aku menutup mulutku dengan sebelah tangan "Apa Astrid baik-baik saja?"

Januar menghela napasnya lagi "Hari itu Rex tidak bisa terkendali. Saat tahu kalau kepergianmu bukan karena keinginanmu, bukan karena kamu sudah tidak mencintai dia, melainkan karena di ancam oleh Astrid. Dia hampir mencekik leher Astrid hingga mati."

Aku menggepalkan tanganku tanpa sadar. Merasa amat frustasi karena aku tidak ada di sana ketika itu terjadi dan menghentikannya.

"Keadaan Astrid sangat memprihatinkan saat Putra menemukannya di apartemen perempuan itu. Rex bagai kesetanan menganiaya perempuan itu dengan sadis, walau ia tahu ia sebagai seorang laki-laki tak etis menggunakan kekerasan kepada perempuan. But he did beat her up,"

Aku menahan napas kuat-kuat "Apa sekarang Astird-" tenggorokanku tercekat, tak sanggup mekanjutkan pertanyaanku karena perasaan takut mendengar kalau Rex telah membunuh perempuan itu mendominasi.

Tapi Januar menggeleng. Membuatku sedikitnya bisa bernapas lega.

"Saat ini Astrid sedang koma di rumah sakit. Perempuan itu kehilangan banyak darah saat ditemukan, Entah apa yang telah dilakukan Rex kepada perempuan itu. Namun, ayahnya Harun Haliem, menggunakan kesempatan ini untuk membersihkan namanya atas tuduhan penelantaran anak,"

Aku memejamkan mataku lantas menghembuskannya dengan sangat panjang "lalu sekarang keadaan Rex bagaimana?"

"Menurut pengacaranya, kemungkinan Rex akan di tuntut atas pasal tindak penganiayaan terhadap perempuan. Dan lebih kurang paling lama adalah dua puluh tahun,"

"DUA PULUH TAHUN!" Aku membelalakan mata.

"Kalau, Astrid meninggal dunia,"

Aku menggelengkan kepalaku "Itu terlalu lama Pops,"

"I know," Januar terlihat menegakan badannya "Tapi beruntung Rex adalah keluarga Widjaya. Walau tidak bisa membebaskannya secara langsung karena media sudah turut campur dalam masalah ini. Tapi aku bisa mencoba untuk membujuk hakim untuk meringankan vonis Rex besok. Atau paling tidak, aku bisa membebaskannya secara bersyarat seperti yang dilakukan Ethan kepada kamu."

"Berapa angka pastinya Pops? Berapa lama kiranya Rexton akan dipenjara?"

Januar mendekatkan tubuhnya ke arahku. Tatapan hangatnya kemudian meliputiku bagai aku sedang di tatap ayah kandungku sendiri. Kemudian ia memegang telapak tanganku.

"Kemungkinan, paling sebentar Rexton akan menjalani hukuman penajara adalah... Lima Tahun."

End.



The MisshapenWhere stories live. Discover now