28thbeats

139K 6.9K 417
                                    

Nih gue kasih update-an.

Juga Break The Wall tuh di mulmednya, silahkan baca, kalau bisa. Waha :P

Siapa yang mau datang ke afaid2015 di JiExpo sabtu ini?

Yasudlah ngoceh ngga pentingnya.

Silahkan baca.

Abaikan typonya. Otak kalian 'kan pintar ;)

Bon apetite

⌣«̶··̵̭̌·̵̭̌✽̤̥̈̊Heart ✽ Beat✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶⌣

Seraphine ⇝

▔▔▔▔▔▔▔

Tidak, aku tidak pulang bersama Elang. Sewaktu aku turun ke ruangan Mama, ia sedang merapikan barang-barangnya siap untuk pulang. Aku tetap bilang sih kalau aku ingin pulang sama teman, tapi tidak diijinkan walau aku sudah menyebut nama Elang. Aku bahkan sampai bilang Elang itu adiknya Kak Jonah, tapi Mama tetap tidak mengiyakan.

Sampai di rumah keadaan tidak lebih baik. Aku di marahin Ayah, tentu saja. Kemudian diculik Bang Adid, diikat di kursi lalu mata dan perutku di siksa sampai tahap aku hampir ngompol di celana. Aku dipaksa menonton mereka melakukan dance-cover Emergency dari Icona pop dengan hanya memakai boxer serta kaus singlet yang diikat di atas pusar menampilkan perut atletis mereka lalu ditambah topi kerucut jerami yang entah mereka dapat dari mana. Setelah selesai menyiksaku, mereka memasukan video itu ke YouTube. Wek, aku bahkan tidak tahu kalau kelakuan mereka di syuting.

Bleh. Tidak heran kadang aku gila, ternyata keturunan Bang AdId.

Kamar Fani gelap. Saat aku berusaha membukanya, pintu itu terkunci. "Fani kemana bang?" tanyaku pada Bang Adid yang kebetulan lewat.

Dia menghendikan bahu. "Katanya sih mau belajar kelompok," jawabnya tanpa mendongak dari kamera video di tangannya. "Kamu juga sonoh belajar," tambahnya, masih tidak mengalihkan perhatian dari kameranya lalu berlalu pergi.

Aku mencibir punggungnya sebelum masuk ke kamarku sendiri. Meletakan ransel di bawah tempat tidur, aku segera melemparkan diri di atas spring-bedku yang super empuk. Ah... Bodohnya aku tidur di hotel yang tempat tidurnya kaku sementara tempat tidurku yang super nyaman dianggurkan. Begitu memejamkan mata tidak lama bagiku untuk terlelap mengingat Mama menyekokiku dengan obat tidur sehabis aku dimarahin Ayah tadi. Tidurku sangat nyenyak, tidur yang tanpa mimpi.

Bangun jam empat paki berniat untuk belajar untuk ulangan hari ini, tapi penampakan PlayStation di bawah tivi sangat menggoda, aku juga sangat kangen pada benda itu. Jadi alih-alih belajar, aku malah main Mario Bros sementara buku-buku pelajaranku nganggur berserakan di lantai.

Entah ada angin apa, tiba-tiba Mama masuk ke kamarku dan langsung merebut PlayStation dari tanganku. "Mama sita ini sampai kamu selesai ulangan," ujarnya. Kemydian tivi juga di matikan, kabelnya di cabut langsung dari stop kontaknya.

"Ah Mamaaaa.... Kan mau naik level."

Kepalaku diketuk pelan dengan salah satu buku text yang diambilnya dari tempat tidur. "Belajar, bukan main game. Kamu seminggu ngga masuk sekolah pasti ketinggalan banyak." Masih memaskai baju tidur sutranya, Mama duduk menyilangkan kaki, meniru poseku, lalu duduk di depanku.

"Udah berusaha belajar dari tadi, Mama. Tapi ngga ada yang masuk. Nih otaku sampai mau meledak dan mulutku hampir berbusa disertai mual." Sometimes overacting was necessary to get what we want.

"Ngga usah lebay," ujarnya sembari mengumpulkan buku-bukuku dan menumpouknya diantara kami.

And often, overacting was failed to get sympthy from some people.

Heartbeat⇝حيث تعيش القصص. اكتشف الآن