3rdbeats

166K 8.4K 323
                                    

⌣«̶··̵̭̌·̵̭̌✽̤̥̈̊Heart ✽ Beat✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶⌣

Seraphine ⇝

▔▔▔▔▔▔▔

Dalam peringkat hari terburuk dalam hidupku, hari ini mungkin tidak menempati peringkat pertama. Tapi jelas hari ini masuk peringkat tiga besar.

Memandang pria paruh baya berseragam di depanku membuatku kesal , melihat semua isi ranselku dituangkan keatas meja dan diacak-acak membuatku murka. Serius deh, ini para polisi sangat tidak menghargai yang namanya privasi.

"Nama?" Petugas yang bertagname Joko Bramanto bertanya. Dia punya cara yang aneh dalam menginterogasi. Dia memintaku bercerita lebih dulu baru kemudian menanyakan namaku.

"Lara Croft," sisi kesalku menjawab sambil menatap tumpukan uang cash Rp. 500.000 didepanku.

Aku tidak membawa ID ataupun barang-barang berharga lainnya , termasuk hp kalau main ke arcade. Itu perlu dilakukan untuk menghindari dijadikannya barang-barang itu sebagai taruhan. Didalam ranselku 'hanya' ada 10 batang Harvey's , permen (banyak), 3 buah beef burger, 2 kaleng soft drink, Lay's beragam ukuran dan rasa serta 3 toples kecil kwaci.

Apa? Jangan bermuka seperti kalian baru saja melihat alien pemakan otak manusia. Aku hanya mempunyai hubungan yang sangat baik dengan snack dan junk food jadi aku membawa mereka kemana-mana.

"Nama ayahmu dan nomor yang bisa dihubungi?" tanya Pak Joko.

"Robin Thicke. Dan dia sedang di luar negeri jadi saya tidak tahu nomornya," kataku mengangkat bahu.

Dia mengetik lagi. "Bagaimana dengan ibumu?"

"Dia juga di luar negeri."

"Namanya?"

"Jenifer Lopez."

Dia menekan keypad sambil bergumam, "Jenifer Lop-" Dia berhenti. Sambil menatap layar komputernya , dia mengerutkan dahi. "Kenapa nama ini terdengar tidak asing yah?"

"Er.. Pak, itu nama seorang penyanyi luar negeri," kata petugas muda yang mengacak-acak ranselku .

Mendengar itu, Pak Joko marah dan menggebrak meja. "Mempermainkan polisi bisa membuatmu masuk penjara , anak nakal!" bentaknya, anehnya tidak membuatku takut.

Aku mendengar dengusan dari sisi kiriku. Saat aku menoleh aku menemukan seseorang dengan hoodie menutupi kepala sedang tertawa. Memang dia tidak bersuara, tapi aku tahu dari getaran pada bahu dan hampir seluruh bagian atas tubuhnya kalau dia tertawa. Dasar orang jahat.

"Berikan identidas ASLImu kali ini dan ceritakan kembali dari awal," bentak Pak Joko

Aku mendengus kesal dan hampir mencabut setiap helai rambut yang tumbuh di kepalaku. Entah polisi ini budeg atau menikmati kemenangannya menangkap sekelompok remaja yang sedang pesta narkoba.

Aku sudah menceritakan bagianku tiga kali dan tidak satu paragrafpun yang dia ketik pada komputernya.

Mau tahu kenapa aku bisa mendarat di kantor polisi?

Tadi sore, aku mengalahkan Johan main Asphalt, dia tidak terima dan mendorongku. Dia menuduhku curang dan merebut kembali uang taruhan yang aku menangkan. Seriously? Bagaimana kau bisa curang kalau main Asphalt?

Untunglah Bang Arya, pemilik arcade memihak padaku, dan uangkupun  kembali. Nah, sekarang aku aku tidak tahu harus bersyukur atau mengutuknya mengingat uang itu bertumpuk di depanku dan dijadikan bukti.

Pergi dari arcade, aku kemudian menepati janjiku pada Fani. Rumah Daud hanya satu blok dari arcade jadi aku memang sekalian lewat.

Berdiri didepan pintu pagar sambil membenturkan gembok besar yang masih menggantung disana aku pun menunggu. Rumah itu terlihat sepi, tapi dari lampu remang-remang dan bebarapa bayangan dari sebuah jendela dilantai dua memberitahuku kalau ada orang didalam. Aku mengetuk lagi sambil memanggil Daud kali ini, namun tetap saja tidak ada orang yang menghampiriku.

Heartbeat⇝Where stories live. Discover now