7thbeats

133K 7K 180
                                    

⌣«̶··̵̭̌·̵̭̌✽̤̥̈̊ Heart✽Beat ✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶⌣

Seraphine⇝

▔▔▔▔▔▔▔

Aku baru saja menghabiskan pastaku ketika ponsel yang baru aku hidupkan berbunyi. Tanpa melihat caller IDnya, aku menekan tombol jawab.

"Olo?" sapaku.

"Berhenti membuat fungsi ponsel jadi ngga berguna kalau di tanganmu!" teriak si penelpon.

"Aku ngga tahu apa yang bang Juki maksud," jawabku sembari menjilati jari-jemariku yang aku gunakan tadi untuk mencolek bumbu pasta didasar piring. Kak Raya melirikku lewat kaca spion. Aku menyerahkan ponselku padanya tapi dia menggeleng.

Bang Jake menggeram. "Berhenti mematikan posel walau kamu ngga menggunakannya, dasar konyol. Kamu membunuh fungsi ponsel tahu ngga?"

Yup. Itu aku, sayang listrik. Karena aku boros di permainan game , jadi setidaknya aku harus meminimalkan pemakaian listrik pada ponselku. Kata bang Jake sih itu cuma ngelésku ajah, alasan sebenarnya padahal karena aku tidak mau diganggu kalau lagi ngelayab. Haha.

"Bla-bla-bla. To the point please?"

"Dimana kamu?"

"Didalam mobil."

"Ngga ada yang bilang kamu boleh pakai mobilku untuk jalan-jalan. Bawa pulang sekarang!"

"Iiih GR banget. Aku juga ogah pakai mobil yang bikin masuk angin itu."

"Kalau gitu kenapa mobil gue ngga ada dirumah?"

"Kok abang tahu?"

"Karena gue sedang berdiri di garasi dan mobil gue ngga ada!" bentaknya. Aku menjauhkan ponsel dari telingaku. "Dimana mobilku, you little witch?"

"Di rumah kak Raya."

Saat Dox bilang parkiran selalu penuh, dia tidak bohong. Karena pada kenyataannya Appleback punya lahan parkir yang tidak luas jadi cepat penuh. Kami parkir dipinggir jalan.

"Siapa Raya?"

Aku ingin menjahili bang Jake sedikit. Aku turun dari mobil mengukuti kak Raya.

"Kak Raya, masa bang Jake lupa sama kakak."

Kak Raya mendengus. "Gue juga ngga kenal sama orang yang kamu maksud."

Aku tersenyum lebar saat mendengar bang Jake menggeramkan namaku. "Seraphine Alana!"

"Ya bang Juki?"

"Gue unpetin PS3 mu nanti," ancamnya.

"Aku umpetin kak Raya nanti," balasku. Kak Raya memutar bola matanya. Dia menunjuk ponselku kemudian memberi isyarat agar aku memutus hubungan telpon dengan kakakku.

"Bagaimana kamu mengenal Raya?" tanyanya mulai panik.

"Di bengkel?" Mendengar kepanikannya aku menjadi kesal. "Kalau ngga mau aku ketemu kak Raya , seharusnya jangan menyuruhku mengambil mobil sejak awal."

"Dia ngga seharusnya ada disana. Dia seharusnya masih di rumah orang tuanya!" jawabnya mulai menyolot.

Okeh. Sekarang aku marah.

Dia benar-benar tidak mau aku bertemu dengan pacarnya? Dasar abang brengsek.

"Mobilnya ada di rumah kak Raya. Kalau mau, ambil saja sendiri sana!" seruku. Klik. Aku langsung memutus telponnya kemudian mendengus kesal.

"Ada apa?" tanya kak Raya.

"Bang Jake menyebalkan!!!" teriakku, mengundang pandangan aneh dari orang yang sedang lewat.

Heartbeat⇝Where stories live. Discover now