2ndBeats

213K 8.9K 214
                                    

⌣«̶··̵̭̌·̵̭̌✽̤̥̈̊Heart ✽ Beat✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶⌣

Seraphine ⇝

▔▔▔▔▔▔▔

Terpeleset dan mendarat dengan posisi aneh sampai celana dalammu terlihat di hadapan sejuta umat itu bukan sesuatu yang menyenangkan. Mengesampingkan tawaan orang-orang dan cemoohan mereka, aku berusaha bangun namun tidak berhasil mengingat aku memakai sepatu roda.

Eric, salah satu cowok populer di sini, tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jari telunjuknya kearahku. Merasa kesal, aku mengacungkan jari tengahku padanya.

Seseorang mengulurkan tangan di depan wajahku. Aku mendongak dan tersenyum menerima uluran tangan Vee. "Thanks," kataku.

"Ugh. Tangan dan sikumu berdarah," kata Vee , mengernyitkan dahi.

Aku membuka telapak tanganku dan melihat goresan-goresan kerikil kecil dengan beberapa kerikilnya masih menempel disana. Kondisi siku kananku tidak jauh berbeda.

"Ewh!" Aku mengernyit. "Arga!!!" teriakku saat melihat sepupuku pergi untuk menngoda Marina. Dia mengacungkan tanda V ke udara.

Tiba-tiba Vee mencengkeram lenganku. "Jangan melihat keatas. Tapi Elang Skarsgard sedang memandang kearah sini," bisiknya lalu dia menggigit bibir bawahnya dan memutar-mutar sejumput rambut pada bahunya.

Aku mendongak dan menemukan Elang dilantai tiga memandang kebawah, kearahku. Aku kira dia akan langsung memalingkan wajahnya begitu dia bertemu pandang denganku, tetapi diluar dugaan dia menatapku balik. Vee memarahiku karena tidak menuruti perkataannya tetapi aku tidak mendengarkannya. Rasanya sulit untuk berkonsentrasi pada hal lain disaat sepasang mata tajam setajam mata rajawali yang sedang mengamati mangsanya memandangku dengan sangat intens.

Aku terus menatapnya, menantangnya berharap dia memalingkan wajah lebih dulu namun dia tidak melakukannya. Dia justru sepertinya menantangku balik. Entah berapa lama kami bertatapan. Mungkin hanya beberapa detik tetapi aku merasakannya sangatlah lama. Walau aku meyakinkan diri bahwa ini cuma kontes tatapan mata, tetapi aku tetap merasakan sesuatu yang aneh merambat dalam darahku. Sama seperti saat dia memojokanku beberapa hari lalu.

Tarikan keras pada lenganku membawa serta suara-suara dan kebisingan kembali. Aku mengerjapkan mata beberapa kali dan menoleh pada Vee.

"Apa?" tanyaku kesal.

Vee tersenyum jahil. "Aku minta maaf merusak intimasi kalian, tapi bel sudah berbunyi dua menit yang lalu, honey."

Aku mengerutkan dahi dan melihat ke sekelilingku, anak-anak berlarian menuju gedung sekolah.

"Sial! Bagaimana aku tidak mendengarnya?" makiku lebih pada diri sendiri.

"Tidak ada yang menyalahkanmu," ujar Vee menenangkan. "Percayalah, siapapun akan kehilangan semua indra kalau bertatapan dengan seorang Elang Skarsgard."

Dia tersenyum penuh pengertian, membuatku penasaran apakah Vee ataupun cewek yang lain pernah ditatap oleh Elang seperti cara dia menatapku.

Aku mendongak lagi, tapi Elang sudah tidak ada disana. Aku menurut saat Vee menarikku ke bangunan sekolah.

"Caramu berbicara seperti sudah pernah mengalaminya saja," kataku ringan menutupi penasaranku yang terlalu besar dari seharusnya. Itu menggangguku.

Tetapi sebenarnya yang paling menggangguku adalah kenyataan bahwa aku tidak bisa mengeluarkan orang itu dari kepalaku sejak menyiramnya waktu itu.

"Oh aku pernah," kata Vee, membawaku kembali ke masa sekarang.

Kami menaiki tangga dan aku harus berhati hati karena aku masih memakai rollerblade merahku. Barangkat sekolah tanpa tumpangan membuatku terburu-buru dan lupa membawa sepatu ganti, jadi beginilah.

Heartbeat⇝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang