Prolog

114K 3.3K 29
                                    

Hai.. author buat lagi story baru...Plaakk!! tampar author lagii.. sementara ada cerita lain yang antri buat di update,, hehe.. tapi cerita lainnya akan di update terus kok..author cuma lagi pingin terus berkarya ajahhh..

Genrenya roman-thriller..

Semoga banyak yang suka yaa... hehehe..

Kalau suka silahkan di vote dan comment..author dengan senang hati menerima.. hihi

Makasiih banyaaaakkk,, :* :* :*

______________________________________________


Bocah laki-laki dan perempuan itu melangkah perlahan, dengan mengendap-endap mereka akhirnya berhasil keluar dari sebuah rumah mewah yang selama ini mereka huni. Salah satu dari mereka menghela napas lega. Kemudian mereka berjalan dengan santai menuju perkebunan cemara yang berada di belakang rumah. Hari sudah malam, hanya ada sinar bulan yang menjadi lampu penerang bagi mereka. Suara binatang malam sahut-menyahut. Salah satu dari mereka menggigil kedinginan.

"Mengapa kamu lupa membawa jaket? Nanti jika kau sakit bagaimana? Aku yang akan disalahkan mommy!" kata bocah laki-laki itu pada gadis kecil di sampingnya. Si gadis hanya bisa cemberut.

"Iya... iya, aku tidak akan lapor kepada mommy. Puas?!" gerutu gadis kecil itu dengan wajah cemberut.

Mereka kembali berjalan, kini mereka sudah memasuki area perkebunan. Perkebunan ini cukup luas dengan kolam kecil di tengah-tengah untuk pengairan. Dengan langkah cepat akhirnya mereka sudah berada di depan sebuah pohon cemara yang paling besar diantara pohon cemara yang lain. Pohon cemara besar itu terletak di dekat kolam. Mereka berjongkok di depan pohon cemara itu dan mulai menggali-gali tanah dengan menggunakan batu besar.

"Kurang dalam, Kak Yanez. Nanti kotaknya tidak muat masuk," kata gadis kecil itu sambil menunjuk tanah yang sedang digali kakaknya. Sang kakak mengerahkan semua tenaga yang ada untuk menggali tanah itu lebih dalam. Setelah lubang itu terlihat cukup dalam si gadis menaruh sebuah kotak kecil berwarna kuning dengan hiasan pita putih diatasnya, sementara Yanez juga melakukan hal yang sama, ia meletakkan kotak kecil berwarna ungu dengan hiasan pita putih di atasnya. Setelah itu mereka menutup kembali lubang itu dengan tanah. Mereka tersenyum puas dengan pekerjaan mereka.

Tiba-tiba gadis kecil mendongak, melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Ia melihat sebuah cahaya kecil berwarna kebiruan. Cahaya itu makin lama makin mendekat dan cahaya yang nampak kebiruan itu kini berubah menjadi cahaya kuning. Si gadis kecil tersenyum senang. Dia segera bardiri dan berlari mengejar cahaya itu. Sementara sang kakak juga ikut berlari bersamanya. Mereka tertawa.

"Selamat natal, kunang-kunang!" teriak si gadis sambil berusaha menangkap binatang kecil bercahaya itu. Yanez juga melakukan hal yang sama. Meskipun hanya ada satu kunang-kunang, mereka sangat gembira.

Dua bocah ini begitu menyukai kunang-kunang, mereka menyimbolkan kunang-kunang sebagai pengharapan. Cahaya yang ada pada tubuh kunang-kunang itu bagaikan harapan yang sedang bersinar dalam hati mereka. Setiap malam natal mereka pasti melakukan ritual seperti ini. Menyimpan kado natal di dalam tanah dan membuka kado itu pada natal tahun berikutnya. Ritual seperti ini sungguh menyenangkan. Tapi apakah selalu menyenangkan? Tiba-tiba kunang-kunang itu terbang di dekat kolam. Gadis kecil itu cemberut, kemudian berusaha mengejarnya. Kaki kecilnya melangkah ke pinggir kolam, sementara sang kakak berusaha menariknya.

"Biarkan saja, nanti kamu jatuh. Ayo kita kembali ke kamar!" perintah Yanez. Sambil terus menarik tangan adiknya. Namun si gadis kecil tetap bersikeras ingin menangkap kunang-kunang itu.

My Hot Abductor [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now