12: Menyusun Teka-Teki

125K 6.3K 396
                                    

Tubuh ringannya sedikit memantul ketika ia menghempaskan tubuhnya di atas tepat tidur berukuran queen size-nya. Tangan Abby terulur meraih bingkai foto di nakas. Foto keluarganya yang utuh waktu dirinya masih kecil dulu.

Abby mendesah, senyum sinisnya kembali tersungging di bibirnya.

Foto yang menipu.

Abby mengulang kejadian tadi siang lagi dalam ingatannya.

****flashback***

"Abs, bisa ketemuan sekarang? Gue cariin lo di lapangan tapi kata Alanis elonya udah pulang."

Abby mengerinyit. "Sekarang?"

"Iya, sekarang. Penting, dan nggak bisa ngomong lewat telpon nih gue."

Abby merasa kepalanya berdenyut-denyut sakit. Pening rasanya. Matanya juga berkunang-kunang. Apa sih yang ingin Niko bicarakan dengannya? Ada apa dengan orang-orang ini? Tadi Dimas, sekarang Niko.

"Oke, soal apa dulu?"

"Dimas," Jeda. "Gue yakin lo pasti udah tau siapa aja yang terlibat tapi lo belom tau masalahnya, kan?"

Dimas. Dimas. Dimas.

Abby bosan mendengar nama itu. Tapi tunggu dulu... Niko bilang, dia tahu? Tahu semuanya?

"Maksud lo apa?" Suara Abby mulai meninggi. "Lo tau darimana, Kak?"

Niko mendesah, tidak menjawab pertanyaannya. "Lo lagi dimana? Rumah?"

Hening sejenak.

Abby hanya mendengar degup jantungnya sendiri yang ia yakin sudah terdengar sampai ke ujung telepon.

 

Niko berjalan dengan tergesa-gesa menuju meja Abby. Cowok itu mengenakan kaus Ripcurl hitam dan celana jins yang sudah belel. Wajahnya menyiratkan bahwa sesuatu yang buruk baru terjadi padanya.

Buruk.

Abby melambaikan tangannya ringan. "Udah gue pesenin jus jambu."

"Sip," ucap Niko setelah ia duduk di kursi samping Abby. Ia meminum jusnya hingga tersisa setengah dan menghirup nafas panjang.

"Shit, man, ini bener-bener siaga satu. Gue secara nggak sengaja tau semuanya." kata Niko dalam satu nafas. Abby mendengarkannya dengan tenang. "Gue baru ngerti kenapa Dimas berubah. Dan kenapa dia nggak konsen abis selama pelajaran."

"Bukan itu yang pengin gue denger," Abby memutar matanya. Dasar Niko! Abby bilang juga apa, dari kapan-kapan cowok satu itu tidak percaya juga padanya kalau ada sesuatu yang aneh antara Dimas dan Tammie. "Langsung ke intinya plis."

Niko mengacak-acak rambutnya dan merapikannya kembali seperti semula. "Jangan pura-pura lagi, Abs. Lo diem-diem udah tau kalau Dimas main belakang, kan?"

Dada Abby terasa nyeri ketika Niko menyebutkan kata main belakang. Lalu ia mengangguk. "Baru satu minggu. Rencananya gue akan minta penjelasan dia selepas ujian nasional nanti...," Abby menelan ludah. "Err, takutnya ganggu konsentrasi dia."

Niko menatap Abby dengan pandangan tak percaya dan cowok itu memukul meja dengan telapak tangannya, menimbulkan suara yang keras, sampai-sampai beberapa orang di foodcourt itu menatap mereka berdua sambil mengerutkan dahi.

"Lo masih punya rasa kasihan sama dia?" Niko tertawa sumbang. "Gue yang temen deketnya aja udah nggak respect lagi! Gila itu anak, berani banget. Sumpah, udah nggak waras kali, ya."

Cherry BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang