Vier

478 58 37
                                    

Jika padaku ditanyakan, apa yang menjadi impian terbesarku, adalah senyata-nyatanya ketiadaan kehendak bebas. Aku teguh dalam penjajahan tubuh, akal budi, dan jiwa. Agar ketundukan jadi satu-satunya makanan bagi seonggok daging bernama manusia. Maka berserahlah padaku, lepaskan segala sesuatu yang jadi peganganmu.

"Bukannya aku tidak bisa membunuhmu, Diana. Jika kau mati maka pekerjaanku jadi tak seru lagi. Tapi, ajalmu memang sudah seharusnya tiba. Kau sudah hidup terlalu lama." Kegelapan melayang lembut di tengah kamar Diana dalam wujud terkuatnya. Jubahnya koyak oleh tubuhnya yang terus membesar. Ia begitu kesal dengan perkataan Diana yang meremehkan kekuatannya. Maka ia melakukan hal yang sudah lama ditahannya. Gelap mata, ia menghancurkan seisi teater Adolf dengan kabut hitam pekatnya yang makin lama makin padat menyesakkan. Kabut itu terus berhembus keluar dari tubuh Kegelapan, dan apapun yang dilewatinya pastilah terurai.

Kegelapan mempersilakan sebuah gramafon tua menuangkan sup melodi dingin dari perbendaharaan emosi Beethoven. Ia berputar pelan di udara, hanyut dalam kenikmatan penghancuran. Puluhan ribu serangga merah metalik pemakan kayu berhamburan keluar dari tubuhnya dan ikut berpesta dalam bisingnya suara teater yang sedang terurai.

"Nikmatilah curahan katarsis ini! Kau sudah kusucikan, Diana! Kusucikan dari segala ketidaksempurnaan! Masuklah ke dalam kebahagiaan Tuanmu ini."

Makhluk pucat itu berputar makin cepat di tengah ruangan. Menikmati setiap iota yang hilang tak berbekas. Namun anehnya, Kegelapan membiarkan tubuh dan kepala Diana tetap utuh.

Tiba-tiba saja Kegelapan terkejut, dan ia berhenti berputar di udara. Kemudian dalam sekejap menggiring gerakan sebagian kecil kabutnya menuju suatu titik. Kewaspadaannya meningkat tajam. Ia memang merasakan kehadiran satu sosok yang amat kuat di titik itu, tapi tak mampu mengidentifikasi siapa sebenarnya yang ada di sana. Maka akhirnya kabut-kabut hitamnya menembusi pintu gerbang teater, bersiap membunuh makhluk apapun yang ada di balik sana.

Bisa ditebak. Oliver adalah sosok yang menyita perhatiannya. Anak itu berjalan pelan-- sedikit berhati-hati-- dan mulai melewati lubang pintu teater. Dari jarak jauh ia bisa merasakan aura ibunya yang mulai menghilang dalam kekacauan. Pandangannya terfokus pada Kegelapan yang sedang melayang di tengah teater.

Kabut hitam pekat milik Kegelapan rupanya tak bisa mendekatinya. Kabut itu malah dipaksa mematuhi gerakan tangan Oliver dan mulai bergerak mengelilingi tubuhnya. Ajaibnya kabut itu tak menyentuh Oliver sama sekali. Ia menapaki anak tangga menuju lantai dua dengan sikap teguh, dalam kepungan kabut hitam perusak yang kebingungan harus menuruti perintah siapa.

Kegelapan mencoba memperkuat serangannya. Terlihat dengan makin banyak kabut yang ia hembuskan dari wajahnya. Kabut-kabut itu sudah diberi perintah khusus untuk menyelubungi dan meremukkan tubuh mungil Oliver. Sayangnya usaha itu kembali gagal. Kabut perusak itu hanya mondar-mandir di sekeliling Oliver tanpa terjadi kontak langsung.

Oliver sedikit mempercepat langkahnya dan berharap ia masih bisa melakukan sesuatu untuk Diana. Meski ia tidak panik, peristiwa gila macam ini membuatnya cukup gelisah.

Di lantai atas, kejadian yang tak kalah penting sedang berlangsung. Ginevra keluar dari sangkarnya dan melindungi tuannya, Adolf. Perisai perak samar menutupi mereka. Mata Ginevra menyala memberi isyarat perang entah untuk Kegelapan atau Oliver-- atau bisa jadi untuk keduanya. Ginevra memang burung hantu yang tidak biasa, Adolf memperolehnya dengan cara yang juga tidak bisa dibilang masuk akal.

Oliver makin dekat, sosoknya mulai berubah-ubah dengan cepat. Seluruh permukaan tubuhnya terlihat seperti eksperimen tinta warna-warni yang bergetar hebat di atas membran pengeras suara. Lama-kelamaan, Oliver yang tadinya masih tampak seperti anak kecil berusia enam tahun, perlahan menjelma menjadi sesosok remaja berusia belasan tahun. Otot, kulit, dan tulangnya bertumbuh dengan cepat. Fluktuasi mirip gelombang yang timbul tenggelam di kulitnya bergetar semakin liar. Ia terus berubah setiap detik, hingga akhirnya selesai meresmikan tubuh remaja tujuh belas tahun.

DEVOLVEDWhere stories live. Discover now