Sieben

283 19 12
                                    

Lelaki bulan dan angkasa lembutnya. Menyeberangi jembatan yang terputus di tengah-tengah. Ia menemukan dirinya melekat pada awan-awan berbentuk binatang yang terus bertempur dengan pesawat-pesawat. Ia tertidur di bawah tumpukan makhluk-makhkuk kecil pengisap darah yang kebingungan memilih. Lelaki bulan memanggil segala malam yang telah membesarkannya, memaksa dirinya dihitamkan sekali lagi.

Oliver

***

Pemuda pucat bermata biru berjalan memasuki rumah tua Neumann. Ia tampak kelelahan setelah beraksi di acara peresmian sebuah museum.

"Pintu merah yang menarik."

Oliver memasuki rumah itu, menerawang sekeliling, dan segera menyalakan perapian. Ia duduk sebentar di sofa besar yang berdebu. Matanya tertuju pada sebuah meja kayu dedalu di sudut ruangan. Oliver membuka laci teratas meja itu, mengambil piringan hitam, dan meletakkannya di gramafon. Ia kemudian memanggil beberapa kucing liar yang kelaparan.

"Waktu yang tepat untuk menulis puisi dan memberi makan hewan terlantar."

***

Diana terkejut melihat asap mengepul keluar dari rumah tua keluarganya dan segera berlari ke sana.

"Nyonya mau ke mana? Ini sudah tengah malam." Diana tak memperdulikan perkataan asistennya.

Setelah sampai, Diana mendorong pintu merah itu dengan hati-hati. Derap langkah kaki Diana menggetarkan tulang-tulang pendengaran Oliver yang sedang mengantuk di sofa. Oliver menatap tajam lewat sudut matanya. Diana akhirnya berdiri mematung di pintu depan. Kepalanya penuh tanda tanya.

Oliver dengan santai menghembuskan puisi-puisinya dalam selubung lembut musik Jessica Pratt.

Apa kau datang untuk menonton karya baruku, Ibu?

"Keluar dari kepalaku! Mau kau apakan rumah ini?"

Aku hanya datang untuk menyendiri. Sepertinya rumah ini membuatku ingin tinggal lebih lama. Ada rasa nyaman yang tidak bisa kugambarkan. Aku hanya merasa kasihan padamu, kejadian di masa lalu itu seharusnya bisa dicegah kalau kau memilih teman main yang tepat.

"Kau jangan sok tahu! Matikan musik itu!! Keluar dari tempat ini! Kau hanya merusak kenangannya."

Rumah keluarga Neumann masih saja indah. Tembok lapuknya dihiasi debu tebal yang menghitam dan perabotnya makin cemerlang dimakan karat. Terakhir kali manusia masuk ke sana adalah tahun 1997 dan setelahnya berbagai makhluk terkutuk mulai menghuni rumah itu. Namun, hari ini rumah itu agak sepi, karena para penghuni mendadak terusir. Hanya Oliver dan beberapa kucing liar yang menghuninya. Juga Diana yang sepertinya tidak akan berlama-lama di situ.

Sejak tengah malam dimulai, Oliver membakar seluruh lukisannya di perapian sebagai bentuk perdamaian dengan masa lalu, agar ia tak perlu bersedih lagi sepanjang hari mengenang dua anak kesayangannya yang telah tiada. Beberapa makhluk malam, mantan penghuni rumah tua Neumann, bertengger di atas lampu jalan dan memakai amarah pada wajah masing-masing. Namun, tidak ada yang berani mendekati rumah berpintu merah itu. Mereka jelas ketakutan setelah mendengar nasib makhluk-makhluk yang mati di tangan Oliver beberapa hari sebelumnya.

Piringan hitam berserakan di sekitar sofa. Bau daging bakar begitu menyengat. Ada sepiring besar daging berbau anyir dan sebotol minyak canola di dekat perapian. Beberapa kucing liar sedang melahap potongan-potongan daging yang sudah dipanggang.

Diana memecah kesunyian, "Sebenarnya apa yang kau lakukan di sini? Untuk apa daging sebanyak ini?"

Oliver masih terbaring bisu, tak ada semangat untuk menjawab pertanyaan Diana. Jarinya sedikit terangkat dan menunjuk sebuah kamar di sudut rumah, kamar Diana sewaktu kecil. Ada cahaya redup kebiruan dari dalamnya, Diana kemudian berjalan menuju ke sana melalui koridor kecil berlantai kayu eboni yang dibuat sedikit lebih tinggi daripada ruang keluarga. Ia masih benci pada kamar itu. Segala kenangan burukpun mulai bermunculan. Namun, karena penasaran, ia terus maju agar tahu kegilaan apa lagi yang Oliver buat malam ini.

DEVOLVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang