Bab 2

115 10 0
                                    

Sesampai di sebuah restoran, menurutku ini bukan restoran biasa, melainkan restoran yang luar biasa. Bayangkan saja, aku sekarang berada di Rossy restaurant, yang sangat diimpikan oleh banyak orang. Kualitas bintang lima, menu makanan yang sangat lezat, beda sekali dengan Cafe milikku. Menurutku, yaa sebelas duabelas lah ya sama cafeku, meskipun aku tau sangat jelas kafeku hanya setitik kuku.

Bangunan yang berwarna cokelat keemasan menambah kesan elegan tetapi tidak berlebihan. Keramik lantainya saja sangat bagus, diukir sedemikian rupa bagusnya oleh arsitek dan aku saja tidak tau apa Motik ini sebenarnya. Pelayan yang sangat ramah, tersenyum kepada semua pelanggan masuk, ada dua orang sekuriti yang bertugas membukakan pintu untuk ukuran Rossy.

Aku memakai baju dress berwarna merah selutut, rambut hitam panjang di gerai dan memakai sepatu heels berwarna hitam. Simple tapi elegan. Terlihat memukau tetapi tidak berlebihan. Yap.

Saat sampai di resepsionis, Aku dan keluarga diarahkan ke suatu ruangan cukup megah dan disana sudah ada beberapa orang yang sudah menunggu, sepasang suami istri dan seorang anak perempuan.

"Hai, Ferdi. Apa kabar?" Sapa lelaki itu dan berdiri mendekati papa.

"Hai, Hendra. Aku baik, wahh kau ini sama sekali tidak berubah," papa tertawa mendengar perkataan Om Hendra.

Beberapa tahun terakhir om Hendra pergi ke Hongkong untuk melanjutkan karier, ia pun juga menikah disana, tetapi ia mendapatkan seorang istri asal Indonesia yang kebetulan juga berkerja di Hongkong.

Setelah kurang lebih 20 tahun, pasti sangatlah fasih berbahasa Mandarin dan juga bahasa Inggris.

Itulah yang tadi diceritakan papa selagi kita di mobil dalam perjalanan menuju Rossy.

Aku tersenyum melihat papa yang sangat terlihat merindukan sahabat SMA nya begitupun juga om Hendra.

"Perkenalkan ini Karlina, anak perempuanku," papa memperkenalkanku lalu aku Salim dengan Om Hemdra, istri Om Hendra dan anak perempuan yang berada disampingnya.

"Ferdi, anakmu cantik sekali. Pantas kamu selalu menjaganya," goda om Hendra kepadaku.

"Siapa dulu papa sama mamanya, sama-sama ganteng dan cantik,"

"Benar sekali. Oiya silakan duduk, sampai lupa saya," om Hendra menepuk dahinya.

Akhirnya kami duduk, papa dan om Hendra cerita kebersamaan mereka yang sangat seru bagi mereka, bagiku tidak. Sangat membosankan.

Tak lama kemudian datang tiga orang pelayan membawakan troli makanan dan satu orang berpakaian beda. Bukan pakaian seorang Pelayan tapi memakai kemeja dilengkapi jas. Orang itu masuk menghampiri kami.

"Ferdi, ini putraku," kata om Hendra, lelaki itu Salim dengan papa dan mama.

"Aldi, om,"

Namanya Aldi, ganteng juga.

"Jadi Aldi yang mengurus restaurant ini. Karena ia suka memasak jadi ia yang memegang kepala koki disini dan pemimpin Hotel"

Wow, hanya satu kata itu yang bisa aku deskripsikan.
Ganteng, pinter, pemimpin restaurant +Hotel sebesar Ini. Its amazing

"Wah, kebetulan Karlina memiliki kafe di daerah sini. Kalian bisa sama-sama sharing tentang ini," mendengar kata 'kalian' membuat mataku dengan lelaki bernama Aldi itu bertemu sejenak.

Tentu saja aku mau sharing dengan pemilik restaurant bintang lima, ini merupakan salah satu impianku untuk memajukan kualitas kafeku. Aku masih butuh banyak saran dan kritikan dalam mengurus kafe.

ONE THING(END)Where stories live. Discover now