Bab 5

71 7 0
                                    

"Kalian ko diem-dieman si?" Kata papa tiba-tiba membangunkanku dalam lamunan.

Aku hanya tersenyum tipis, sama seperti Aldi. Sepanjang kami makan ia hanya diam seribu bahasa. Aku tidak tau kenapa ia seperti itu, seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Kalian tuh ya lucu banget, dari tadi hanya diam dan hanya membalas dengan senyuman. Cocok banget kali ya kalo kalian nikah."

Deg

Tidak bisa diartikan dengan kata-kata. Ini memang bukan pertemuan pertama keluarga kita, tapi yang kedua kalinya. Menurutku, ini terkesan aneh, pasti ada sesuatu yang tidak beres

Aldi hanya menghela napas berat dan mengalihkan pandangannya kesegala arah. Risih. Sepertinya sangat terekspresi dari wajah mulusnya itu.

"Pasti anaknya lucu deh, mama dan papanya cantik dan ganteng."
Pembicaraan macam apa ini, aku mengerutkan kening ku, ini sudah melebihi batas bercanda.

Tampang orang tuaku dan orang tua Aldi tertawa tetapi pembicaraan mereka terlihat ada sesuatu yang tersirat. Aku sudah dewasa, tau yang namanya pembicaraan serius atau bercanda.

Aldi. Dia menampilkan tampang datar. Hanya itu.

"Apa kita nyiapin aja nih tanggal pertunangannya?"

"Apa?" Kataku kaget, Aldi juga kaget tapi tak sekaget aku.

"Lho, sepertinya kamu kaget sekali, memangnya papahmu ini belum bilang?" Kata ayah Aldi.

"Karlina memang belum dikasih tau sama sekali, makanya ia kaget banget. Biar jadi kejutan." Kata papa tertawa pelan, menurutnya lucu, tapi aku engga.

"Aldi sudah tau, jadi ia tidak terlalu kaget mendengarnya." Kata Om Ferdi melirik sedikit ke arah Aldi.

Pantas saja. Aldi terlihat cuek, jutek dan apalah itu yang membuatku merasa canggung didekatnya, ternyata ia tau mengenai hal ini.

"Kamu pulang bareng Aldi ya, papa sama mama mau pergi sebentar." Kata papa.

What?

Papa selalu berbuat yang membuatku merasa seperti ini.

Ya mungkin tidak masalah, hanya pulang bareng, mungkin di dalam mobil kita hanya diam-diam kucing karena canggung.

"Yaudah yuk kita pulang, Ferdi, kau pandai sekali dalam urusan seperti ini." Kata om Hendra bersalaman dengan papa.

---

Sampai di mobil, baru saja aku menutup pintu mobil Aldi, aku membeku, bingung harus melakukan apa, satu hal yang akan aku lakukan di mobil Aldi, yaitu, diam.

"Pake seatbel nya," aku kaget saat Aldi tiba-tiba membuka pembicaraan setelah beberapa detik menegangkan.

"Hah?oiya." Aku hanya tersenyum kecut.

Sepanjang perjalanan kami hanya diamseribu bahasa.

"Sori, gue baru tau tentang ini, mungkin lu dah tau lama," kataku pelan.

Dia melihatku sekilas, dari sudut mata aku melihatnya tersenyum.

"Biasa aja kali, jangan kelihatan seperti orang bersalah. Bukan salah lu juga kan." Katanya yang membuat hatiku lega. Aku takut kalau Aldi akan marah padaku karena aku tidak tau apa- apa perjodohan ini.

ONE THING(END)Where stories live. Discover now