Bab 7

57 4 0
                                    


Aku sekamar dengan Tina, dan Aldi sendiri.

Aku masih engga ngerti kenapa dia mau ikut liburan denganku. Mungkin bisa saja dia di paksa sama orang tua nya tapi kemarin dia bilang, dia engga mau bikin orang tua nya berbuat yang seenak-enaknya dengan dia. Dan sekarang?

Oh god, dia tuh sebenernya kenapa si?

Btw sekarang udah pagi, kemarin malem kami memutuskan untuk tidak pergi ke luar karena tuba-tuba hujan deras.

Pagi ini aku ngerasa sangat dingin, Bandung memang terkenal dengan dinginnya dan kali ini aku merasakannya.

Kami memutuskan untuk sarapan di luar, sekalian melihat-melihat kota Bandung.

"Kalian ke mobil dulu ya, handphone gue kayaknya ketinggalan di kamar," kata Tina dan menghilang.

Betapa bodohnya aku, aku hanya membawa satu jaket tipis, aku tidak tau bahwa akan sedingin ini.

Aku duduk di samping pengemudi, rasanya tidak sopan kalau duduk di belakang, nanti kalau Tina datang aku akan pindah menemaninya.

Aldi mengambil sesuatu di belakang jok.

"Nih," kata Aldi menyodorkan jaketnya yang tadi dia cari.

Aku melihat jaket itu lalu melihatnya dengan tatapan tanya.

"Pake aja, jaket lu tipis banget, nanti masuk angin," kata Aldi dan menyodorkan lagi.

Aku masih berpikir dan dia tiba-tiba menaru jaket itu di pangguanku.

"Pake," katanya lagi.

Lalu aku tanpa kata memakai jaketnya.

Beda seratus delapan puluh derajat dari jaket ku, ini hanget banget dan aku ngerasa nyaman dengan jaket ini.

"Thanks," kataku dan di hadiahkan dengan anggukan.

Tiba-tiba Tina masuk kedalam mobil belakang,

"Sori lama, Kita sarapan apa?" Katanya dengan sedikit nada ngos-ngosan seperti abis lari.

"Gue terserah," kata Aldi dan lalu melihatku untuk meminta jawaban.

"Gue si pengen bubur, tapi kalau engga ada juga engga papa," kataku

"Boleh juga tuh, Yaudah kita cari bubur," kata Tina dan menyender kan kepalanya ke jok

"Gue pindah ke belakang ya," kataku dengan suara yang sengaja ku kecil kan.

Saat aku baru membalikkan badan, Aldi menarik siku ku, aku kaget, melihatnya dengan kening mengerut untuk meminta jawaban.

"Gue engga suka ada orang yang duduk di belakang sementara di samping gue kosong ," katanya, dan aku mengerti, dia melarang ku untuk duduk di belakang,

aku menuruti nya. Tina di belakang sedang memperhatikan kami tanpa kata.

---

Kami menemukan bubur di pinggir jalan, tidak terlalu besar tapi cukup, aku lebih suka makan di tempat tempat seperti ini dibanding harus pergi ke restoran-restoran elit.

Tina masuk terlebih dahulu untuk memastikan apakah ada tempat atau engga, tak lama ia keluar.

"Ada tapi rame banget, engga papa?" Kata Tina.

"Engga papa, yuk," kataku.

Tina berjalan terlebih dahulu dan aku mengekori nya.

Aldi duduk di sampingku, aku kaget dengan yang dia lakukan.

Lebay banget ya aku, padahal baru duduk sampingan doang.

Bubur kami datang, pastas saja tempat ini ramai, bubur disini enak, banget, aku suka.

"Berapa, bu?" Kataku sembari membuka dompet ku.

"Gue aja," kata Aldi.

Aku menggeleng, "Gue aja yang bayar, liburan ke sini kan gue yang ngajak," kataku

"Gue cowo, gue yang bayar," kata Aldi, aku mengalah, niatku supaya orang-orang tidak memperhatikan perkelahian kecil kami.

Tina hanya diam memperhatikan aku dan Aldi, aku jadi merasa tidak enak dengan nya.

Aku ingin duduk di bangku belakang, saat ku baru memegang pintu penumpang, tanganku di tarik dan badanku di dorong untuk duduk di samping penumpang.

Aku melihat gerak-gerik Aldi yang sedikit memaksa itu, aku melihatnya dengan tatapan tidak suka.

"Kenapa?" Katanya saat sadar bahwa aku melihatnya dengan tatapan sinis.

Aku diam dan memperhatikan nya dengan alis mengerut.

Tindakannya semakin semena-mena dengan ku, memang nya kenapa kalau aku duduk di belakang? Kenapa engga Tina aja yang duduk disini? Kenapa aku?

"Kenapa si?" Katanya lagi.

Aku diam dan mengalihkan pandang ku ke depan. Aku tidak berniat sama sekali untuk menjawab pertanyaan nya yang pura-pura tidak tau.

----

"Kita ke tangkuban perahu yuk," kata Tina.

"Terserah," kataku asal.

"Lu kenapa si?" Kata Tina yang melihat perubahanku.

"Engga papa," kataku tanpa menengok.

Aku masih mendumel dalam hati,

---

ONE THING(END)Where stories live. Discover now