Bab 20

50 4 0
                                    

Hari ini akan menjadi hari yang melelahkan bagiku.

Aku berharap semoga ada titik indah.

Rencana aku adalah untuk mengikuti rencana makan malam bersama keluarga Aldi dan berniat untuk bicara dengan lelaki itu supaya membatalkan segalanya, seperti yang ia rencanakan pada awalnya.

"Karlina, keluarga Om Hendra sudah datang," kata mama berbicara di sela pintu kamarku.

Aku sedang duduk di bangku rias dan menatap lurus penampilanku, memakai dress hitam selutut dan rambutku diikat.

Riasan simple tidak mencolok tetapi pas.

Aku tidak siap sama sekali untuk bertemu keluarga Aldi semenjak perkataan yang aku ucapkan kepada mama Aldi.

Aku tidak tahu harus berbicara apa.

Mereka semua akan membicarakan apa yang telah aku lakukan.

Aku menghela napas panjang, memegang dadaku yang semakin cepat berdetak.

Tidak akan terjadi apa-apa jika aku tidak berbicara apa-apa.

---

Sekarang aku sedang di ruang makan.

Aku berhadapan dengan Aldi, tampilannya formal.

Dari sudut mataku, aku merasa mama Aldi memerhatikanku.

Aku memegang sedok dan garpu dengan malas dan wajahku datar.

Papa dan Ayah Aldi asik mengobrol dan sesekali tertawa, aku tau itu bertujuan untuk meredamkan suasana canggung.

Aku menatap lelaki yang berada di depanku, dan mendapatkan tatapannya.

Mataku mengarah kearah lain, tidak bisa, ini tidak bisa dibiarkan.

Aku harus bicara.

Aldi tidak boleh mempermainkan hatiku.

Jelas-jelas ia masih mencintai Tina begitupun Tina.

Aku bukanlah tokoh utama.

Saat aku hendak membuka mulut,

"Bagaimana kalau kita beralih kepembicaraan tujuan kita," kata papa bertanya kepada semua orang yang ada diruang itu.

Om Hendra mengangguk dan papa mempersilahkan untuk pindah ke ruang tamu.

Mataku terpejam, aku terlalu gugup untuk berbicara.

Mama memberiku kode untuk duduk disamping Aldi, aku tidak menghiraukan dan langsung duduk disamping mama.

Aku melihat Aldi tersenyum memberi jawaban kepada mama kalau ia tidak apa-apa.

"Jadi, tujuan saya bersama keluarga datang ke rumah keluarga Bapak Ferdi untuk melamar putri Anda, Karlina," mataku terbelalak.

Astaga, bukan ini yang seharusnya terjadi.

"Dari pembicaraan antara saya dengan putra saya, Aldi, setuju bahwa Ia bersedia menikah dengan Karlina," ku tutup mataku. Aku tidak sanggup melihat kejadian yang sedang ada di depanku ini.

"Meskipun beberapa waktu lalu saya mendengar ada sesuatu hal yang tidak mengenakan tetapi dapat diatasi dengan baik,"

Iya itu terjadi karena aku.

"Bagaimana Aldi?" kata Om Hendra.

Mataku terbuka dan menatap tajam Aldi.

"Iya, dalam setiap hubungan pasti ada saja permasalahannya, begitupun hubungan saya dengan Karlina. Maka dari itu saya meminta maaf, saya berharap keluarga Om Ferdi bisa membukakan pintu maafnya dan pertunangan ini bisa terlaksana dengan baik,"

ONE THING(END)Where stories live. Discover now